Menuju konten utama

5 Cerita Rakyat dari Riau yang Singkat dan Menarik

Ada banyak cerita rakyat Riau yang bisa jadi bahan dongeng untuk anak. Berikut ringkasan 5 cerita rakyat dari Riau.

5 Cerita Rakyat dari Riau yang Singkat dan Menarik
dongeng cerita rakyat. foto/istockphoto

tirto.id - Ada sejumlah cerita rakyat dari Riau yang dapat dibacakan untuk anak maupun kalangan umum. Tidak hanya menarik, cerita rakyat tersebut mengandung pesan moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Cerita rakyat merupakan dongeng yang berkembang di masyarakat dan menjadi warisan budaya karena dilestarikan secara turun-temurun lewat tradisi lisan. Ciri cerita rakyat di antaranya memuat kemustahilan, kesaktian, dan tidak diketahui pengarangnya.

Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam International Journal of Islamic Educational Psychology (2024), dijelaskan, cerita rakyat yang diceritakan kepada anak usia dini dapat meningkatkan empatinya. Mendongengkan sejumlah cerita rakyat Riau pendek di bawah ini bisa menjadi sarana hiburan sekaligus mendidik bagi anak-anak.

Kumpulan Cerita Rakyat dari Riau

Cerita rakyat dari Riau mungkin memiliki judul yang dianggap asing bagi masyarakat di daerah lain. Namun, alur kisah cerita rakyat daerah ini tetap menarik diikuti. Berikut ini kumpulan cerita rakyat dari Riau dan ringkasan ceritanya:

1. Cerita Rakyat Riau Lancang Kuning

Kisah dalam Cerita Rakyat Riau Lancang Kuning dimulai dengan diperkenalkannya Datuk Laksmana, seorang raja dari Kerajaan Bukit Batu. Datuk Laksmana memiliki dua panglima hebat meliputi Panglima Umar dan Panglima Hasan. Meskipun demikian, Panglima Umar adalah orang yang paling dipercayai Datuk Laksmana untuk mengatasi permasalahan di kerajaan.

Suatu ketika, Panglima Umar jatuh cinta kepada seorang gadis bernama Zubaidah. Datuk Laksmana menyambut baik perasaan Panglima Umar dan merestui pernikahannya dengan Zubaidah.

Di sisi lain, Panglima Hasan diam-diam juga menyukai Zubaidah. Untuk mendapatkan gadis tersebut, Panglima Hasan menjalankan rencana demi rencana. Pertama, Panglima Hasan melalui Pawang Domo mengusulkan pembuatan Lancang Kuning untuk mengamankan wilayah perairan dari lanun (bajak laut).

Singkat cerita, ketika pembuatan Lancang Kuning hampir selesai, Panglima Hasan menyebarkan isu bahwa Bathin Sanggoro melarang para nelayan Bukit Batu mencari ikan di Tanjung Jati. Mendengar kabar itu, Datung Laksmana mengutus Panglima Umar menemui Bathin Sanggoro.

Di saat kepergian Panglima Umar, Panglima Hasan menyebarkan isu bahwa peluncuran Lancang Kuning membutuhkan persembahan seorang perempuan yang tengah hamil anak pertama. Kebetulan, Zubaidah tengah hamil tua anak pertamanya dari Panglima Umar.

Diam-diam, Panglima Hasan menemui Zubaidah dan merayu untuk menjadi istrinya. Namun, Zubaidah menolak mentah-mentah permintaan Panglima Hasan. Dari situ, Panglima Hasan membawa paksa Zubaidah dan melemparkannya ke bawah Lancang Kuning. Panglima Hasan dan sejumlah bawahan kemudian mendorong Lancang Kuning menuju perairan.

Di sisi lain, Panglima Umar kembali ke kerajaan membawa kabar yang tidak benar mengenai larangan Bathin Sanggoro. Namun, hati Panglima Umar segara hancur, setelah mendengar istrinya menjadi persembahan. Tanpa pikir panjang, Panglima Umar mendatangi Datuk Laskmana dan membunuhnya.

Pawang Domo yang mengetahui kejadian sebenarnya, segera memberi tahu Panglima Umar. Singkat cerita, Panglima Umar bertarung melawan Panglima Hasan. Di atas Lancang Kuning, Panglima Hasan terbunuh di tangan Panglima Umar. Beberapa waktu setelahnya, Lancang Kuning dihantam ombak besar dan angin topan sehingga karam bersama Panglima Umar di laut Tanjung Jati.

2. Cerita Rakyat Riau Putri Tujuh

Dalam cerita rakyat Riau Putri Tujuh, dikisahkan ketujuh putri Cik Sima, ratu Kerajaan Seri Bunga Tanjung, sedang mandi di Sungai Lubuk Sarong Umai. Pada saat bersamaan, tiba-tiba Pangeran Empang Kuala melewati bantaran sungai tersebut, sehingga melihat kecantikan tujuh putri Cik Sima. Namun, dari ketujuh putri, yang membuat Pangeran Empang Kuala jatuh hati adalah si bungsu yang bernama Mayang Sari.

