Menuju konten utama
Ramadhan 2023

Waktu Ziarah Kubur Sebelum Ramadhan 2023, Tata Cara & Bacaan Doa

Waktu ziarah kubur sebelum Ramadhan 2023, tata cara, dan bacaan doa. Simak kapan jatuhnya awal Ramadan 2023.

Waktu Ziarah Kubur Sebelum Ramadhan 2023, Tata Cara & Bacaan Doa
Warga membawa anak-anaknya saat berziarah ke makam keluarga di sebuah tempat pemakaman umum di Bekasi, Jawa Barat, Senin (20/4/2020). ANTARA FOTO/Suwandy/wsj.

tirto.id - Jelang Ramadan, masyarakat Jawa biasanya menggelar tradisi Nyadran dan melakukan ziarah kubur. Lantas kapan waktu yang tepat untuk ziarah kubur sebelum Ramadhan 2023 dan bagaimana bacaan doanya?

Umat Islam tidak lama lagi akan menyambut bulan Ramadan 1444 hijriah. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Ditjen Bimas) Kementerian Agama (Kemenag) telah menginformasikan jadwal sidang isbat penentuan awal Ramadan 1444 hijriah akan dilaksanakan pada Rabu, 22 Maret 2023.

Sementara itu, Muhammadiyah telah menetapkan jatuhnya 1 Ramadan 1444 hjriah melalui Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 1/MLM/1.0/E/2023 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1444 Hijriah, yang dikeluarkan pada 21 Februari 2023. Awal puasa versi Muhammadiyah adalah pada 23 Maret 2023.

Sebagian masyarakat Indonesia memiliki tradisi khusus guna menyambut datangnya bulan Ramadan. Ada yang menggelar acara Nyadran, khususnya Jawa. Ada juga yang sekadar mengunjungi makam leluhur mereka, lalu mendoakannya.

Waktu Ziarah Kubur Sebelum Ramadhan 2023

Menjelang awal Ramadan, umat Islam di beberapa daerah Indonesia seringkali melaksanakan ziarah kubur, baik individu maupun kelompok. Ziarah kubur adalah datang ke makam untuk mendoakan orang yang telah meninggal. Selain itu, ziarah kubur dapat dimaknai sebagai upaya agar manusia senantiasa mengingat kematian.

Waktu ziarah kubur sebelum Ramadan 2023 sebenarnya tidak ada ketentuan. Namun, batas waktu yang ideal adalah 1 hari sebelum jatuhnya awal Ramadan. Masyarakat di beberapa wilayah Indonesia seringkali mengikuti kebiasaan umum waktu berziarah ke makam.

Melihat sejarah perkembangan awal Islam, Rasulullah saw. pernah melarang kaumnya berziarah kubur karena khawatir mereka menyekutukan Allah Swt. Sebab, masyarakat Arab di masa jahiliyah menjadikan nenek moyang sebagai tempat meminta berkah, bahkan ada pula yang menyembahnya.

Akan tetapi, seiring bertambah kuatnya iman kaum muslim Rasulullah saw. kemudian memperbolehkan ziarah kubur. Dibolehkannya ziarah kubur termuat dalam sabda Rasulullah saw. sebagai berikut:

Dahulu aku pernah melarang ziarah kubur, maka telah diizinkan bagi Muhammad berziarah kubur ibunya. Kalian berziarahlah kubur sebab hal itu mengingatkan pada akhirat,” (H.R. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan Hakim).

Bacaan Doa Ziarah Kubur dan Tata Caranya

Mendoakan ahli kubur menjadi salah satu perbuatan sunah ketika umat Islam berziarah ke makam. Doa ini baik dilantunkan untuk seluruh ahli kubur di suatu makam atau khusus kuburan yang diziarahi. Aisyah ra. pernah menceritakan ketika Rasulullah saw. mengunjungi pemakaman. Berikut isinya:

Rasulullah SAW keluar pada suatu malam ke Baqi’ [pemakaman di Makkah], beliau lama berdoa, memohon ampun bagi mereka tiga kali dengan mengangkat kedua tangannya,” (HR. Muslim).

Doa Masuk Kompleks Pemakaman

السَّلامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنينَ وَأتاكُمْ ما تُوعَدُونَ غَداً مُؤَجَّلُونَ وَإنَّا إنْ شاءَ اللَّهُ بِكُمْ لاحقُونَ

Bacaan Latinnya: Assalamu’alaikum daara qaumin mukminin wa ataakum ma tu‘aduna ghadan muajjalun, wa inna insya Allahu bikum lahiqun.

Artinya: “Semoga keselamatan bagi kamu sekalian wahai negeri kaum yang beriman, dan akan datang apa yang dijanjikan kepada kamu sekalian dengan segera. Dan sesungguhnya kami, dengan izin Allah akan menyusul kamu sekalian,” (HR. Muslim).

Doa Setelah Membaca Surah Yasin, Surah Al-Fatihah, atau Ayat Kursi

اللهم اوصل ثواب ما قُأناه الى فلان او اليهم

Bacaan Latinnya: Allahumma aushil tsawaba maa qara'naahu ilaa fulan [menyebut nama yang diziarahi] au ilaihim.

Artinya: “Ya Allah, sampaikanlah pahala apa yang telah kami baca kepada fulan [menyebut nama yang diziarahi] atau kepada mereka.”

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Muhammad Fadli Nasrudin Alkof