tirto.id - Jumlah korban meninggal akibat infeksi virus corona (Covid-19) menembus angka 1 juta jiwa pada hari ini, Selasa (29/9/2020). Total angka kasus positif Covid-19 juga terus merangkak naik dan semakin mendekati 34 juta orang.
Mengutip data dari Johns Hopkins University, total angka kematian pasien Covid-19 telah mencapai 1.002.864 jiwa pada pukul 20.30 WIB, Selasa malam. Pada waktu yang sama, jumlah keseluruhan kasus positif corona di dunia saat ini sudah sebanyak 33.417.386.
Data Johns Hopkins University juga menunjukkan, baru sebanyak 23.193.238 pasien corona yang tercatat berhasil pulih dari sakitnya. Dengan demikian, hingga hari ini, masih ada sekitar 9,2 juta orang positif corona harus menjalani perawatan ataupun isolasi.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan jumlah korban meninggal akibat Covid-19 yang sudah menembus angka 1 juta jiwa merupakan "tonggak sejarah yang sangat menyedihkan."
Sementara menurut juru bicara Badan Kesehatan Dunia (WHO), Margaret Harris, angka korban meninggal akibat virus corona itu bukan sekadar data statistik. Dia mengatakan banyak korban mengalami kematian yang sulit.
"Begitu banyak orang yang kehilangan kerabat dan tak memiliki kesempatan untuk mengucapkan perpisahan. Banyak sekali korban meninggal sendirian dalam keadaan medis yang sangat berat dan kesepian," kata Margaret saat konferensi pers di Jenewa, pada hari ini, seperti dikutip Reuters.
Baik jumlah penularan maupun kematian akibat Covid-19 melonjak cepat dalam beberapa bulan terakhir. Hanya dalam waktu 3 bulan, jumlah korban meninggal melonjak dari 500-an ribu menjadi 1 juta jiwa. Selama September 2020 saja, rata-rata ada sekitar 5.400 orang meninggal di seluruh dunia setiap 24 jam.
Meski begitu, WHO memperkirakan jumlah korban yang tercatat masih lebih sedikit daripada fakta yang sebenarnya di lapangan. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Program Kedaruratan WHO, Mike Ryan, awal pekan ini.
"Ketika Anda menghitung apa pun, Anda tidak dapat menghitungnya dengan sempurna, tapi saya dapat meyakinkan Anda bahwa jumlah saat ini kemungkinan lebih rendah dari jumlah sebenarnya dari Covid," kata Ryan di Jenewa, seperti dilansir The Guardian.
Pernyataan Mike Ryan beralasan mengingat belakangan diketahui virus corona sudah menyebar di Italia dan Prancis sejak Desember 2019, atau sebelum ada laporan resmi tentang korban pertama Covid-19 dari Wuhan, China.
Di sisi lain, banyak negara diduga tidak melaporkan jumlah korban sebenarnya baik karena alasan politis maupun rendahnya kapasitas tes dan pelacakan kontak kasus positif corona.
"Sampai batas tertentu, pencarian jumlah sebenarnya dari kematian akibat Covid-19 tak mungkin dilakukan," kata Gianluca Baio, profesor statistik dan ekonomi kesehatan di University College London.
Namun, kata Baio, yang terpenting pada saat ini bukan mengetahui data korban sebenarnya. Dia berpendapat, yang justru lebih penting untuk diselidiki adalah jumlah korban meninggal akibat Covid-19 yang sebenarnya bisa diselamatkan. Data itu akan berguna dalam penanganan pandemi ke depan.
Hingga 29 September 2020, ada empat negara dengan jumlah kasus corona tertinggi di dunia dan angka pasien lebih dari sejuta, yakni Amerika Serikat, India, Brasil dan Rusia.
Sementara berdasarkan update data terbaru dari CSSE Johns Hopkins University, daftar 10 negara dengan angka kasus corona tertinggi di dunia adalah sebagai berikut.
- AS: 7.150.824 kasus corona (205.107 meninggal)
- India: 6.145.291 kasus corona (96.318 meninggal)
- Brasil: 4.745.464 kasus corona (142.058 meninggal)
- Rusia: 1.162.428 kasus corona (20.456 meninggal)
- Kolombia: 818.203 kasus corona (25.641 meninggal)
- Peru: 808.714 kasus corona (32.324 meninggal)
- Spanyol: 748.266 kasus corona (31.411 meninggal)
- Meksiko: 733.717 kasus corona (76.603 meninggal)
- Argentina: 723.132 kasus corona (16.113 meninggal)
- Afrika Selatan: 671.669 kasus corona (16.586 meninggal).
Editor: Agung DH