Tidak berselang lama, sebuah pinangan datang dari utusan Pangeran Empang Kuala ke Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Namun, Cik Sima yang memegang adat Kerajaan Seri Bunga Tanjung, meyakini bahwa putri pertama yang berhak untuk menerima pinangan.

Sekembalinya ke kerajaan, sang utusan menceritakan hasil pinangan kepada Pangeran Empang Kuala. Mendengar penjelasan utusan itu, Pangeran Empang Kuala murka dan mengirim pasukan untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung.

Perang akhirnya berakhir dan Pangeran Empang Kuala mengakui kesalahannya yang terbutakan cinta. Namun, Cik Sima segera teringat ketujuh putrinya yang bersembunyi di sebuah lubang yang ditutup tanah. Bekal yang tidak cukup, membuat ketujuh putri Cik Sima mati kelaparan.

3. Cerita Rakyat Riau Putri Pandan Berduri

Kisah dalam cerita rakyat Riau Putri Pandan Berduri dimulai dengan pemimpin Suku Laut, Batin Lagoi yang menemukan bayi perempuan di antara semak-semak pandan. Bayi yang dibawa pulang dan dibesarkan itu, kemudian diberi nama Putri Pandan Berduri.

Setelah Pandan Berduri menginjak usia dewasa, Batin Lagoi menginginkan putrinya tersebut untuk menikahi seorang raja atau megat. Namun, Pandan Berduri justru jatuh cinta kepada Jenang Perkasa, seorang anak megat yang melarikan diri dari rumah.

Jenang Perkasa dan Pandan Berdua kemudian menikah dan dikaruniai tiga orang anak. Tak hanya itu, Batin Lagoi juga mengangkat Jenang Perkasa sebagai batin atau kepala daerah di Pulau Bintang. Mendapatkan amanah dari sang mertua, Jenang Perkasa tidak menyia-nyiakannya. Jenang Perkasa bahkan dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana.

Kabar kehebatan Jenang Perkasa, segera berembus ke Galang, kampung halamannya. Tak lama setelah itu, sejumlah warga Galang datang menemui Jenang Perkasa serta memintanya pulang ke kampung halaman.

Masyarakat Galang ingin Jenang Perkasa menggantikan abangnya, Julela yang memimpin dengan buruk. Namun, Jenang Perkasa menolak permintaan itu.

Ia lebih memilih untuk hidup bersama Putri Pandan Berduri sekaligus berusaha mendidik ketiga anaknya sehingga menjadi manusia-manusia yang berbudi luhur.

4. Cerita Pulau Tapai

Cerita rakyat Riau Pulau Tapai mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Ujang yang tinggal bersama ibunya di gubuk reyot, pesisir pantai Pulau Bintan. Ujang sehari-hari bekerja mencari kayu bakar untuk membantu ibunya, seorang janda yang pandai membuat tapai.

Suatu ketika, seorang saudagar kaya datang ke pelabuhan Pulau Bintan untuk mencari pemuda yang mau dijadikan anak buah. Ujang yang berkeinginan mengubah nasib, segera menawarkan diri, sekalipun ibunya melarangnya.

Dengan berat sedih, sang ibu akhirnya melepaskan Ujang yang bersikukuh untuk pergi. Sebagai bekal, sang ibu memberikan sebungkus tapai (tape), karena itu satu-satunya hal yang dia punya.

Singkat cerita, setelah bertahun-tahun, Ujang kembali ke kampung halamannya. Jalan nasib sepertinya berpihak kepada Ujang. Dia sukses menjadi saudagar kaya. Namun, dalam suatu pertemuan, Ujang tidak mengakui ibu kandungnya.

Tak lama setelah kejadian mengiris hati ibunya, Ujang kembali berlayar. Tiba-tiba, sebuah badai besar menghantam kapalnya. Dalam sekejap, Ujang menyadari kesalahan yang dibuat kepada sang ibu. Namun, rasa sesal dan permintaan maaf tidak pernah sampai kepada sang ibu, karena Ujang harus tenggelam bersama kapalnya.

5. Danau Naga Sakti

Awal kisah cerita rakyat Riau Danau Naga Sakti dimulai dengan seorang perempuan yang melahirkan anak kembar. Namun, salah satu anaknya tersebut berwujud naga dan diberi nama Si Jalar. Hari-hari berlalu, Si Jalar semakin besar sehingga membuat penduduk kampung merasa takut.

Penduduk kampung kemudian berinisiatif untuk menangkap Si Jalar. Beruntung, Si Jalar berhasil melarikan diri dan berdiam di danau yang memiliki air berwarna hitam.

Di kemudian hari, danau tempat berdiam si Jala itu dikenal oleh masyarakat Riau sebagai danau Naga Sakti. Kini, danau Naga Sakti menjadi salah satu tempat wisata di Riau yang berlokasi di kawasan Kesamatan Pusako, Kabupaten Siak.

Baca juga artikel terkait CERITA RAKYAT atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Edusains
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Addi M Idhom