tirto.id - Badan Intelijen AS (Central Intelligence Agency/CIA) mampu meretas enkripsi di sejumlah aplikasi pesan instan populer termasuk WhatsApp, menurut dokumen terbaru yang dirilis WikiLeaks.
Organisasi pelapor pelanggaran itu baru saja menerbitkan 8.761 dokumen yang diklaim Julian Assange sebagai keseluruhan kapasitas peretasan CIA. Rilisan besar ini merupakan yang pertama dari beberapa seri bocoran WikiLeaks yang dikumpulkan dalam "Vault 7".
Dalam rilisnya tersebut, WikiLeaks mengklaim bahwa CIA menggunakan malware dan perangkat peretas untuk membobol ponsel pintar dan televisi dari jarak jauh sehingga mengubahnya menjadi mikrofon rahasia.
"Teknik ini mengizinkan CIA untuk memotong enkripsi dari WhatsApp, Signal, Telegram, Wiebo, Confide, dan Cloackman dengan meretas ponsel pintar yang mereka jalankan dan mengumpulkan lalu lintas audio dan pesan sebelum enkripsi diterapkan," demikian laporan tersebut seperti yang dilansir The Independent, Rabu (8/3/2017).
Klaim tersebut diperkirakan akan menyebabkan kekhawatiran besar di antara pengguna WhatsApp. Sebelumnya, banyak dari mereka bereaksi marah terkait kabar bahwa aplikasi tersebut akan mulai berbagi data dengan Facebook tahun lalu.
Rencana tersebut dibatalkan setelah Komisaris Informasi Elizabeth Denham meluncurkan penyelidikan ke dalam pengaturan.
Rilis WikiLeaks tersebut menunjukkan bahwa mata-mata pemerintah telah memiliki akses ke pengguna pesan selama ini, meskipun penggunaan enkripsi end-to-end WhatsApp dirancang untuk melindungi privasi pengguna.
Bagaimanapun, CIA memang belum meretas WhatsApp, demikian disebutkan dalam laporan itu. Akan tetapi, CIA tengah menjalankan tugasnya yang menyangkut enkripsi sejumlah aplikasi dengan menyerang ponsel pengguna.
Dokumen "Vault 7" diserahkan kepada WikiLeaks oleh pihak yang ingin membuka percakapan tentang apakah CIA telah mendapatkan terlalu banyak kekuasaan, menurut kelompok tersebut.
Julian Assange mengklaim bahwa, dengan menerbitkan dokumen, WikiLeaks telah memastikan bahwa CIA telah "kehilangan kendali atas gudang persenjataannya".
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari