tirto.id -
Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta mendampingi 120 destinasi pariwisata baru yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat. Pengembangan ini, oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo, akan diintegrasikan dengan kawasan wisata Borobudur melalui program Bedah Menoreh.
"Di Kabupaten Kulon Progo ini sedikitnya muncul 120 destinasi wisata baru yang dikembangkan masyarakat. Kulon Progo sangat potensial baik wisata alam, wisata buatan alami dan unik. Semua tersedia di sini," kata Krissutanto, selaku Kepala Disparpora Kulonprogo, di Kulonprogo, Senin, (21/3/2016).
Krissutanto mengatakan dalam satu tahun terakhir, di kabupaten tersebut banyak bermunculan objek wisata baru, mulai dari panorama, gua, curug, kebun bunga krisan, kebun teh, dan kopi.
Pendampingan yang dilakukan oleh Disparpora salah satunya ialah dengan melakukan pembinaan dan koordinasi terhadap kelompok sadar wisata (pokdarwis) dan pelaku wisata. Krissutanto menyatakan pertumbuhan wisata ini harus ditangkap dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan dan pengangguraan.
"Permasalahan pengembangan destinasi wisata baru adalah keterbatasan sumber daya manusia (SDM), baik sebagai pemandu wisata, menyiapkan objek wisata yang selalu bersih, nyaman, indah dan sehat. Sehingga kami harus melakukan pembinaan ke dalam," kata Krissutanto.
Koordinasi pengembangan wisata ini juga dilakukan Disparpora dari tingkat desa dan kecamatan, tidak hanya pada pokdarwis dan pelaku wisata. Akan tetapi, Krissutanto mengakui, untuk memberikan dukungan berupa sarana dan prasarana pariwisata, pihak Dispaspora tidak memiliki cukup anggaran dan perlu perencanaan yang jelas.
Dalam mengembangkan daya tarik wisata ini, Krissutanto mengaku juga mendengarkan masukan dari wisatawan.
“Wisatawan tidak mau banyak bangunan yang dapat merusak keaslian wisata buatan masyarakat, wisatawan tetap menginginkan wisata alam yang masih alami dan unik. Saat ini, wisatawan mancanegara juga mulai berdatangan ke objek wisata di Kulon Progo, khususnya wisata alam. Mereka ada yang tinggal di homestay atau rumah-rumah penduduk," kata Krissutanto.
Pariwisata Kulonprogo Butuh Dukungan Infrastruktur
Menurut Krissutanto, perkembangan destinasi wisata di Kulon Progo sangat signifikan, khususnya bagi pelaku wisata.
"Secara tidak langsung, kesejahteraan masyarakat meningkat dan kreatifitas mengembangkan potensi lokal berkembang pesat. Artinya, objek wisata baru mampu menggerakkan perekonomian masyarakat," kata Krissutanto.
Ia menambahkan, untuk melakukan kegiatan pelayanan dan pengamanan, dukungan operasional secara mandiri sangat diterima oleh Disparpora.
Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kulon Progo, Agung Nugroho turut memberikan komentar mengenai pengembangan kawasan wisata ini. Agung meminta Disparpora membangun fasilitas penunjang, seperti kamar mandi dan tempat ibadah. "Fasilitas ini sangat dibutuhkan di setiap objek wisata," kata Agung.
Sementara itu, Astungkoro, Sekretaris Daerah (Sekda) Kulon Progo mengatakan Pemkab Kulon Progo saat ini sedang menyusun detail engineering design (DED) untuk program pengembangan kawasan Menoreh.
Dengan adanya Borobudur dan Bandara, Pemkab Kulon Progo hendak menjalankan rencana strategis pengembangan kawasan Menoreh, Kulon Progo.
"Kami mengusulkan pengembangan Sendangsono, Suroloyo, Gua Kiskendo, Bedah Menoreh, jalur Sentolo-Ngeplang," kata Astungkoro.
Kementerian Koordinator Maritim dan Sumber Daya tentu saja mengapresiasi program Bedah Menoreh yang diusulkan Pemkab Kulon Progo.
Bambang Susanto, tenaga Ahli Kementerian Koordinator Maritim dan Sumber Daya di Kulon Progo, Kamis (17/3/2016) mengatakan, pihaknya telah mendengarkan pemaparan dari Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo. “Apa yang disiapkan bupati, seperti harapan Tim Kemenko Maritim," kata Bambang.
Usai menghadiri diskusi Bedah Menoreh Kulonprogo, Bambang mengatakan, sejauh ini tim sedang menyiapkan Peraturan Presiden untuk Badan Otoritas Borobudur. Kawasan yang akan dikembangkan sudah ditentukan.
Bambang memaparkan, anggaran pengembangan kawasan Borobudur sendiri sesuai dengan pernyataan presiden, sebesar Rp21 triliun. Anggaran tersebut akan digunakan untuk pembangunan bandara Kulon Progo, pelebaran jalan dari Bawen sampai Magelang, kemudian pengembangan kawasan baru Bedah Menoreh.
Bambang mengatakan Perpres terkait Badan Otoritas Borobudur pada tanggal 31 Maret diharapkan sudah ditandatangani presiden. Sehingga, jika sudah ditandatangani, Badan Otoritas Borobudur bisa bergerak cepat untuk mencapai target yang ditetapkan presiden hingga akhir tahun 2019, yakni mendatangkan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta. Kawasan Borobudur sendiri ditarget menarik sekitar dua juta wisatawan. (ANT)