Menuju konten utama

Yang Sudah Dilakukan India Supaya Jadi Kekuatan Global

Ambisi India menjadi kekuatan global dengan reformasi ekonomi hingga peningkatan soft power.

Yang Sudah Dilakukan India Supaya Jadi Kekuatan Global
Perdana Menteri India Narendra Modi mendapat kalungan bunga dari pendukungnya saat kampanye di desa Bhaat, pinggiran Ahmedabad, India, Senin (16/10). ANTARA FOTO/REUTERS/Amit Dave.

tirto.id - Sebagai negara berpenduduk 1,3 miliar orang dan lebih dari 800 juta di antaranya memiliki hak suara dalam pemilu, India kerap menyandang predikat "negara demokrasi terbesar di dunia. Di usianya yang menginjak 70 tahun, negeri ini bangga dengan capaian di sektor ekonomi yang kini menduduki urutan ketujuh dan kekuatan militer keempat terbesar di dunia.

Capaian di atas merupakan beberapa target India yang berhasil dicapai pemerintahan Narendra Modi.

"Untuk pertama kalinya negara ini mendapatkan Perdana Menteri yang mengubah keragaman kami yang pernah dianggap sebagai kelemahan, menjadi kekuatan. Pada kesempatan ini, saya dengan sepenuh hati mengucapkan selamat kepada Narendra Modi yang terhormat," demikian Menteri Madhya Pradesh, Shivraj Singh Chouhan.

"India telah muncul sebagai kekuatan dunia. Pemerintah Modi telah membentuk citra pemerintahan yang andal dan kuat," lanjut Chouhan.

Baca juga:Pria dari Kasta Terendah Jadi Presiden Baru India

Mengejar ambisi jadi kekuatan global, pemerintahan Modi menggenjot pembangunan infrastruktur umum hingga sarana transportasi serta mengubah beberapa regulasi yang dianggap menghambat investasi asing.

Kini ekonomi India berhasil menyalip posisi—negara anggota G7—yang berada di posisi kedelapan. Produk Domestik Bruto (PDB) India mencapai $2,08 miliar, sementara Italia sebesar $1,8 miliar.

Dari sektor konsumsi, reformasi ekonomi Modi menggeser Cina sebagai pasar sepeda motor dan skuter pada tahun 2016. India dalam beberapa tahun terakhir menjadi pasar incaran para produsen dunia, mulai dari kendaraan bermotor hingga telepon pintar. Kini India menjadi pasar terbesar ketiga di dunia setelah Cina dan Amerika Serikat.

Posisi India sebagai salah satu pasar utama tampaknya akan tetap berlangsung di masa mendatang. Studi terbaru PricewaterhouseCoopers meramalkan bahwa pada 2050 India akan menduduki posisi kedua sebagai pasar terbesar dunia menggeser AS ke posisi ketiga, menyusul Indonesia di urutan keempat.

Baca juga:Menjual Nama Donald Trump di Pencakar Langit India

Ekonomi India didukung oleh hadirnya pekerja berusia produktif yang diperkirakan jadi yang terbesar di dunia. Pada 2050, usia rata-rata tenaga kerja produktif India adalah 37 tahun sedangkan Jepang 53 tahun, Cina 50 tahun, dan Eropa Barat 47 tahun.

Dari Militer hingga Soft Power

Menguatnya ekonomi memicu India untuk meningkatkan kekuatan militer, sebagaimana tercermin dari kenaikan anggaran militer. Menurut laporanGlobal Fire Power, pada 2017 India mengucurkan dana $51 miliar dan menjadi negara keempat di dunia dengan anggaran militer terbesar di bawah AS, Cina dan Arab Saudi.

India juga mulai membangun kapal induk guna menjaga kawasan maritimnya. Meski tengah dalam proses pembangunan, India tampaknya tak sabar untuk menambah satu lagi kapal induk yang kini berada dalam tahap perencanaan. Selain itu India juga akan menambah tiga kapal selam bertenaga nuklir. Ini dilakukan supaya India unggul di Samudera Hindia dan merespons tantangan Cina di Asia Selatan.

