Menuju konten utama

Upaya Membumikan Isu HAM Melalui Festival

Festival HAM Indonesia akan digelar di Wonosobo pada 13-15 November mendatang, yang juga akan diramaikan dengan berbagai kegiatan.

Upaya Membumikan Isu HAM Melalui Festival
Anggota Pokja Human Right City Stanford Wonosobo, Lutfi Leyanti berdiri memberikan pemaparan saat menjadi narasumber dalam talkshow menuju FHI 2018 di Gadjah Mada University Club (UC) Hotel, Rabu (10/10/2018), tirto.id/Irwan A. Syambudi

tirto.id - Isu Hak Asai Manusia (HAM) dinilai terlalu jauh dari telingga masyarakat di akar rumput, sehingga terkesan menjadi isu yang elit. Melalui Festival HAM Indonesia (FHI) 2018 yang bakal di Gelar di Wonosobo, Jawa Tengah, isu HAM diharapkan semakin membumi.

"Pentingnya Festival HAM ini karena selama ini isu HAM masih dianggap abstrak. Kenapa kami menggelar festival ini biar lebih membumi di masyarakat," kata anggota Pokja Human Right City Stanford Wonosobo, Lutfi Leyanti saat menjadi narasumber dalam talkshow menuju FHI 2018 di Gadjah Mada University Club (UC) Hotel, Rabu (10/10/2018).

Festival yang bakal digelar 13-15 November 2018 ini bakal menyajikan berbagai kegiatan. Melalui festival ini harapannya masyarakat dapat lebih mengenal isu HAM dengan berbagai media seperti atraksi budaya dan kunjungan desa berpredikat ramah HAM. Selain atraksi budaya seperti perjunjukkan teater juga akan ada pertemuan antar penggiat HAM dari seluruh Indonesia.

"Isu-isu yang dipromosikan melalui festival dengan aksi seni budaya [pesannya] akan lebih sampai [pada masyarakat]," kata Lutfi yang juga merupakan Staf Perencana di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Wonosobo ini.

Lanjutnya lagi, dipilihnya Wonosobo sebagai tuan rumah FHI 2018 salah satunya adalah karena memang Wonosobo memiliki predikat sebagai kabupaten ramah HAM. Namun demikian, hal ini sekaligus menjadi kesempatan untuk pemerintah kabupaten membenahi pekerjaan rumah untuk lebih membumikan isu HAM di masyarakat hingga pedesaan.

Narasumber lainnya dari perwakilan Sekretariat Nasional Gusdurian, Jay Ahmad menambahkan FHI menjadi salah satu wadah untuk membangun gerakan bersama dalam isu HAM. Tidak hanya mendukung Wonosobo sebagai kabupaten ramah HAM, tapi juga mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dalam isu HAM.

"Di dalam festival itu akan terlihat peran yang perlu dilakukan oleh masing-masing pemangku kepentingan. Karena di dalam festival tidak hanya diskusi saja, tapi ada acara-acara lain yang menunjukkan hasil dari kabupaten ramah HAM yang dapat menjadi inspirasi daerah-daerah lain," ujarnya.

Sementara itu peneliti dan pengajar CRCS UGM, M. Iqbal Ahnaf yang juga menjadi narasumber dalam talkshow menyebut festival penting untuk menjadikan isu HAM sebagai salah satu arus utama. Festival menurutnya dapat menjadi salah satu upaya untuk memberikan kesadaran untuk menjaga keberagaman.

"Ini penting karena masyarkaat kita diserbu kiri dan kanan soal isu yang membelah masyarakat berdasarkan sektarian. Sehingga keragaman terkesan menjadi ancaman," kata dia.

Dengan Festival, maka akan memberikan warna baru dalam hal advokasi tentang HAM, khusunya terkait keberagaman. Sebab menurut dia selama advokasi hanya berkutat di ranah aturan perundang-undangan dan di tingkat intelektual saja.

Baca juga artikel terkait HAM atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Yandri Daniel Damaledo