Menuju konten utama

Wartawan Narasi TV Dianiaya Polisi dan Ponselnya Dirampas

Beberapa jurnalis diintimidasi saat meliput kerusuhan di Gedung DPR. Salah satunya dari Narasi TV. Ponselnya juga dirampas.

Wartawan Narasi TV Dianiaya Polisi dan Ponselnya Dirampas
Para siswa yang mengklaim siswa STM se-Jabodetabek turun ke jalan. Mereka tidak menyuarakan tuntutan, tetapi ber yel-yel menyatakan DPR bego, Jakarta, Rabu (25/9/2019). tirto.id/Andrian Pratama Taher

tirto.id - Vany Fitria, wartawan Narasi TV, mendapat perlakuan buruk dari polisi saat meliput kerusuhan di bawah Flyover Bendungan Hilir, Jakarta, Rabu (25/9/2019) sekitar pukul 20.10. Dia mendapat kekerasan fisik. Ponselnya, yang dipakai untuk merekam kerusuhan, dirampas.

"Keadaan sedang ricuh antara massa dan polisi. Saya hanya ingin ambil footage ketika [siswa] STM ricuh. Polisi dari arah gerbang DPR, massa dari arah sebaliknya," katanya kepada reporter Tirto setelah kejadian.

"Pas lagi ambil gambar footage, orang-orang tiba-tiba lari. Aku kira enggak akan kenapa-kenapa. Makanya agak santai sedikit," jelas Vany, lalu menjelaskan tiba-tiba seorang polisi berseragam hitam, lengkap dengan helm dan tameng, mendekat dan memperingatkan dirinya.

"Mbak, hati-hati, ya," kata polisi sepenuturan Vany.

Tidak lama setelah itu Vany didatangi lagi polisi. Jumlahnya lebih banyak, sekitar 7-8. Mereka juga beratribut lengkap.

"Enggak pakai A, B, C, hape-ku langsung diambil. Dibanting saat itu juga. Dan ada satu polisi yang ambil dan simpan hapeku di kantongnya."

Setelah itu seorang polisi mendatangi Vany, lalu memukul lengan kanannya menggunakan tameng.

"Nyolot ke aku. Aku dipukul sedikit pake tamengnya di bagian lengan kanan. Lumayan sakit. Buatku itu cukup keras. Itu kekerasan fisik."

Kemudian beberapa polisi memilih menenangkan keadaan, lalu membawa Vany ke Pulau Dua Resto. Di sana, kata Vany, banyak polisi beristirahat.

"Aku sudah bilang aku pers. Tunjukkan kartu. Pakai ini (kartu pers) dari awal, enggak pernah lepas. Ini satu-satunya pelindungku. Intinya mereka emosi banget. Enggak mau tahu aku pers atau bukan," Vany menambahkan.

Vany bilang tak ada hal-hal sensitif—misalnya kekerasan aparat—yang ia rekam lewat gawainya.

"Hanya ambil video jarak jauh biasa. Cuma ambil video ketika polisi lempar gas air mata. Massa STM juga udah lari," katanya.

Ponsel Vany sampai sekarang belum juga kembali. Lewat pernyataan resmi yang disampaikan pemimpin redaksinya, Zen RS, Narasi TV mendesak polisi mengembalikan (bukan mengganti) ponsel Vany.

Baca juga artikel terkait KEKERASAN JURNALIS atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Rio Apinino