tirto.id - Telah terjadi penembakan massal di Lewiston, Maine, salah satu negara bagian di Amerika Serikat (AS), pada Rabu (25/10/2023) waktu setempat. Pihak kepolisian mengerahkan ratusan anggota untuk menemukan terduga pelaku penembakan yang masih buron.
Gubernur Maine, Janet Mills, menyesalkan terjadinya peristiwa tersebut. “Kota ini tidak pantas menerima serangan mengerikan terhadap warga, terhadap ketenangan pikiran, dan rasa aman,” sebut Mills dalam konferensi pers, Kamis (26/10/2023) waktu setempat, dilansir AP News.
Menurut keterangan Kepolisian Lewiston yang dikutip The Sun Journal, penembakan massal tersebut terjadi di tiga lokasi bisnis terpisah, yakni di sebuah arena boling yang sedang menggelar pertandingan untuk anak-anak, di sebuah bar dan restoran, serta di sebuah lokasi distribusi untuk pusat perbelanjaan.
Brandon, seorang saksi mata yang berada di arena boling saat peristiwa itu terjadi mengatakan bahwa ia mendengar sekitar 10 tembakan. Saat tembakan pertama terdengar, Brandon mengira itu adalah suara letusan balon karena cukup banyak anak-anak yang sedang berada di situ.
“Saya membelakangi pintu, begitu saya berbalik dan melihat itu bukan balon, dia [pelaku] sedang memegang senjata,” sebut Brandon kepada AP News.
Jumlah Korban dan Terduga Pelaku Penembakan di Maine
Menurut keterangan Gubernur Maine, Janet Mills, dalam konferensi pers terbaru pada Kamis (26/10/2023) waktu setempat, setidaknya 18 orang tewas dalam penembakan massal di Lewiston, sementara 13 orang lainnya mengalami luka-luka.
Adapun terduga pelaku penembakan sudah teridentifikasi, yakni seorang pria bernama Robert Card. Beberapa pihak, termasuk Janet Mills, menyebut Robert Card adalah orang yang menarik perhatian dan digambarkan sebagai orang "bersenjata dan berbahaya".
Dikutip dari laporan BBC, lelaki berusia 40 tahun tersebut dikenal sebagai instruktur senjata api yang pernah ditugaskan di kamp pelatihan militer di Saco, Maine.
Menurut dokumen yang diperoleh aparat kepolisian, didapat informasi bahwa Robert Card pernah dirawat di fasilitas kesehatan mental selama 2 minggu pada musim panas tahun ini.
Polisi pun sedang melakukan pencarian besar-besaran serta mengerahkan ratusan anggota untuk menemukan keberadaan Robert Card di seluruh wilayah Maine dan sekitarnya. Kepada penduduk setempat, diimbau agar tetap di dalam rumah dan mengunci pintu.
Menurut data Gun Violence Archive yang diangkat dalam laporan ABC News, penembakan massal di Lewiston, Maine, ini merupakan peristiwa penembakan paling mematikan di sepanjang tahun 2023, bahkan menjadi salah satu kejadian yang paling mengerikan dalam beberapa dekade terakhir.
Gun Violence Archive juga mengungkapkan, setidaknya telah terjadi 565 peristiwa penembakan massal di AS sepanjang tahun 2023 ini. Penembakan massal sendiri didefinisikan sebagai insiden di mana 4 orang korban atau lebih ditembak atau dibunuh.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden bereaksi atas kejadian berdarah di Maine tersebut. Kepada MSNBC News, Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, menyampaikan bahwa Presiden Biden menyatakan duka yang mendalam atas peristiwa penembakan massal di Maine dan mendoakan para korban.
John Kirby juga akan mendesak kepada Kongres agar berbuat lebih banyak untuk melarang peredaran senapan semi-otomatis di kalangan masyarakat sipil. Kirby bahkan menyebut senapan semi-otomatis sebagai senjata perang yang diperbolehkan di jalanan.
Editor: Addi M Idhom