tirto.id - Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memperketat lalu lintas hewan ternak baik yang masuk dan keluar di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Hal ini untuk mengantisipasi menyebarnya wabah antraks yang telah dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB).
"Di sana [Gunungkidul] kan sudah ada tempat pos untuk mengontrol sapi baik dari Jateng, masuk Yogya atau sebaliknya [...] Makanya di situ ada bangunan jaga itu harapannya kan seperti itu [memperketat lalu lintas hewan ternak]," kata Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X kepada wartawan di Yogyakarta, Senin (20/1/2020).
Pemerintah, kata Sultan, terus berupaya untuk menghambat proses terjadinya penyebaran bakteri antraks. Ia meminta kepada warga Gunungkidul berhati-hati jika mengkonsumsi daging ternak, terutama yang mati mendadak.
Adanya sapi yang mati mendadak kemudian disembelih dan dagingnya dibagikan ke warga ditengarai membuat bakteri antraks yang menjangkit sapi tersebut menjalar ke manusia yang mengkonsumsi.
"Begitu mendadak mati kok dibagikan ke penduduk. Ya kalau antraks ya kena semua. Jadi menyebar kita agak kesulitan untuk mengatasi," kata dia.
Wabah antraks di Gunungkidul bukan kali pertama, sebelumnya pada pertengahan 2019 juga terjadi kasus serupa. Sejumlah hewan mati mendadak dan dinyatakan positif antraks.
"Ini kan sudah kedua kali. Kira-kira enam delapan bulan yang lalu juga terjadi hal yang sama karena di situ terjadi lalu lintas jual beli sapi. Jadi ya harus diwaspadai terus," kata dia.
Kementerian Kesehatan sempat menetapkan kejadian luar biasa (KLB) antraks di Gunung Kidul periode 28 Desember 2019-6 Januari 2020.
Diketahui sebanyak 27 warga Dusun Ngrejek Wetan dan Kulon, Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong dinyatakan positif antraks. Mereka terpapar dari hewan yang postif antraks yang disembelih dan dagingnya dikonsumsi
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji menyatakan, dari 27 orang yang dinyatakan positif antraks ini telah ditangani oleh pemerintah.
"Kalau menurut dokter [27 orang itu] sepanjang itu ditangani secara rutin itu bisa sembuh. Sekarang kondisinya mulai membaik. Mereka diberikan pengobatan, obat jalan," kata dia.
Sebanyak 27 orang tersebut, kata Aji, saat-saat tertentu mereka masih harus kembali ke dokter untuk menjalani pengobatan. Namun, kondisi mereka, kata Aji, stabil dan tidak perlu dilakukan isolasi.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Zakki Amali