Menuju konten utama

109 Dokter Meninggal akibat Corona, IDI Minta Pemerintah Bisa Tegas

Pandemi COVID-19 telah menelan nyawa 109 dokter di Indonesia. IDI menyoroti peran pemerintah terkait penegakan protokol kesehatan di masyarakat.

109 Dokter Meninggal akibat Corona, IDI Minta Pemerintah Bisa Tegas
Ratusan tenaga medis melepas pemberangkatan jenazah dokter anestesi Imai Indra, yang meninggal akibat COVID-19 di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin, Banda Aceh, Aceh, Rabu (2/9/2020). ANTARA FOTO/Ampelsa.

tirto.id - Tim Mitigasi PB IDI merilis data jumlah dokter yang meninggal dunia akibat COVID-19, per Kamis (10/9/2020) tercatat sudah 109 dokter menjadi korban. IDI pun menyoroti peran pemerintah dalam mencegah lebih banyak dokter jatuh menjadi korban di masa pandemi Corona.

"Pemerintah juga harus bersikap tegas dengan menindak masyarakat yang tidak menerapkan protokol kesehatan, diikuti juga para aparat pemerintah juga memberikan contoh dengan melakukan protokol kesehatan dalam aktivitas mereka sehari-hari," kata Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi lewat keterangan tertulis pada Jumat (11/9/2020).

Berdasarkan data IDI hingga hari ini sudah 109 dokter meninggal dunia terkait COVID-19, 7 dokter di antaranya adalah guru besar, 49 lainnya adalah dokter spesialis, dan 53 orang dokter umum.

Kematian dokter terkait COVID-19 paling banyak terjadi di Jawa Timur dengan 29 dokter meninggal. Selanjutnya Sumatera Utara dengan 20 dokter meninggal, DKI Jakarta 13 dokter, Jawa Barat 10 dokter, Jawa Tengah 8 dokter, Sulawesi Selatan 6 dokter.

Bali, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan masing-masing terdapat 4 dokter meninggal dunia. Kalimantan Timur terdapat 3 dokter meninggal dunia, Yogyakarta dan Kepulauan Riau masing-masing terdapat 2 dokter meninggal dunia. Kemudian, Aceh, Banten, NTB, dan Papua Barat masing-masing terdapat 1 dokter meninggal dunia.

Adib menyampaikan, dokter-dokter itu bisa jadi tertular saat melakukan penanganan langsung terhadap pasien positif COVID-19, baik di ruang isolasi maupun di ruang ICU. Bisa juga ketika melayani pasien umum dan belakangan diketahui pasien tersebut positif COVID-19. Ada juga kemungkinan terpapar dari keluarga atau komunitas.

"Gambaran ini menunjukkan bahwa pekerjaan dokter saat ini memiliki risiko yang sangat tinggi untuk terpapar COVID-19, di samping juga angka OTG [asimptomatik carrier] yang tinggi," kata Adib.

Karenanya, Adib meminta pemerintah memperkuat penerapan protokol kesehatan dengan melibatkan kelompok sosial masyarakat. Pemerintah pun dituntut memperkuat penerapan 3T (Test, Trace, Treat) untuk mengejar laju penularan virus.

Khusus untuk penguatan layanan kesehatan, pemerintah diminta melakukan pemetaan kemampuan fasilitas kesehatan, merata dab meningkatkan kapasitas rawat dengan penapisan ketat terhadap pasien, zonasi di fasilitas kesehatan, dan pengkhususan rumah sakit rujukan COVID-19.

Baca juga artikel terkait PANDEMI COVID-19 atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Maya Saputri