tirto.id - Update COVID-19 di dunia kembali dilaporkan pada hari ini, baik kasus positif, kasus kematian, kasus sembuh, hingga perkembangan terbaru varian Omicron yang kini mendominasi kasus infeksi.
Dilansir situs Worldometers, Kamis, 10 Maret 2022 per pukul 09.03 WIB melaporkan, total kasus positif Corona global telah mencapai 451.740.204.
Dari jumlah itu, kasus kematian hingga saat ini tercatat sebanyak 6.043.698 jiwa, dan pasien sembuh menjadi 385.808.646 orang.
Untuk kasus aktif dari seluruh negara yang terkena wabah SARS-CoV-2 dan saat ini didominasi varian Omicron menjadi 59.887.860 kasus, di mana 67.991 orang di antaranya berada dalam kondisi yang serius.
Berikut data 10 negara dengan kasus Corona tertinggi di dunia pada hari ini:
- Amerika Serikat: 81.064.103 kasus positif, 989.473 kasus kematian, 55.429.994 kasus sembuh, dan kasus aktif 24.644.636.
- India: 42.979.585 kasus positif, 515.490 kasus kematian, 42.413.566 kasus sembuh, dan kasus aktif 50.529.
- Brasil: 29.194.042 kasus positif, 653.588 kasus kematian, 27.470.786 kasus sembuh, dan kasus aktif 1.069.668.
- Prancis: 23.234.062 kasus positif, 139.773 kasus kematian, 21.928.862 kasus sembuh, dan kasus aktif 1.165.427.
- Inggris: 19.373.884 kasus positif, 162.482 kasus kematian, 18.138.356 kasus sembuh, dan kasus aktif 1.073.046.
- Rusia: 17.140.069 kasus positif, 358.246 kasus kematian, 14.895.083 kasus sembuh, dan kasus aktif 1.886.740.
- Jerman: 16.336.336 kasus positif, 125.515 kasus kematian, 12.753.700 kasus sembuh, dan kasus aktif 3.457.121.
- Turki: 14.458.881 kasus positif, 95.954 kasus kematian, 3.951.247 kasus sembuh, dan kasus aktif 411.680.
- Italia: 13.159.342 kasus positif, 156.357 kasus kematian, 12.001.063 kasus sembuh, dan kasus aktif 1.001.922.
- Spanyol: 11.181.510 kasus positif, 100.992 kasus kematian, 10.214.067 kasus sembuh, dan kasus aktif 866.451. 743.
Kasus COVID-19 & Omicron Indonesia
Indonesia masih menempati urutan ke 15 di dunia dengan Corona tertinggi, yakni 5.826.589 total kasus positif.
Laporan resmi Satgas COVID-19 Indonesia hingga Rabu kemarin, 9 Maret 2022 menunjukkan, angka tersebut diperoleh setelah mendapat tambahan kasus baru 26.336 dalam sehari terakhir.
Untuk kasus aktif di Tanah Air saat ini tercatat sebanyak 417.219 atau 7,2%, terdapat pengurangan sebanyak 5.673 kasus aktif.
Pasien yang sembuh dari COVID-19 terkonfirmasi menjadi 5.258.235 setelah bertambah 31.705 kasus sembuh baru.
Sedangkan kasus kematian secara kumulatif menjadi 151.135 orang setelah ada penambahan 304 kasus meninggal baru.
Pada perkembangan kasus varian Omicron (B.1.1.529) hingga Rabu kemarin (9/3/2022), GISAID mencatat, sudah ada 7.630 kasus atau 86,8 persen dalam waktu 4 Minggu.
Seperti dilansir laman Antara, Indonesia belum melampaui masa kritis di saat ancaman subvarian Omicron melanda pada saat Pandemi COVID-19.
Hal tersebut disampaikan Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman.
"Pesan pentingnya adalah setiap mutasi itu melahirkan satu bukti bahwa kita memberi peluang pada virus itu untuk berkembang. Indonesia belum melampaui masa kritis," kata Dicky.
