tirto.id - Farha Saikh, seorang pemulung sampah memungut ponsel bekas di gunungan sampah tertinggi di dunia yang mencapai 36,5 meter. Berlokasi di Deonar, pinggir kota Mumbai, Farha memperbaiki ponsel itu untuk ia gunakan menonton film dan berselancar di dunia maya.
Jika ponsel bekasnya rusak, ia akan kembali memungut ponsel lain dari gunungan sampah yang sudah berusia lebih dari satu abad itu. Seturut laporan BBC, sudah 26 tahun upaya menutup TPA Deonar dilakukan berbagai pihak, namun hingga kini belum menuai hasil.
Sebuah studi dari Center for Science and Environment (CSE) menemukan ribuan gunung sampah di seluruh India yang mengandung jutaan ton sampah, 16 juta ton di antaranya terdapat di TPA Deonar.
Di sisi lain, dari masalah limbah tersebut terdapat potensi untuk menghasilkan energi terbarukan.
Aspal dari Sampah Plastik
Tahun 2002, Rajagopalan Vasudevan, profesor kimia di Universitas Thiagarajar di Madurai, salah satu kota di negara bagian Tamil Nadu, mengembangkan teknologi "Plastic Road" setelah melihat limbah plastik yang melimpah di India dan menimbulkan masalah lingkungan.
Dalam proyek ini, sampah plastik daur ulang dihancurkan menjadi butiran kecil dan digabungkan dengan aspal. Kemudian dipanaskan hingga mencapai suhu tertentu sehingga plastik meleleh dan tercampur dengan aspal. Selanjutnya digunakan untuk membuat lapisan jalan.
Jalan Jambulingam di Chennai, ibu kota Tamil Nadu, dijadikan target proyek ini dan menjadi salah satu jalan plastik pertama di India. Menurut laporan The Guardian, teknologi "Plastic Road" memiliki beberapa keuntungan. Pertama, menggunakan sampah plastik daur ulang mengurangi jumlah limbah plastik yang dibuang ke lingkungan dan membantu mengatasi masalah limbah.
Kedua, lapisan jalan yang menggunakan teknologi ini memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap keretakan dan korosi. Hal ini terbukti dengan Jalan Jambulingam yang menghubungkan Chennai--dulu bernama Madras--dengan Villupuram, yang tahan dari retakan dan lubang, maupun gangguan lain akibat banjir dan suhu panas bumi.
Ketiga, penggunaan campuran aspal dan sampah plastik dapat mengurangi biaya pembangunan jalan dan mengurangi penggunaan aspal yang berasal dari minyak bumi.
Sejak dimulai pada 2002, teknologi "Plastic Road" telah diuji coba di beberapa daerah di India dan mendapatkan sambutan positif dari masyarakat setempat. Proyek-proyek serupa kemudian diikuti oleh negara tetangganya, Bhutan.
Pengolahan Limbah Kian Populer
Teknologi pengolahan limbah menjadi energi telah digunakan di India sejak beberapa tahun terakhir dan telah mengalami perkembangan pesat. Salah satu teknologi yang umum digunakan adalah Waste-to-Energy (WtE). Teknologi ini mengonversi limbah padat menjadi energi melalui proses pembakaran.
Waste-to-Energy telah digunakan untuk mengolah limbah padat kota dan menghasilkan listrik yang kemudian dijual ke jaringan listrik nasional. Beberapa kota di India seperti Delhi, Mumbai, dan Chennai telah memiliki pembangkit listrik Waste-to-Energy.
Teknologi lain yang sedang dikembangkan di India adalah gasifikasi. Teknologi ini mengubah limbah padat atau biomassa menjadi gas sintetis yang dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan listrik atau gas alam.
Penggunaan teknologi pengolahan limbah menjadi energi memiliki beberapa keuntungan, yakni membantu meningkatkan kebersihan lingkungan dan memberikan manfaat ekonomi melalui penjualan energi yang dihasilkan.
Misalnya, Pemerintah Delhi meluncurkan program "Waste to Wonder Park", yakni sampah plastik diubah menjadi berbagai struktur monumen terkenal di India, seperti Taj Mahal dan Gerbang India.
Sementara di Pune, pemerintah setempat meluncurkan program "Pune Plastics Free" dan telah membangun pabrik pengolahan sampah yang mampu mengubah sampah plastik menjadi energi.
Hal yang sama dilakukan di Mumbai, Brihanmumbai Municipal Corporation (BMC) telah bekerja sama dengan perusahaan swasta yang mengembangkan teknologi pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar.
Beberapa wilayah lainnya di India juga telah memulai program serupa untuk mendaur ulang sampah menjadi energi. Sebut saja di distrik Tamil Nadu yang mengolah limbah pertanian menjadi energi listrik.
