tirto.id - Indonesia kembali kehilangan satu orang dokter di tengah pandemi COVID-19. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sekaligus dokter spesialis paru, Prof. Dr. Hadiarto Mangunnegoro SpP(K) FCCP meninggal dunia usai terpapar COVID-19.
Hadiarto mengeembuskan napas terakhirnya pada usia 78 tahun di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur pada Kamis (31/12/2020) pukul 05.15 WIB.
Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi RS Persahabatan sekaligus Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Jakarta Erlina Burhan membenarkan kabar itu. Erlina mengatakan Hadiarto dimakamkan di pemakaman San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat.
“Betul [meninggal karena COVID-19]. Innalillahi wainnailaihi rajiun. Beliau dimakamkan di San Diego Hill,” ucap Erlina kepada Tirto dalam pesan singkat, Kamis (31/12/2020).
Hadiarto dikenang sebagai pulmonologis atau ahli paru terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Nama Hadiarto juga tak asing dari asosiasi keprofesian dokter paru. Erlina mengungkapkan Hadiarto turut mendirikan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).
"Kami kehilangan guru yang sungguh kami hormati dan sayangi," ungkap Erlina.
Inisiator Lapor COVID-19 Ahmad Arif juga membenarkan kabar meninggalnya Hadiarto. Dalam akun Twitter @LaporCovid, Hadiarto meninggal pada Kamis 31 Desember 2020 pukul 05.15 WIB. Guru Besar FK UI ini meninggal di usianya yang ke-78 tahun.
“Ya, beliau salah satu [ahli paru] yang terbaik dan senior. Dia salah satu pendiri PDPI,” ucap Ahmad kepada Tirto saat dihubungi, Kamis (31/12/2020).
Ahmad menambahkan kalau pada Desember ini jumlah tenaga kesehatan yang meninggal cukup besar. Rata-rata tenaga kesehatan yang meninggal mencapai 3 orang per hari. Bahkan ada satu waktu Ahmad mendapat laporan dari sejawat dan rekannya ada sembilan nakes yang meninggal dalam sehari.
Berdasarkan catatan yang dilansir dari nakes.laporcovid19.org, total hingga Kamis (31/12/2020) sudah ada 514 tenaga kesehatan yang meninggal dunia akibat COVID-19.
“Bulan Desember ini nakes yang gugur merupakan yang tertinggi selama pandemi. Selain dokter, kebanyakan perawat dan bidan, juga tenaga laboran,” ucap Ahmad.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Bayu Septianto