tirto.id - Perkembangan kasus Corona di dunia masih terus mengalami peningkatan baik kasus positif, kasus kematian, kesembuhan, dan kasus aktif yang tersisa dari seluruh negara yang terkena wabah SARS-CoV-2.
Update terbaru dari Worldometers hingga Rabu, 6 April 2022, pukul 10.15 WIB melaporkan, total kasus positif COVID-19 secara global telah mencapai 494.148.387 kasus positif.
Dari jumlah itu, yang meninggal dunia secara kumulatif adalah 6.183.519 orang, dan kasus sembuh 429.682.766 pasien yang jika dibulatkan menjadi 429,7 juta kesembuhan.
Untuk kasus aktif yang tersisa sampai saat ini yaitu 58.282.102, di mana 55.355 kasus adalah pasien dalam kondisi kritis atau serius.
Kasus terbanyak di dunia hingga kini masih diduduki oleh Amerika Serikat (AS) dengan 81.900.012 kasus positif, 1.009.390 kematian, 65.968.467 kesembuhan, dan 14.922.155 kasus aktif.
India menyusul berada di posisi kedua dunia dengan 43.030.767 kasus positif, 521.518 kematian, 42.496.369 kesembuhan, dan 12.880 kasus aktif.
Selanjutnya Brasil menempati urutan ketiga dunia dengan 30.040.129 kasus positif, 660.586 kematian, 28.892.353 kesembuhan, dan 487.190 kasus aktif.
Lalu posisi keempat Prancis yang mencatat 26.228.521 kasus positif, 142.784 kematian, 23.615.663 kesembuhan, dan 2.470.074 kasus aktif.
Serta Jerman dengan 21.956.282 kasus positif, 130.969 kematian, 17.675.700 kesembuhan, dan 4.149.613 kasus aktif berada di posisi kelima dunia.
Kemudian untuk posisi keenam hingga sepuluh berturut-turut ditempati oleh Inggris dengan 21.410.305 kasus positif, Rusia 17.926.104 kasus positif, Italia 14.966.058 kasus positif, Turki 14.919.591 kasus positif, dan Korea Selatan 14.553.644 kasus positif.
Update COVID-19 & Omicron Indonesia
Indonesia masih ada di urutan ke-18 dunia dengan total catatan 6.023.924 kasus positif COVID-19 sejak munculnya wabah ini pada awal Maret 2020.
Update terbaru berdasarkan data Satgas COVID-19 sampai Selasa kemarin, 5 April 2022 melaporkan, jumlah tersebut diperoleh setelah ada tambahan 2.282 kasus harian baru dalam 24 jam terakhir.
Angka kematian bertambah sebanyak 72 kasus, sehingga membuat totalnya menjadi 155.421 orang meninggal dunia.
Sementara yang dinyatakan berhasil sembuh juga bertambah 7.241 orang, sehingga total ada 5.783.299 kasus sembuh, serta tersisa 85.204 kasus aktif dari seluruh wilayah di Tanah Air.
Pada perkembangan kasus Omicron (BA.2), GISAID mencatat, adanya penambahan sebanyak 9.673 kasus.
Update Omicron Dunia Hari Ini
Kasus Omicron BA.2 Mendominasi di Inggris
Sebuah studi di Inggris menyatakan bahwa pada Maret 2022, Inggris mencetak rekor tingkat infeksi penularan COVID-19 tertinggi, yang didominasi oleh subvarian BA.2 Omicron.
Seperti diwartakan Antara yang mengutip Reuters, studi yang dilakukan Imperial College London itu mencatat, kelompok usia 55 tahun adalah yang paling banyak mengalami peningkatan kasus.
Perdana Menteri Boris Johnson telah mencabut semua pembatasan COVID-19 di Inggris.
Pencabutan itu didasarkan pada pengalaman selama gelombang Omicron saat pergantian tahun, ketika kasus mencapai rekor tetapi tidak diikuti dengan peningkatan angka kematian pada populasi dengan tingkat vaksinasi yang tinggi.
Penelitian bernama REACT-1 itu menunjukkan bahwa puncak infeksi pada Maret melewati angka-angka tertinggi yang tercatat selama gelombang BA.1 Omicron pada Januari.
Perkembangan itu menegaskan temuan oleh Kantor Statistik Nasional (ONS) bahwa jumlah kasus telah mencapai angka tertinggi selama pandemi.
REACT-1 juga menemukan bahwa pada akhir Maret, meskipun kasus pada kelompok usia di bawah 55 tahun telah mendatar, angkanya terus meningkat pada kelompok usia 55 tahun ke atas.
"Kita belum tahu apakah kita akan mengalami puncak kasus di kelompok usia tertua, 55 tahun ke atas, dan karena mereka memiliki risiko keparahan lebih tinggi, hal itu jadi kekhawatiran tersendiri," kata epidemiolog Imperial Christl Donnelly.
Imperial mencatat prevalensi total 6,37 persen pada 8-31 Maret, atau 1 dari 15 orang terinfeksi. Rekor sebelumnya adalah 4,41 persen pada Januari.
Prevalensi di kelompok usia 55 ke atas mencapai rekor 8,3 persen pada 31 Maret.
Para peneliti menduga tingkat infeksi yang tinggi itu salah satunya disebabkan oleh efek perlindungan suntikan booster vaksin COVID-19 yang semakin menurun.
Puncak gelombang dipicu oleh subvarian BA.2 Omicron, yang menyumbang hampir 95 persen sampel yang diurutkan dalam penelitian.
Editor: Iswara N Raditya