Limbah Pertanian Jadi Listrik
Tamil Nadu, negara bagian di selatan India, telah memimpin dalam mengubah limbah pertanian menjadi energi.
Kota ini menghasilkan lebih dari 14,5 ton limbah padat setiap hari. Di desa Kanjirangal, distrik Sivaganga, menggunakan teknologi biogas, mereka mengubah limbah pertanian seperti kotoran sapi, jerami, dan limbah sayuran menjadi energi listrik yang dapat digunakan untuk desa mereka sendiri.
Beberapa pabrik pengolahan ditunjuk oleh pemerintah lokal untuk mengumpulkan limbah setiap hari yang berasal dari pasar dan permukiman. Umumnya pabrik menerima limbah dari 4000 lebih rumah tangga di desa Kanjirangal.
Selain itu, kota Sivaganga dan delapan desa terdekat juga menyumbangkan limbah dari pasar sayur mereka ke pabrik. Rata-rata, pabrik menerima antara 500 hingga 1800 kilogram limbah biodegradable--limbah dari hewan yang dapat terurai oleh organisme lain--setiap hari.
Sebelum diproses ke dalam mesin, limbah disortir untuk memisahkan bahan organik dan non-organik. Limbah organik seperti makanan, daun, dan bahan lainnya diproses lebih lanjut untuk menghasilkan biogas pabrik dan mereka akan membuang limbah yang mengandung plastik.
“Kita perlu memeriksa silang untuk memastikan tidak mengandung apa pun seperti plastik. Sampah yang kami dapatkan di sini terdiri dari sayuran, bagian ayam, dan tulang dari restoran,” ujar Sukapradeep Raj, salah satu pengawas pabrik limbah seperti dilansir DW.
Bahan organik limbah diolah dengan menggunakan mesin biogas yang memecah bahan organik tersebut menjadi gas metana dan karbon dioksida. Alurnya dimulai dengan memasukkan limbah yang bergerak melalui konveyor tipe sekrup ke mesin penghancur. Dari sana limbah dicampur dengan air dan mengalir ke agitator.
Agitator adalah adalah tangki pengumpul yang terus-menerus mengaduk limbah sebelum memasukkannya ke digester, sebuah komposisi biogas yang terdiri dari komponen utama berupa metan (CH4) dan karbondioksida (CO2), serta gas lainnya seperti hydrogen sulfida (H2S) dalam jumlah kecil.
Komposisi biogas yang dihasilkan dapat bervariasi tergantung dari jenis limbah organik yang digunakan dan proses fermentasi yang dilakukan. Namun, secara umum, komposisi biogas didominasi oleh metan dan karbondioksida.
Di Tamil Nadu, pabrik pengolah limbah akan menambahkan setidaknya 100 kg kotoran sapi untuk mengatasi keasaman pada bakteri pada pemrosesan dengan biodigester. Ini juga sekaligus untuk memastikan bakteri di dalamnya bertahan dan bereaksi dengan cepat.
Kapasitas pabrik mampu menampung setidaknya 2 metrik ton dan pada titik tertentu dapat memproses 2000 kilo sampah dengan 2000 liter air. Ini mampu memecahkan penguraian sampah hanya dalam waktu satu bulan, lebih cepat jika sampah ditinggalkan di tempat terbuka.
Pada proses akhir, biogas yang dihasilkan disalurkan melalu generator setelah melalui tahapan penyaringan. Energi listrik yang dihasilkan lantas didistribusikan ke jaringan listrik untuk digunakan oleh masyarakat.
Menurut Sukapradeep Raj, dengan pembangkit listrik 15 kilowatt, wilayahnya mampu menghasilkan hingga 100 unit listrik. Penerangan jalan dan taman di desa Kanjirangal semuanya dihasilkan dari olahan limbah.
Selain biogas, digester dari pabrik juga menghasilkan alternatif yang efisien untuk pupuk kimia dan semuanya didistribusikan secara gratis kepada penduduk di wilayah tersebut.
Seluruh proyek biogas ini disponsori oleh Kementerian Pembangunan Pedesaan dengan biaya 66 ribu rupee yang dimulai sejak Agustus 2021. Dalam pengelolaannya, Pemerintah Desa terlibat aktif. Mereka menggerakkan penduduk lokal untuk pengumpulan sampah buah-buahan dan sayuran. Selain sebagai upaya mempertahankan mata pencaharian, juga salah satu cara memberi mereka penghasilan tambahan.
Pengolahan limbah di Tamil Nadu merupakan contoh bagaimana solusi inovatif dapat digunakan untuk mengatasi tantangan lingkungan dan sosial, sekaligus mempromosikan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi