Menuju konten utama

WTO Dukung Larangan Korsel pada Makanan Laut Fukushima

WTO mendukung larangan impor Korea Selatan untuk makanan laut Jepang dari daerah yang terkena dampak bencana nuklir. 

WTO Dukung Larangan Korsel pada Makanan Laut Fukushima
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menghadiri pertemuan parlemen majelis tinggi setelah laporan peluncuran rudal Korea Utara di Tokyo, Jepang, Senin (6/3). ANTARA FOTO/REUTERS/Issei Kato/cfo/17

tirto.id - World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia telah membenarkan larangan impor Korea Selatan atas makanan laut Fukushima yang terdampak bencana nuklir pada 2011. Kebijakan tersebut membatalkan putusan dari panel yang lebih rendah.

Melansir dari AP News, badan banding WTO membatalkan poin-poin penting dari putusan panel perselisihan yang lebih rendah tahun lalu.

Poin tersebut termasuk atas tindakan Korea Selatan yang berlebihan dalam membatasi perdagangan dan perlakuan diskriminatif pada Jepang.

Korea Selatan menyambut pernyataan tersebut dan akan terus memblokir semua produk perikanan dari Fukushima dan tujuh prefektur sekitarnya untuk memastikan, “hanya makanan yang dikonfirmasi aman yang akan disajikan di atas meja.”

"Pemerintah akan terus mempertahankan dan memperkuat kedaulatan dan jaring pengaman karantina kami," kata Yoon Chang-yul, pegawai dari Kantor Koordinasi Kebijakan Pemerintah Korea Selatan.

Yoon mengatakan, keputusan WTO memungkinkan Seoul untuk mempertahankan larangan "tanpa batas" sampai negara melihat masalah keamanan sepenuhnya diselesaikan.

Ketika ditanya tentang kemungkinan larangan makanan laut akan memicu perdagangan dan perselisihan diplomatik lebih besar, Yoon mengatakan, "Semoga itu tidak terjadi."

Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono mengatakan Keputusan WTO “sangat disesalkan” dan bahwa Tokyo akan berusaha membatalkan larangan impor melalui pembicaraan hubungan bilateran dengan Seoul.

Jepang juga telah meluncurkan keluhan kepada WTO mengenai larangan tersebut pada tahun 2015 yang mengatakan bahwa tingkat makanan laut radioaktif dari daerah tersebut aman.

Pabrik Fukushima sekarang telah distabilkan secara signifikan dan radiasi telah turun ke tingkat yang dianggap aman di sebagian besar wilayah.

Namun, lebih dari 20 negara dan wilayah tetap melarang impor atau membatasi impor perikanan serta produk pertanian Jepang, meskipun jumlahnya turun dari angka 54 persen segera setelah bencana.

Pemerintah Perdana Menteri Shinzo Abe telah mendorong ekspor pertanian sebagai bagian utama dari strategi pertumbuhan ekonominya.

Sebenarnya, Korea Selatan memberlakukan larangan mulai tahun 2013 setelah Tokyo Electric Power Company mengungkapkan bahwa air yang sangat terkontaminasi bocor dari tangki penyimpanan pabrik di Fukushima yang tenggelam oleh tsunami besar-besaran pada tahun 2011.

Sejak larangan makanan laut Jepang di Korea Selatan pada 2013 ditetapkan, impor Jepang menurun drastis.

Sebelumnya, Korea Selatan mengimpor dari Jepang sekitar 20.000 ton menjadi 30.000 ton pollack dan mackerel pada 2010, tetapi volumenya turun di bawah 3.000 ton karena Korea Selatan mengimpor lebih banyak ikan dari sumber alternatif seperti Rusia dan Norwegia pada 2018 kata Yoon.

"Mempermudah dan mencabut pembatasan impor terkait dengan kecelakaan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Dai-ichi adalah masalah yang sangat penting," kata Yoshihide Suga, kepala Sekretaris Kabinet Jepang. Dia menambahkan bahwa semua ekspor pertanian dan perikanan Jepang diuji aman di bawah standar Jepang sendiri yang ditetapkan lebih ketat daripada standar internasional.

"Kami akan dengan sabar melanjutkan upaya kami untuk bernegosiasi dengan Korea Selatan dan negara-negara lain untuk mencapai pelonggaran atau pencabutan pembatasan impor mereka berdasarkan ilmu pengetahuan," kata Suga.

Baca juga artikel terkait WTO atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Ibnu Azis