tirto.id - Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, Dr Karmijono, mengungkapkan sampai hari ini, Kamis 16 Mei 2024, sudah ada 19 jemaah haji Indonesia yang dirawat inap karena sakit. Mereka dirawat karena bermacam-macam keluhan sakit, mulai dari kelelahan, demam, sampai hipertensi.
“Kecapean terus juga yang kena diabetes. Memang terbanyak diabetes, hipertensi. Wanita-pria diabetes mual muntah akibat ini, mabuk perjalanan. Biasa seperti itu,” kata Karmijono dikutip dari Media Center Haji.
Secara umum, ia menjelaskan, rata-rata keluhan jemaah itu diawali dengan kelelahan setelah perjalanan jauh menempuh minimal 9 jam dari tanah air, bandara, lalu ke hotel. Bagi jemaah lanjut usia (lansia) yang tidak terbiasa melakukan perjalanan jauh kondisi itu jelas melelahkan.
Ditambah lagi menahan buang air kecil atau besar selama perjalanan. Kondisi itu jelas menambah buruk kondisi mereka. “Sebut saja malu, yang pemalu, sehingga ketika dia ingin ke toilet untuk buang air besar itu enggak berani bilang,” kata Karmijono.
“Ditambah lagi dengan dia menahan buang air besar, itu membuat kondisinya akan semakin tidak nyaman. Ini akan terus sampai ke hotel-hotel,” kata dia.
Apalagi jarak hotelnya terpisah-pisah antar-sektor. Mereka kemudian terpisah dari keluarga dan rombongan. “Sementara kondisinya sudah sepuh ini tentunya akan cepat sekali untuk membuat kondisi fisiknya drop,” tutur dia.
Sementara untuk update keberangkatan jemaah, sampai hari ini, 35.480 jemaah yang tersebar di 91 kloter berangkat ke tanah suci. Adapun untuk jemaah yang sudah tiba di Madinah di gelombang pertama ini mencapai 31.255 jemaah yang terbagi dalam 80 kloter.
Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) sebelumnya mengungkap berbagai jenis masalah kesehatan yang kerap sekali diderita oleh para jemaah haji asal Indonesia ketika berada di Tanah Suci. Hal ini disampaikan Kepala Seksi Kesehatan KKHI Madinah, Muhammad Firdaus.
Menurut dia, beberapa penyakit yang banyak diderita oleh jemaah haji berdasar pengalaman tahun lalu mulai dari hipertensi, gangguan dislipidemia (gangguan lemak dan kolesterol), kemudian diabetes mellitus. Oleh sebab itu, ketersediaan obat-obatan berdasar pertimbangan itu sangat dibutuhkan.
Sampai saat ini, kata Firdaus, KKHI telah menyiapkan 62 ton obat-obatan yang semuanya didatangkan dari Indonesia. Pengadaan obat sudah memperhitungkan pola penyakit dan jumlah kebutuhan yang diperlukan.
Obat-obatan sebanyak 62 ton itu berasal dari stok pada 2023 dan penambahan kebutuhan obat di 2024. Jika nanti masih ada sisa, maka akan dilakukan stok opname lagi untuk kebutuhan 2025.
“Ada kebutuhan obat yang sifatnya vital, ada esensial, dan non-esensial. Kalau vital itu ada penambahan sekitar 20 persen, vital misalnya jantung tambah 20 persen, esensial 20 persen, dan vitamin cukup 5 persen,” kata dia dalam keterangan tertulis, Sabtu (11/5/2024).
Penulis: Muhammad Taufiq
Editor: Abdul Aziz