tirto.id - Bank Indonesia mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia per akhir Desember 2020 atau akhir triwulan IV (Q4) mencapai 417,5 miliar dolar AS. Angka ini tumbuh 3,5 persen secara year on year (yoy) sekaligus relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,9 persen yoy.
ULN Indonesia per Q4 2020 setara 39,4 persen dari PDB. Angka ini naik dari Q3 2020 yang berkisar 38,1 persen PDB.
“Perlambatan ULN tersebut terutama disebabkan perlambatan pertumbuhan ULN swasta,” ucap Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan tertulis, Senin (15/2/2021).
Sekitar 209,2 miliar dolar AS dari ULN Indonesia di akhir Q4 2020 merupakan utang sektor publik yang terdiri dari pemerintah dan bank sentral. Porsi pemerintah sendiri hanya 206,4 miliar dolar AS yang naik 3,3 persen yoy atau tumbuh lebih tinggi dibandingkan kenaikan Q3 2020 1,6 persen yoy.
Erwin mengatakan kenaikan utang pemerintah didukung oleh masuknya aliran modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) seiring terjaganya kepercayaan investor. Pemerintah juga melakukan penarikan pinjaman luar negeri untuk mendukung penanganan pandemi COVID-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Lalu sekitar 208,3 miliar dolar AS dari total ULN merupakan utang sektor swasta termasuk BUMN. ULN swasta ini tumbuh 3,8 persen yoy pada akhir Q4 2020 melambat dari kenaikan Q3 2020 yang tumbuh 6,2 persen yoy.
Perlambatan ini terasa oleh semua jenis usaha. Perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) hanya tumbuh 6,4 persen yoy alias lebih rendah dari Q3 2020 yang tumbuh 8,4 persen yoy. Sementara ULN lembaga keuangan (LK) mengalami perlambatan lebih dalam dari kontraksi 0,9 persen yoy di Q3 2020 menjadi kontraksi 4,7 persen yoy.
“Struktur ULN Indonesia yang tetap sehat juga tercermin dari besarnya pangsa ULN berjangka panjang yang mencapai 89,1% dari total ULN,” ucap Erwin.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Restu Diantina Putri