tirto.id - Pergerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain, atau interaksi desa dan kota dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosialnya, dapat dievaluasi secara geografi karena tingkah laku manusia seperti ini erat hubungannya dengan faktor-faktor geografi pada ruang bersangkutan.
Interaksi wilayah sendiri adalah suatu hubungan timbal balik yang saling berpengaruh antara dua wilayah atau lebih, yang dapat menimbulkan gejala, kenampakan atau permasalahan baru.
Interaksi tidak hanya terbatas pada gerak pindah manusianya, melainkan juga menyangkut barang dan informasi yang menyertai tingkah laku manusia.
Karena hal itu, pola dan kekuatan interaksi antar wilayah sangat dipengaruhi oleh keadaan alam dan sosial daerah bersangkutan, serta kemudahan-kemudahan yang dapat mempercepat proses hubungan antarwilayah tersebut.
Mengutip E-Book Geografi Kelas XII (2009), istilah interaksi wilayah (spatial interaction) menurut Ullman mencakup berbagai gerak mulai dari barang, penumpang, migran, uang informasi, sehingga konsepnya sama dengan geography of circulation.
Interaksi desa-kota berlangsung karena adanya pergerakan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain. Terjadinya interaksi didasari oleh kebutuhan ekonomi dan sosial masyarakatnya.
Faktor-faktor Interaksi Desa-Kota
Mengutip modul Geografi SMA Kelas XII (2009), Edward Ullman mengemukakan bahwa ada tiga faktor utama yang mendasari atau memengaruhi timbulnya interaksi antar wilayah, yaitu sebagai berikut:
1. Wilayah-wilayah yang Saling Melengkapi (Regional Complementarity)
Hubungan wilayah yang saling melengkapi dimungkinkan karena adanya perbedaan wilayah dalam ketersediaan dan kemampuan sumber daya.
Namun, akan ada wilayah yang surplus, sedangkan wilayah lain mengalami kekurangan sumber daya seperti hasil tambang, hutan, pertanian, barang industri, dan sebagainya. Keadaan ini mendorong terjadinya interaksi yang didasarkan saling membutuhkan.
2. Kesempatan untuk Saling Berintervensi (Intervening Opportunity)
Kesempatan berinvestasi merupakan suatu kemungkinan perantara yang dapat menghambat timbulnya interaksi antar wilayah atau dapat menimbulkan suatu persaingan antar wilayah.
Secara potensial antara wilayah A dan B sangat mungkin terjadi hubungan timbal balik, sebab A kelebihan sumber daya X dan kekurangan sumber daya Y, sedangkan keadaan di B sebaliknya.
Akan tetapi, karena kebutuhan masing-masing wilayah itu secara langsung telah dipenuhi oleh wilayah C, maka interaksi antara wilayah A dan B menjadi lemah.
Dalam hal ini wilayah C berperan sebagai alternatif pengganti suatu sumber daya bagi wilayah A atau wilayah B.
3. Kemudahan Transfer atau Pemindahan dalam Ruang (Spatial Transfer Ability)
Faktor lain yang mempengaruhi pola interaksi antarwilayah ialah adanya kemudahan pemindahan dalam ruang, baik proses pemindahan manusia, barang, maupun informasi.
Kemudahan pemindahan dalam ruang sangat bergantung pada hal-hal berikut:
- Jarak mutlak dan relatif antar wilayah;
- Biaya angkut atau transportasi untuk memindahkan manusia, barang, dan informasi dari satu tempat ke tempat lain;
- Kemudahan dan kelancaran prasarana transportasi antarwilayah, seperti kondisi jalan, relief wilayah, jumlah kendaraan sebagai sarana transportasi, dan sebagainya.
Sementara itu, interaksi antar wilayah pada dasarnya akan memberikan dampak positif untuk kedua wilayah.
Adapun, interaksi positif antara desa dengan kota terwujud dalam hal-hal berikut:
- Terpenuhinya kebutuhan desa dan kota, meliputi produk dan bahan baku yang mendukung proses pembangunan;
- Terpenuhinya kebutuhan terampil baik bagi desa maupun kota. Desa menghasilkan tenaga kerja bagi industri di kota, sedangkan kota menghasilkan tenaga terdidik yang berperan dalam kemajuan desa;
- Berlangsungnya proses pembangunan yang seimbang antara desa dan kota.
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Maria Ulfa