tirto.id - I'tikaf di bulan Ramadan, khususnya pada sepuluh malam terakhir sangatlah dianjurkan dan hal ini seperti yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lakukan sepanjang malam-malam tersebut.
Dalam hadis yang diriwayatkan Aisyah RA, disebutkan bahwa:
“Nabi Muhammad SAW melakukan iktikaf pada hari kesepuluh terakhir dari Ramadhan, [beliau melakukannya] sejak datang di Madinah sampai beliau wafat, kemudian istri-istri beliau melakukan iktikaf setelah beliau wafat,” (HR. Muslim).
Namun sebelum melakukan iktikaf, ada beberapa adab yang perlu diketahui.
Adab Itikaf
Dikutip dari laman NU Online, Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali halaman 435, menyebutkan delapan adab iktikaf, yakni:
1. Terus-menerus berzikir.
Zikir yang dibaca seperti kalimat thayyibah Laa ilaaha illallaah (لا اله الا الله), tasbih subhanallaah (سبحان الله), istighfar astaghfirullaahal 'azhiim (استغفر الله العظيم), syukur alhamdulillaah (الحمد لله), dan sebagainya.
Saat membaca zikir ini yang terpenting adalah dilakukan secara terus-menerus dengan tujuan mengingat Allah dan mendekat pada-Nya.
2. Berkonsentrasi.
Saat berzikir, hendaknya dapat berkonsentrasi atau memusatkan pikiran secara penuh agar bisa memaknai setiap kata yang diucapkan.
3. Tidak bercakap-cakap.
Dalam berzikir kita berupaya mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala. Kedekatan bisa terjalin kalau sepenuhnya memusatkan kesadaran hanya kepada Allah sehingga komunikasi dengan sesama manusia sebaiknya dihindari kecuali ada keperluan mendesak dan tidak dapat ditunda.
4. Selalu di tempat.
Tempat iktikaf adalah masjid. Masjid umumnya memiliki ruang-ruang tertentu seperti ruang dalam dan serambi.
Tempat untuk beriktikaf adalah dalam ruangan tersebut yang biasanya terdapat tulisan di dinding yang berbunyi “Nawaitu al-’tikafa lillahi ta’ala”.
Dianjurkan untuk selalu berada di ruang-ruang itu. Tetapi, jika ada keperluan misalnya buang hajat, maka boleh meninggalkannya untuk kemudian kembali ke tempat semula.
5. Tidak berpindah-pindah tempat.
Saat iktikaf sebaiknya tempatnya tidak berpindah-pindah. Lakukanlah salat, zikir, tadarus Al-Qur'an, bertafakur dan sebagainya di tempat yang sama.
Tujuannya agar iktikaf bisa terlaksana secara efektif karena tidak membuang-buang waktu dan tenaga hanya untuk berpindah-pindah.
6. Bisa menahan nafsu
Saat sedang iktikaf di dalam masjid, fokuslah pada ibadah yang sedang dilakukan dan tidak membiarkan pikiran kemana-mana.
Biasanya ada saja godaan yang datang untuk segera mengakhiri iktikaf, dan umumnya berawal dari pikiran kita ke hal-hal yang ada di luar masjid seperti warung makan, dan sebagainya.
Tentu saja itu bisa mengurangi kualitas iktikaf karena kemudian kita tiba-tiba merasa lapar dan ingin segera ke tempat tersebut.
7. Menahan diri dari kecenderungan menuruti nafsu.
Di dalam masjid mungkin setan menggoda agar kita segera mengakhiri iktikaf dengan alasan yang macam-macam seperti ingin segera istrirahat.
Hal ini sebenarnya merupakan cara setan untuk membuat kita tiba-tiba merasa ingin istirahat sehingga bisa bebas melakukan apa saja.
8. Menaati Allah SWT.
Dalam beriktikaf kita tetap harus taat kepada Allah dengan tidak melakukan hal-hal yang dilarang seperti lebih memilih iktikaf daripada melakukan salat fardu. Hukum iktikaf adalah sunnah, sedang salat fardu hukumnya wajib.
Maka ketika saat salat Subuh tiba, kewajiban salat ini harus dilaksanakan dengan menghentikan iktikaf. Setelah menyelesaikan salat Subuh tentu saja iktikaf bisa dilanjutkan.
Niat Itikaf
Iktikaf serupa dengan ibadah salat yang mengharuskan orang yang melakukannya untuk berniat iktikaf pada awal kegiatan beribadah.
Berikut ini adalah niat iktikaf yang dapat dibaca:
نَوَيْتُ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ مَا دُمْتُ فِيهِ
Nawaitu an a‘takifa fī hādzal masjidi mā dumtu fīh
Artinya: “Saya berniat itikaf di masjid ini selama saya berada di dalamnya.”
ada pula niat lainnya yang bisa dibaca berdasarkan dari Kitab Al-Majmu’ karya Imam An-Nawawi:
نَوَيْتُ الاِعْتِكَافَ فِي هذَا المَسْجِدِ لِلّهِ تَعَالى
Nawaitul i’tikāfa fī hādzal masjidi lillāhi ta‘ālā.
Artinya: “Saya berniat i’tikaf di masjid ini karena Allah SWT.”
Keutamaan Itikaf
Sementara keutamaan iktikaf yang dilakukan saat bulan Ramadan ada dua, yaitu:
1. Sepuluh hari terakhir merupakan penutup bulan Ramadan dan isyarat akan berakhirnya bulan Ramadan yang penuh berkah dan rahmat.
Pada 10 hari terakhir semua amalan dilipatgandakan oleh Allah, oleh karena itu disayangkan apabila tidak dimanfaatkan untuk menabung amal sebagai persiapan menuju akhirat.
2. Pada sepuluh hari terakhir juga ada satu malam yang dinamakan malam Lailatulqadar, yang mana menjadi hari terbaik di di bulan Ramadan, dan kualitas Lailatulqadar lebih baik daripada beribadah selama seribu bulan.
Editor: Fitra Firdaus