tirto.id - Ketua Umum DPP Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah mengatakan, sekitar 85 perawat meninggal dalam menangani COVID-19.
"Di perawat sendiri saat ini sudah 85 orang perawat teman sejawat kami yang wafat di dalam perjuangan COVID," kata Harif dalam acara "Benteng Terakhir Penanganan Covid-19" yang ditayangkan BNPB dari Gedung BNPB, Jakarta, Selasa (22/9/2020).
Selain itu, Fadhil mencatat sekitar 2.979 perawat terpapar COVID-19. Saat ini, PPNI baru memegang data di empat provinsi yakni Jawa Timur (844 perawat), DKI Jakarta (1.629 perawat), Sulawesi Selatan (350 perawat) dan Bali (156 perawat dengan data per 9 Agustus 2020).
"Saya kira akan lebih dari ribuan perawat yang terinfeksi kalau kita kumpulkan seluruh Indonesia. Ini menjadi warning buat kita semua termasuk kami di organisasi profesi," kata Fadhil.
Dalam acara tersebut, Fadhil mengapresiasi langkah pemerintah yang memberikan kemudahan akses PCR kepada para tenaga kesehatan. Menurut Fadhil, pemberian akses tes PCR kepada tenaga kesehatan secara konsisten, paling tidak di daerah episentrum, bisa membuat para tenaga kesehatan nyaman dalam melayani. Para tenaga kesehatan pun bisa bekerja melayani tanpa menularkan masyarakat.
Sampai saat ini, para perawat terus membantu dalam melawan pandemi COVID-19. Beberapa perawat pun tetap melayani meski kelelahan atau ditunggu keluarga. Namun, Harif berharap pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk menyelamatkan tenaga kesehatan jika menganggap para tenaga kesehatan sebagai garda terakhir penanganan COVID-19.
"Kalau kita sepakat bahwa tenaga kesehatan adalah benteng terakhir maka, yuk, kita perkuat benteng terakhir ini dengan membuat sebuah kebijakan atau program-program untuk meningkatkan keselamatan daripada petugas kesehatan ini," kata Harif.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri