Menuju konten utama

3 Contoh Khotbah Natal Singkat yang Penuh Kasih

3 contoh khotbah Natal singkat penuh kasih ini bisa jadi referensi dan bahan renungan untuk merayakan ibadah Natal 2024. Cermati contoh khotbah berikut.

3 Contoh Khotbah Natal Singkat yang Penuh Kasih
Umat katolik mengikuti Misa Malam Natal di Gereja Katedral, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat (24/12/2021). ANTARA FOTO/Makna Zaezar/wsj.

tirto.id - Contoh khotbah Natal singkat yang penuh kasih ini bisa dijadikan inspirasi bagi seluruh umat Kristiani yang akan merayakan Natal 2024 yang tepat jatuh pada Rabu, 25 Desember.

RRI menulis, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) mengusung tema Natal Nasional 2024, “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem… (Lukas 2:15).” Tema ini, menurut PGI dan KWI adalah ajakan bagi seluruh umat Kristiani untuk kembali merenungkan makna kelahiran Yesus Kristus, sekaligus merespon kelahiran sang Juruselamat dengan hati yang penuh sukacita.

Tema Natal 2024 ini juga menjadi cerminan semangat sukacita para gembala yang ketika mendengar kabar dari malaikat Tuhan, segera bergegas menyaksikan bayi Kristus. Ketulusan dari para gembala yang penuh semangat sukacita menyambut kedatangan Yesus Kristus ini, diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi umat Kristiani di seluruh dunia agar menyambut kelahiran Kristus dengan hati yang terbuka dan penuh sukacita.

Contoh Khotbah Natal Singkat

Indonesia Christmas

umat memegang lilin saat ibadah malam natal di gereja Immanuel Jakarta, Indonesia, Sabtu, Dec. 24, 2022. (AP Photo/Achmad Ibrahim)

Sebagai bahan renungan sekaligus inspirasi menyambut Natal 2024, berikut ini akan disampaikan tiga contoh khotbah Natal singkat yang penuh kasih.

Contoh khotbah Natal ini berisi pesan Natal tentang lahirnya Sang Juruselamat manusia yang membawa pesan damai, dan ajaran cinta kasih yang diharapkan dapat selalu menyelimuti seluruh dunia.

Contoh Khotbah Natal Pertama

“Yesus Datang Membawa Kesembuhan”

Setiap kali merayakan Natal kita teringat kepada kasih Bapa yang luar biasa kepada dunia ini. Hal ini termaktub dalam Kitab Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal [yaitu Tuhan Yesus], supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Sebelum kita percaya kepada Tuhan Yesus, pada hakekatnya roh kita mati, sebab kita putus hubungan dengan Tuhan Yesus karena dosa. Tetapi pada saat kita percaya kepada Tuhan Yesus dan mengaku Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, maka Tuhan Yesus masuk ke dalam hati kita. Roh kita pun dipulihkan kembali dan menjadi hidup. Itulah suatu kesembuhan.

Di momen Natal ini, karena Tuhan Yesus datang, Dia memberikan kesembuhan. Hubungan kita dengan Tuhan pun dipulihkan kembali dan roh kita menjadi hidup. Kita sudah disembuhkan oleh Tuhan dan Dia berjanji untuk memberikan hidup yang berkelimpahan kepada kita. Yaitu berkelimpahan di dalam segala hal, di dalam kasih, sukacita, damai sejahtera, ketenangan, ketentraman, kesehatan yang baik, dan juga berkat secara materi. Itulah yang Tuhan kehendaki terjadi di dalam kehidupan kita yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus.

Namun, iblis tidak suka hidup yang berkelimpahan terjadi di dalam kehidupan manusia, karena itu Tuhan Yesus berkata: “Pencuri [iblis] datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan [Itulah pekerjaan iblis]; Aku [Tuhan Yesus] datang, supaya mereka [kita] mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yohanes 10:10).

Iblis tidak suka hidup yang berkelimpahan terjadi di dalam kehidupan manusia, karena itu kita harus melakukan "peperangan rohani" melawaniblis.

Hidup berkelimpahan yang Tuhan berikan kepada kita adalah sama dengan "Tanah Perjanjian" yang Tuhan berikan kepada bangsa Israel. "Tanah Perjanjian" adalah tanah yang berlimpah-limpah dengan susu dan madu, dan itu sudah Tuhan berikan kepada bangsa Israel.

Tetapi untuk menduduki "Tanah Perjanjian", bangsa Israel harus berperang melawan 31 raja-raja yang menguasai "Tanah Perjanjian" itu. Demikian juga hidup yang berkelimpahan sudah Tuhan berikan kepada kita, tetapi untuk mengalaminya kita harus masuk di dalam "Peperangan Rohani".

Memasuki tahun 2025 ini kita harus selalu ingat untuk "pergi ke Betlehem", tempat Yesus Kristus dilahirkan. Ini artinya, agar kita semua bisa selamat dalam menghadapi ibis, kita harus selalu kembali kepada Yesus dan hidup dalam ajaran cinta kasih Nya.

Contoh Khotbah Natal Kedua

“Jangan Takut”

Ketika malaikat Gabriel datang kepada Maria untuk pertama kalinya, Maria merasa ketakutan Begitu juga ketika malaikat menampakkan diri kepada para gembala, mereka pun merasa ketakutan ( Lukas 2 : 9 ). Padahal kedatangan malaikat pada saat itu untuk membawa berita baik yang membawa pengharapan kepada mereka.

Mengapa Maria dan para gembala merasa takut? Karena mereka hidup di masa Allah tidak lagi berbicara kepada umatNya selama 400 tahun. Dalam perjanjian lama dituliskan bahwa Allah berbicara kepada umatNya melalui perantaraan para nabi. Tetapi yang dilakukan oleh umatNya adalah mereka menolak nabi–nabi itu, bahkan tak jarang mereka menyiksa dan membunuh nabi Allah. Karena hal tersebut, Allah pun membiarkan umatNya. Oleh sebab itu, ketika malaikat Allah datang kepada Maria dan para gembala, mereka begitu ketakutan, karena untuk sekian lamanya mereka tidak pernah lagi mendengar berita dari Allah.

Betapa sangat berbahaya apabila kita tidak memiliki Roh Allah dalam kehidupan kita. Apabila Roh Allah ada dalam hidup kita, maka kita tidak perlu lagi merasa takut dan khawatir karena itu berarti Allah beserta kita. Sekalipun tahun yang akan datang tidak menjanjikan hal yang lebih baik dari apa yang kita hadapi sekarang ini

Dalam Injil Matius 1 : 21 disebutkan, Yesus lahir ke dalam dunia ini dengan satu misi yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Oleh sebab itu Allah menyuruh Yusuf dan Maria memberi nama Yesus yang artinya Juruselamat. Sungguh hanya di dalam Dia ada pengharapan dan sukacita dalam kita menjalani hidup ini.

Lukas 2 : 20 menyebutkan, maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allh. Ya, setelah berjumpa dengan Juruselamat para gembala kembali dengan penuh sukacita, setelah sebelumnya penuh dengan ketakutan. Kini mereka hidup penuh dengan sukacita.

Lewat momen Natal ini, kita memperingati momen saat manusia berjumpa dengan Juruselamat manusia, Yesus Kristus. Perjumpaan ini harusnya menjadikan hidup kita berubah menjadi lebih baik. Ini seperti yang terjadi pada orang Majus ketika mereka membiarkan Roh Kudus menuntun mereka.

Ketika Allah datang pada kehidupan kita maka ada sukacita yang melimpah dalam hati kita, seperti para gembala dan orang Majus. Akhirnya, kita tidak perlu lagi merasa takut dan khawatir dengan hidup yang akan kita hadapi, karena Allah selalu beserta dengan kita.

Contoh Khotbah Natal Ketiga

“Natal Menjadi Jembatan Surga dan Dunia”

Natal adalah sebuah perjalanan panjang, dan tidak akan pernah bisa kita ukur atau ketahui dengan tepat karena memang tidak terjangkau oleh kita. Natal adalah sebuah perjalanan luar biasa yang dilakukan oleh Yesus, anak Allah. Ia tidak mempertahankan kesetaraan-Nya dengan Allah. Ia mengosongkan diri, menjadi sama dengan manusia. Ia meninggalkan surga untuk datang ke dunia.

Ketika Yesus melakukan perjalanan dari surga ke dunia, Ia menggunakan “alat” yang sangat luar biasa, yakni kerelaan kehendak-Nya dan rasa cinta kasih Nya yang teramat besar kepada umatnya. Itulah yang membuat perjalanan panjang itu mungkin dilalui. Karena kerelaan Allah menjadi manusia maka perjalanan dari surga ke dunia itu terealisir. Kerelaan kehendak itu menjadi kendaraan yang membawa Dia dari surga mulia, turun ke dunia yang hina.

Jadi, Natal membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, yaitu surga dan dunia terjembatani oleh kerelaan Anak Allah, Yesus Kristus, Tuhan kita. Dan kerelaan kehendak ini seharusnya menjadi gambaran yang kuat dalam hidup kita. Seperti yang juga digambarkan Paulus kepada orang-orang di Filipi, bagaimana dengan kerelaan kehendak, kita mampu meniadakan nilai diri, menyangkal kemanusiaan kita, supaya kita mampu menghargai orang lain.

Natal mestinya menjadi sebuah perjalanan panjang yang bisa menjembatani permusuhan, yang seringkali membuat orang terpisah karena kebencian dan kedengkian. Natal harus mampu menjembatani berbagai pertikaian.

Itulah Natal, momen penuh cinta kasih, serta gambaran kerelaan kehendak yang mampu membuat "Yang Suci" rela masuk ke tempat berdosa dan hina. Natal, sebuah perjalanan panjang sehingga membuat Dia, anak Allah yang mahakuasa dan bertakhta di surga mulia datang ke dunia untuk menjadi anak manusia. Perjalanan panjang yang dilakukan-Nya, membuat Dia melepaskan kekekalan-Nya, dan terpisah dari kesucian surgawi lalu masuk ke dalam dunia yang hina, nestapa.

Semangat Natal seperti itu seharusnya hidup dan menghidupi orang-orang percaya, sehingga orang-orang percaya betul-betul terikat di dalam emosi yang kuat terhadap Natal itu. Natal mestinya menjadi perenungan yang serius, bukan pesta pora yang salah langkah. Tapi tragisnya, atas nama memuliakan Tuhan, Natal seringkali terjebak pada kemewahan yang justru memunculkan kelas-kelas, membuat orang-orang bawah makin terpojok.

Saudara, mari kita menemukan Natal yang sejati. Mari melakukan dan merenungkannya, karena Tuhan memanggil kita untuk memberitakan Injil. Karena itu jangan terjebak pada perangkap apa pun. Jadikan Natal sebagai perjalanan panjang untuk nenanggalkan seluruh keegoan, kehebatan, dan keluarbiasaan kita.

Mari turun untuk berbagi dengan orang-orang susah dan menderita di sekitar kita. Jangan menyakiti hati mereka dengan balutan kemewahan yang ada pada kita. Semoga Natal ini menjadi perjalanan panjang kita demi kemuliaan nama Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.

Demikianlah tiga contoh khotbah Natal yang bisa dijadikan bahan renungan sekaligus referensi bagi umat Kristiani yang akan merayakan Natal 2024 ini. Semoga, lewat tiga contoh khotbah di atas bisa membawa pencerahan dan harapan penuh sukacita di Natal tahun ini.

Baca juga artikel terkait NATAL atau tulisan lainnya dari Lucia Dianawuri

tirto.id - Edusains
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Lucia Dianawuri & Yulaika Ramadhani