Menuju konten utama

Victoria Beckham Tak Spektakuler, tapi Melenggang di Dunia Fesyen

Selama 10 tahun berkarya menjadi desainer, Victoria selalu punya sosok panutan dalam merancang busana.

Victoria Beckham Tak Spektakuler, tapi Melenggang di Dunia Fesyen
Koleksi musim semi lini busana Victoria Beckham dalam New York Fashion Week (11/9/16). AP/Andres Kudacki

tirto.id - “Saya dipanggil Posh karena suka dengan busana bagus. Itulah karakter saya.”

Victoria Beckham mengucapkannya pada 2012, menjelang peluncuran tayangan tentang kisah grup vokal Spice Girls, Spice Girls Story: Viva Forever. Di dalam grup yang populer pada dekade 1990an itu, bisa dibilang Victoria merupakan personel paling modis. Ia sadar tubuhnya ramping, mendekati ukuran tubuh ideal peragawati. Ia tak segan mengenakan busana-busana yang memperlihatkan lekuk tubuh.

Terusan ketat (bodycon), terusan dengan pundak terbuka (strapless dress), celana ketat, setelan bustier, dan jas ketat adalah benda-benda fesyen yang kerap ia pakai saat tampil di atas panggung atau jadi bintang dalam video klip serta berbagai acara pemotretan.

Minat Victoria terhadap fesyen tidak hanya ia salurkan dengan mengenakan busana terkini. Evening Standard melaporkan bahwa pada tahun 2004 pasangan David Beckham ini bekerja sama dengan label busana Rock and Republic dalam mendesain celana denim dan produk busana rajutan. Dua tahun kemudian, ia membuat label dVb Style yang memproduksi kacamata hitam, busana denim, dan parfum. Selang dua tahun berikutnya, Victoria mendesain busana rok terusan.

“Rok terusan ialah gaya khas saya. Saya selalu tampil dalam gaya super feminin,” katanya kepada WWD.

Ia menjadi desainer karena ingin para wanita bisa tampil seperti dirinya. Meski ibu empat anak ini tidak punya keterampilan menggambar, membuat pola, atau menjahit, ia kemudian mengandalkan bayangan tentang bentuk busana dan bahannya. Ia lantas memilih orang-orang yang dianggap kompeten untuk bisa menyalurkan ide abstraknya.

Untuk koleksi busana pertama, Victoria meminta saran tentang model busana kepada Roland Mouret, desainer busana langganannya. Hal inilah yang menyebabkan beberapa kalangan menganggap karya Victoria terlalu mirip dengan rancangan Mouret.

Kabar miring boleh terus menyebar, tetapi di sisi lain, 15 terusan karya Victoria yang dipamerkan di ajang New York Fashion Week ini menuai pujian dari jurnalis mode. The Independent turut melaporkan bahwa koleksi tersebut laku di pasaran. Ketenaran sebagai anggota Spice Girls dan istri pesepakbola populer turut mempengaruhi ketertarikan orang terhadap karya Victoria.

Di kalangan WAG’s pun ia lebih terlihat sebagai ratu lebah. Penampilannya selalu terlihat lebih mencolok ketimbang para pasangan pesepakbola lain di eranya. Kejadian yang terjadi di Baden Baden bisa jadi salah satu bukti. Tak heran bila para WAG’s atau wanita lain pada umumnya ingin punya tubuh atau berpenampilan seperti dia.

Respons positif membuat Victoria lanjut merancang busana. Setiap tahun, ia memamerkan koleksi busana terbaru di ajang New York Fashion Week. Selama empat tahun ia nyaman mendesain busana yang sesuai dengan gaya feminin. Rok sepan yang menutupi lutut, terusan ketat, dan berbagai rok mini. Ia punya prinsip tidak akan merancang busana yang tidak ingin ia pakai dalam kesehariannya.

Perubahan terjadi pada tahun 2012. Terusan sepan ketat berganti dengan kemeja longgar dan celana longgar. Victoria merancang rompi panjang yang potongannya tidak pas badan. Ia masih memproduksi rok mini. Namun, rok itu longgar dan ia padukan dengan kemeja berlengan lebar. Kesan feminin yang dulu selalu Victoria munculkan berganti jadi kesan maskulin. Ia sempat bercerita kepada Vogue bahwa ia melakukan perubahan desain karena permintaan pasar.

Infografik Victoria Beckham

Siapa patron Victoria dalam masa perubahan ini? Dulu, Mouret boleh jadi akar inspirasinya. Untuk kesan maskulin ini, ia nampak mengacu pada desainer Phoebe Philo. Enam tahun lalu, Philo menjabat sebagai direktur kreatif lini mode Celine. Ia dikenal dengan gaya rancang sederhana dan minimalis.

Menjelang 2010, Philo membawa kebaruan pada Celine dengan mendesain busana seperti celana lebar setinggi pinggang dan kemeja longgar. Kebaruan ini turut membawa keuntungan bisnis bagi Celine. New York Times menyebut bahwa Philo berhasil membentuk citra minimalisme dalam ranah fesyen tahun 2000an.

Seiring waktu, gaya rancang Victoria nampak serupa dengan karya-karya Philo. Salah satu contohnya ialah koleksi Celine Fall Winter 2017 dengan Victoria Beckham Fall Winter 2018. Selain mengubah desain busana, Victoria pun mengubah gaya penampilannya sehari-hari. Ia mengganti sepatu hak dengan sandal atau kets dan mulai sering memakai busana longgar yang menutup sebagian besar bagian tubuh.

Gaya ini turut terlihat saat ia menunjukkan diri pada sesi finale peragaan busana. Bila tadinya Victoria keluar dari balik panggung mengenakan terusan ketat mini dan sepatu hak, kini ia bisa tampil dalam atasan turtle neck hitam, celana longgar hitam, dan sepatu kets. Seperti gaya Phoebe Philo.

Tahun ini, Philo telah silam dari dunia fesyen. Tahun ini pula Victoria baru saja merayakan 10 tahun eksistensi sebagai desainer busana. Ia meninggalkan New York Fashion Week dan menggelar koleksi terbaru di London Fashion Week untuk pertama kali. Victoria mencoba memberi kebaruan dengan mendesain busana dengan gaya dekonstruktif.

Entah apakah ia masih butuh patron dalam merancang busana. Yang jelas, awal tahun kemarin Victoria merekrut Toledano sebagai Chairman lini Victoria Beckham. Toledano ialah orang yang dulu memilih Philo untuk jadi direktur kreatif label fesyen. Perekrutan ini terjadi beberapa saat setelah Victoria mendapat tambahan dana sebesar 30 juta poundsterling.

Siapapun yang jadi patron berikutnya, yang jelas Victoria boleh sedikit merasa tenang. Ia masih tenar sebagai ikon fesyen, masih punya uang, dan masih memegang pujian Suzy Menkes, jurnalis fesyen Vogue yang disegani.

“Kebebasan, kepercayaan diri, kekuatan-ketangguhan, realitas, dan identitas,” kata Menkes tentang baju Victoria, seperti dikutip Vogue.

Baca juga artikel terkait FASHION atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Maulida Sri Handayani