tirto.id - Virus corona yang awalnya mewabah di Wuhan telah menyebar ke seluruh dunia sejak kasus pertama terdeteksi di Cina pertengahan Desember 2019. Ada hampir 520 kasus yang dikonfirmasi di lebih dari 25 negara di luar Cina. Jumlah kematian akibat COVID-19, terus berlipat ganda sekitar 100 jiwa setiap harinya.
Hingga pukul 14.00 WIB, Rabu (12/2/2020), terdapat 44.911 kasus terjangkit virus corona, 1.115 orang di antaranya meninggal dunia, dan 4.699 lainnya dinyatakan pulih. Hal itu berdasarkan data yang dihimpun Johns Hopkins University Center for Systems Science and Engineering (JHU CCSE).
Jika dihitung dari sehari sebelumnya, hari ini telah bertambah 1.770 kasus baru yang terjangkit, merenggut 96 nyawa, dan 359 orang dinyatakan sembuh. Berikut ini 25 negara yang sudah melaporkan kasus virus corona atau COVID-19 hingga 12 Februari pukul 14.00 WIB, seperti diwartakan CNN.com.
- Australia (15 kasus)
- Belgia (1 kasus)
- Kamboja (1 kasus)
- Kanada (7 kasus)
- Finlandia (1 kasus)
- Perancis (11 kasus)
- Jerman (16 kasus)
- Hong Kong (49 kasus, 1 kematian)
- India (3 kasus)
- Italia (3 kasus)
- Jepang (203 kasus, termasuk 175 yang dikarantina di kapal pesiar)
- Makau (10 kasus)
- Malaysia (18 kasus)
- Nepal (1 kasus)
- Filipina (3 kasus, 1 kematian)
- Rusia (2 kasus)
- Singapura (47 kasus)
- Korea Selatan (28 kasus)
- Spanyol (2 kasus)
- Sri Lanka (1 kasus)
- Swedia (1 kasus)
- Taiwan (18 kasus)
- Thailand (33 kasus)
- Uni Emirat Arab (8 kasus)
- Inggris (8 kasus)
- Amerika Serikat (13 kasus)
- Vietnam (15 kasus)
"Kami sekarang memiliki nama untuk penyakit ini adalah Covid-19," ujar Kepala WHO Tdros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan di Jenewa, seperti dikutip BBC.com.
Nama penyakit akibat virus corona ini ditetapkan setelah korban meninggal mencapai 1.000 orang dan puluhan ribu orang telah terinfeksi. Ghebreyesus meminta dunia untuk memerangi virus baru ini seagresif mungkin.
Ghebreyesus menyebut, nama baru itu tidak merujuk pada siapa pun, tempat atau hewan yang terkait dengan coronavirus. Tujuannya untuk menghindari stigma.
Di bawah pedoman internasional, W.H.O. "Harus menemukan nama yang tidak merujuk ke lokasi geografis, hewan, individu atau kelompok orang, dan yang juga dapat diucapkan dan terkait dengan penyakit ini," katanya di Twitter.
"Memiliki nama penting untuk mencegah penggunaan nama lain yang bisa tidak akurat atau menstigmatisasi. Itu juga memberi kita format standar untuk digunakan untuk wabah koronavirus di masa depan."
Nama baru untuk penyakit ini diambil dari kata "corona", "virus" dan "penyakit (disease)", dengan 2019 mewakili tahun munculnya. Wabah itu dilaporkan ke WHO pada 31 Desember 2019.
Editor: Agung DH