tirto.id - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai bahwa terdapat poin dalam visi misi capres Prabowo-Sandiaga yang justru memperburuk kondisi lingkungan.
"Dia mempromosikan atas nama rehabilitasi, tapi dia malah membuka untuk perluasan hutan tanaman industri," kata Khalisah Khalid, Ketua Adhoc Politik Keadilan Ekologis Walhi saat ditemui di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (28/1/2019).
Khalisah menjelaskan bahwa Hutan Tanaman Industri (HTI) justru merupakan salah satu faktor yang merusak lingkungan dan menjadi kekhawatiran bagi Walhi. Pasalnya, sifat dari HTI adalah monokultur.
"Kami melihat secara mendasar hutan tanaman industri itu bukan hutan, justru jadi salah satu penyebab kerusakan hutan dengan watak yang monokultur," kata Khalisah.
Khalisah menambahkan bahwa dampak atau bahaya monokultur itu terletak pada biodiversity atau keragaman alam, serta perubahan ekosistem. Dengan kata lain, bentuk monokultur ini akan menghancurkan habitat endemik, baik satwa, maupun tumbuhan, serta dapat memutuskan rantai ekosistem.
"Nah, rehabilitasi hutan itu seharusnya bukan dengan hutan tanaman industri, itu sesat pikirnya paslon 02," tegas Khalifah.
Khalifah menyampaikan bahwa rehabilitasi seharusnya dilakukan dengan mengembalikan fungsi hutan. Pengembalian fungsi hutan dapat dilihat dari sisi ekologis, sosial, budaya, ataupun ekonomi.
Menurut Khalisah dalam pengkajian dokumen visi-misi, dan program turunan dari Prabowo-Sandiaga, pihak Walhi juga menemukan sejumlah masalah lain. Salah satunya adalah tambang ramah lingkungan. Bentuk tersebut seolah menjadi bagian dari upaya bagi perbaikan lingkungan, tapi di sisi lain tidak dinyatakan bagaimana bentuknya.
Khalifah malah mempertanyakan balik secara retorik, bagaimana tambang bisa menjadi ramah bagi lingkungan.
Isu-isu lingkungan yang diangkat oleh Prabowo-Sandiaga pun kontradiktif dengan upaya untuk menjaga atau menghentikan perusakan lingkungan.
"Prabowo-Sandiaga berada pada level yang tidak lebih baik dibandingkan Jokowi-Amin, bahwa kontradiksi dalam turunan dan memposisikan cenderung melayani kepentingan investasi," dikutip dari buku Tinjauan Lingkungan Hidup 2019 yang diterbitkan Walhi.
Penulis: Fadiyah Alaidrus
Editor: Nur Hidayah Perwitasari