tirto.id - Makanan khas Jepang, unagi belakangan viral di media sosial. Hal ini karena ramainya warganet yang meyakini bahwa unagi Jepang berasal dari ikan sidat yang diekspor Cilacap.
Kabar ini menyita perhatian publik karena harga unagi di Jepang sangat mahal. Unagi memang tergolong sebagai hidangan mewah di Jepang.
Jika benar wilayah Indonesia merupakan penghasil unagi, tentu ini berpotensi menjadi komoditas ekspor yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Unagi Ikan Apa?
Unagi merupakan makanan khas Jepang yang cukup terkenal di mancanegara. Hal ini karena unagi sering dimunculkan pada berbagai adegan film dan animasi Jepang.
Dikutip dari Japan Guide, unagi sendiri adalah sebutan untuk belut air tawar. Banyak orang, terutama kalangan turis yang sering salah mengartikan bahwa unagi adalah sama dengan anago (belut laut atau air asin).
Berbeda dengan anago yang ditangkap di laut, unagi bisa dibudidayakan di air tawar. Harga unagi pun relatif lebih murah dari pada anago.
Di Indonesia belut air tawar atau unagi dikenal sebagai ikan sidat. Perlu diketahui ikan sidat ini berbeda dengan belut sawah atau belut lumpur di Indonesia.
Selain perbedaan habitat hidup, ikan sidat dan belut lumpur berbeda dari ciri fisiknya. Dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Kulon Progo,kan sidat memiliki sirip di kepala, sedangkan belut tidak.
Unagi bisa diolah menjadi berbagai jenis masakan, mulai dari diasap, dipanggang, hingga dijadikan sup. Namun, produk olahan unagi Jepang yang paling populer adalah kabayaki.
Unagi kabayaki diolah dengan cara daging unagi difilet kemudian dipanggang dengan saus manis gurih berwarna cokelat.
Selanjutnya, unagi kabayaki ini dihidangkan di atas nasi hangat dan saus manis gurih yang sama untuk memanggang.
Meskipun produksi unagi di Jepang berlangsung sepanjang tahun, namun hidangan ini populer dimakan saat musim panas.
Ini karena masyarakat Jepang percaya bahwa unagi dapat meningkatkan stamina tubuh sehingga dapat menoleransi udara panas.
Benarkah Unagi dari Ikan Sidat Cilacap?
Faktanya, wilayah Cilacap, Jawa Tengah sudah menjadi pengekspor ikan sidat ke berbagai negara termasuk Jepang.
Dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Cilacap, pangsa pasar ekspor sidat dalam bentuk olahan terbesar memang berasal dari negara Jepang. Selama tahun 2021, jumlah ekspor sidat di Cilacap sudah mencapai 33,5 ton.
Produksi sidat di Cilacap tidak hanya untuk ekspor saja, tetapi juga konsumsi di dalam negeri. Sayangnya, kualitas sidat eskpor lebih baik dari pada kualitas sidat untuk konsumsi dalam negeri.
Tingginya minat ikan sidat di pasar mancanegara membuat pemerintah menggencarkan budidaya sidat spesies unggul di Kabupaten Cilacap selama beberapa tahun terakhir.
Bahkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerja sama dengan Food and Agriculture Organization (FAO) untuk mengembangkan benih unagi.
Harapannya, agar unagi atau ikan sidat di Cilacap dapat memiliki kualitas sesuai standar ekspor.
Berapa Harga Unagi di Jepang dan Indonesia?
Sebagai salah satu bentuk hidangan mewah, harga unagi di Jepang dan Indonesia tergolong mahal. Masih dikutip dari Japan Guide, harga unagi di Jepang adalah sekitar 3.000 yen atau sekitar Rp319.000.
Harga ini relatif, disesuaikan dengan ukuran dan lokasi pembelian unagi. Pada produk unagi matang di restoran terkenal, hidangan unagi bahkan bisa dihargai hingga 8.000 yen atau sekitar Rp850.000.
Sementara itu di Indonesia harga ikan sidat mentah berkisar antara Rp200.000 hingga Rp300.000 per kilogram. Namun, jika sudah masuk restoran atau waralaba, harga per porsi unagi di Indonesia mencapai Rp70.000 hingga Rp100.000.
Saat ini unagi sudah bisa dibeli di supermarket modern atau pasar-pasar tradisional di wilayah budidaya. Masyarakat Indonesia juga bisa menikmati unagi di restoran-restoran yang menghidangkan masakan Jepang.
Editor: Yantina Debora
