tirto.id - Dana Monter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) khawatir eskalasi konflik Timur Tengah dapat menimbulkan dampak ekonomi secara signifikan pada kawasan maupun dunia. Akan tetapi, harga-harga komoditas saat ini masih lebih lebih rendah dibanding harga tertinggi tahun lalu.
Juru bicara IMF, Julie Kozack, mengatakan, organisasi yang berbasis di Washington, Amerika Serikat itu memantau situasi konflik Lebanon selatan dengan keprihatinan mendalam. Ia pun mengatakan eskalasi konflik Timur Tengah dapat menimbulkan dampak ekonomi di wilayah kawasan.
“Potensi akan adanya eskalasi konflik lebih lanjut meningkatkan risiko dan ketidakpastian, serta dapat menimbulkan dampak ekonomi yang signifikan bagi kawasan ini dan sekitarnya,” ujar Kozack.
Dampak utama konflik itu terhadap ekonomi global adalah kenaikan harga-harga komoditas, termasuk minyak dan biji-bijian, serta peningkatan biaya pengiriman, karena kapal-kapal menghindari potensi serangan rudal oleh kelompok militan Houthi di Yaman ke kapal-kapal di Laut Merah. Akan tetapi, harga-harga komoditas saat ini lebih rendah daripada level tertingginya tahun lalu.
“Saya tekankan sekali lagi bahwa kami memantau situasi dengan seksama, dan ini adalah situasi yang sangat memprihatinkan dan penuh ketidakpastian,” tambahnya.
Kozack menuturkan, IMF masih terlalu dini memprediksi dampak spesifik eskalasi konflik Timur Tengah kepada perekonomian global. Akan tetapi, IMF mencatat, perekonomian kawasan Timur Tengah sudah sangat terpuruk, terutama di Gaza, di mana masyarakat sipil menghadapi kondisi sosio-ekonomi yang mengerikan, krisis kemanusiaan dan bantuan yang minim.
IMF memprediksi Produk Domestik Bruto (PDB) Gaza anjlok hingga 86 persen pada paruh 1 2024. Sementara itu, PDB di wilayah Tepi Barat diprediksi turun 25 persen pada paruh pertama 2024 dengan angka penurunan bisa lebih jauh.
Sementara itu, PDB Israel mengalami kontraksi sebesar 20 persen pada kuartal keempat 2023 setelah konflik berlangsung. Selain itu, Israel mengalami pemulihan parsial pada paruh pertama 2024.
IMF akan memperbarui proyeksi ekonomi semua negara pada Oktober 2024 ketika IMF bersama Bank Dunia menggelar pertemuan musim gugur di Washington, AS.
“Meningkatnya intensitas konflik di Lebanon baru-baru ini memperburuk situasi makroekonomi dan sosial yang sudah rapuh di negara itu,” kata Kozack.
Dia mengacu pada serangan udara Israel terhadap kelompok militan Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon.
“Konflik itu telah menimbulkan banyak korban jiwa di negara tersebut, dan telah merusak infrastruktur fisik.”
Di sisi lain, Lebanon mencapai kesepakatan tingkat staf dengan IMF pada 2022, tentang potensi program pinjaman, tetapi belum ada kemajuan berarti untuk bisa mencapai reformasi yang diharapkan, kata Kozack.
“Kami siap berkomunikasi dengan Lebanon terkait potensi program pembiayaan ketika situasinya memungkinkan, tetapi hal ini membutuhkan aksi dan langkah-langkah kebijakan yang tegas,” tambah Kozack.
“Saat ini kami mendukung Lebanon melalui bantuan pengembangan kapasitas dan bidang-bidang lain yang memungkinkan," tutur Kozack.
Editor: Abdul Aziz