Dalam kebijakan luar negerinya, India berusaha dekat AS. Saat Donald Trump terpilih menjadi presiden Amerika, Modi adalah salah satu pemimpin dunia yang mengunjungi Trump dan disambut hangat di Gedung putih.

Baca juga: Ambisi Proyek Luar Angkasa India

Di sisi lain, India juga dekat dengan Rusia. Bersama Brazil, Cina, dan Afrika Selatan, kedua negara ini masuk dalam BRICS yang kini diperhitungkan dalam percaturan ekonomi global.

Antariksa pun tak lepas dari ambisi India. ISRO, organisasi badan antariksa India berhasil meluncurkan 104 satelit dalam satu misi pada Februari lalu. India memecah rekor Rusia yang meluncurkan 37 satelit sekaligus pada 2014 lalu.

Sadar memiliki kekuatan lebih, India mulai menerjemahkan kekuatannya guna mengembangkan soft power, misalnya dengan menyelenggarakan Hari Yoga Internasional, membangun lebih banyak pusat kebudayaan, serta mempromosikan film-film Bollywood.

Batu Penghalang India

Konsep kekuasaan dalam Hubungan Internasional secara tradisional didefinisikan sebagai sesuatu yng relasional: kemampuan A memengaruhi perilaku B untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Dalam buku Bound to Lead: The Changing Nature of American Power ilmuwan terkemuka Joseph Nye memisahkan tiga dimensi kekuasaan: pengaruh memanfaatkan insentif ekonomi, penggunaan militer dan kemampuan untuk mengkooptasi pihak lain dengan pendekatan soft power.

India jelas sudah memiliki tiga unsur tersebut sebagai modal untuk menjadi kekuatan global. Namun, dalam artikel "Will India Start Acting Like a Global Power?" yang terbit di majalah Foreign Affairs, Alyssa Ayresmengungkapkan bahwa India saat ini belum dilihat dunia sebagai kekuatan besar.

Infografik mimpi india jadi negara adikuasa

Dari sisi eksternal, kebangkitan India tak disertai dengan posisi permanen dalam suatu kelembagaan yang berperan besar dalam percaturan global. Dibandingkan dengan Cina, misalnya, yang memiliki kedudukan permanen dalam Dewan Keamanan PBB. Posisi Cina di PBB mampu menjadikannya salah satu pemegang kendali keputusan organisasi internasional itu.

Baca juga:Kemiskinan dan Hukum yang Ngawur Dorong Perbudakan Anak di India

Ambisi Modi juga dikritik lantaran di balik kekuatan ekonomi, militer dan soft power, 270 juta penduduk India hidup dalam kemiskinan ekstrem. Diskriminasi di antara populasi India yang terkenal sangat beragam juga terus meningkat berdasarkan jenis kelamin, kasta, agama, atau wilayah.

Sejarawan India Ramachandra Guha, pernah menulis: “India tidak akan menjadi negara adidaya.” Negeri ini menghadapi sejumlah tantangan besar: pemberontakan Maois, meningkatnya aktivitas fundamentalis Hindu, sampai melebarnya jurang antara orang kaya dan orang miskin. Guha juga berpandangan bahwa India seharusnya tidak perlu berusaha menjadi negara adikuasa.

Hal senada juga diungkapkan Chinmaya R. Gharekhan dari The Hindu. Menurutnya alih-alih mengejar gelar kekuatan global, ia menyarankan agar lebih baik bekerja keras untuk memperbaiki kehidupan orang miskin sebab meningkatnya kekuatan India di dunia Internasional tak serta merta menurunkan angka kemiskinan di dalam negeri.

Baca juga artikel terkait INDIA atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Politik
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Windu Jusuf