Omicron, ujar Dicky, bukanlah varian terakhir di muka bumi dan setiap Varian of Concern (VoI) harus diwaspadai karena ia akan terus bermutasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengidentifikasi subvarian Omicron di antaranya BA.1, BA.2, BA.3 dan BA.11.
Menurut Dicky, Omicron berpeluang melahirkan subvarian sebab memiliki karakteristik yang mampu mengelabui vaksin serta dengan mudah bermutasi pada manusia yang belum memiliki imunitas tinggi.
"Kelebihan dari Omicron ini adalah dia bisa menginfeksi orang yang belum divaksinasi dan sudah divaksinasi," katanya.
Sehingga tanpa kombinasi yang kuat antara vaksinasi, 3T, dan 5M serta PPKM, kata Dicky, bisa membuat varian Omicron terus bermutasi di Indonesia.
Ia mengatakan, dari subvarian Omicron yang terdeteksi, subvarian BA.2 adalah yang perlu diwaspadai karena memiliki kemampuan 27 kali lebih berpeluang menghindar dari vaksin bila dibandingkan subvarian lain.
"BA.2, kemampuan menularnya 30 persen lebih kuat dibandingkan BA.1," imbuhnya.
Selain itu, subvarian BA.2 memiliki kemampuan empat kali lipat menular lebih cepat dibandingkan varian Delta dan bila dibandingkan yang varian original asal Wuhan mencapai 20 kali lipat lebih menginfeksi.
"Selain itu BA.2 juga punya kelebihan dalam memiliki jumlah viral load dibandingkan BA.1. Jumlah virusnya lebih banyak daripada BA.1 itu bisa 10 kali lebih banyak," tukasnya.
Dicky mengatakan, varian BA.3 hingga saat ini tidak terlalu mengkhawatirkan karena kemampuan menginfeksi lebih rendah dari BA.1 dan BA.2.
Update Omicron Dunia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pernyataan sementara vaksin COVID-19 dalam rangka peredaran varian Omicron SARS-CoV-2 dari WHO Technical Advisory Group on COVID-19 Vaccine Composition (TAG-CO-VAC).
TAG-CO-VAC saat ini sedang meninjau data yang tersedia untuk mengoptimalkan perlindungan yang dimediasi vaksin terhadap varian yang beredar umum.
TAG-CO-VAC juga mengaku sangat mendukung akses mendesak dan luas ke vaksin COVID-19 saat ini untuk seri primer dan dosis booster, terutama untuk kelompok yang berisiko terkena penyakit parah, mengingat vaksin COVID-19 saat ini terus memberikan perlindungan tingkat tinggi terhadap penyakit parah dan kematian, bahkan dalam konteks peredaran Omicron.
Namun, untuk memastikan vaksin COVID-19 memberikan perlindungan optimal di masa depan, vaksin tersebut mungkin perlu diperbarui saat varian baru yang berbeda secara antigenik muncul.
Vaksin yang diperbarui mungkin monovalen yang menargetkan varian dominan yang beredar, atau multivalen berdasarkan varian yang berbeda.
"Idealnya, vaksin COVID-19 akan mencegah infeksi dan penularan, selain memberikan perlindungan terhadap penyakit parah dan kematian," tulis pernyataan itu.
Pengembangan vaksin pan SARS-CoV-2 atau pansarbecovirus, serta pengembangan vaksin yang mampu menimbulkan kekebalan mukosa, mungkin merupakan pilihan yang diinginkan, tetapi kerangka waktu untuk pengembangan dan produksinya tidak pasti.
Selain itu, TAG-CO-VAC menyatakan akan terus mendorong produsen vaksin COVID-19 untuk menghasilkan dan memberikan data kepada WHO tentang kinerja vaksin COVID-19 saat ini dan varian spesifiknya.
Sehingga dapat dianggap sebagai bagian dari kerangka pengambilan keputusan yang luas tentang COVID -19 komposisi vaksin, memungkinkan TAG-CO-VAC untuk mengeluarkan saran yang lebih spesifik kepada WHO tentang penyesuaian yang diperlukan untuk komposisi strain vaksin COVID-19.
Editor: Iswara N Raditya