tirto.id - Setelah 95 hari berkeliling enam negara dan 34 kota, Nurlaela Bahamady mengakhiri perjalanan panjangnya di Tanah Suci Makkah dan Madinah. Lawatan panjang yang dilakukannya pada 30 Agustus-2 Desember 2023 itu terinspirasi dari film Haji Backpacker (2014) besutan sutradara Danial Rifki.
Sebagai solo traveler, perempuan yang akrab disapa Ella itu berkeliling ke beberapa negara, dari Uzbekistan, Azerbaijan, Georgia, Armenia, Turki, hingga Maroko. Terakhir, dia memilih ke Arab Saudi sebelum memutuskan kembali ke Indonesia.
“Tahun 2023 saya solo traveling tiga bulan. Pas pulang sengaja naik Saudi Airlines biar bisa transit dulu buat umrah,” ujar Ella kepada Tirto, Rabu (19/2/2025) malam.
Ini merupakan umrahnya yang kedua setelah terakhir pada 2022 lalu menggunakan jasa agen perjalanan. Bedanya, umrah kali ini dilakukan secara backpacker atau mandiri.
Ella mempersiapkan kebutuhan umrahnya sendiri tanpa bantuan agen perjalanan, mulai dari membeli tiket pesawat, memesan akomodasi dan transportasi di Makkah dan Madinah, hingga mengurus visa.
“Karena sudah punya pengalaman umrah sebelumnya, jadi saya berani pergi umrah sendiri,” kata dia.
Namun, Ella tetap menyarankan orang lain untuk memakai jasa agen perjalanan lebih dulu baru pertama kali umrah. Pasalnya, ada ustadz yang membimbing umrah sehingga seseorang bisa belajar lebih banyak.
Jika bekal pengetahuan dan pengalaman itu sudah cukup, baru kemudian bisa melakukan atau mengatur perjalanan secara mandiri.
“Tapi, kalau mau langsung umrah sendiri juga silahkan. Sumber informasi untuk belajar bisa di mana saja,” imbuh Ella.
Umrah menggunakan jasa agen perjalanan tentu saja lebih mudah karena semua hal sudah diurus oleh mereka. Selama di Tanah Suci pun, agen perjalanan juga sudah membuat jadwal agenda sehingga jemaah tinggal fokus ibadah.
Sementara itu, mereka yang ingin umrah mandiri harus bersiap mengurus semuanya sendiri. Intinya jemaah harus siap capek. Namun, menurut Ella, umrah mandiri punya kelebihan karena lebih fleksibel.
“Jujur saya lebih suka umrah mandiri. Dan ini cocok buat yang udah biasa backpacker-an,” ujar wanita berusia 32 tahun itu.
Selama ini, memang tidak ada larangan bagi masyarakat yang ingin menunaikan umrah secara mandiri tanpa melalui penyelenggara perjalanan ibadah umrah (PPIU). Pemerintah Arab Saudi pun memberi lampu hijau untuk tamu umrah yang datang secara mandiri.
Pemerintah Arab Saudi memperbolehkan umrah secara mandiri menggunakan personal visit visa. Visa tersebut dapat diurus secara daring, baik single entry maupun multiple entry. Pemegang visa tersebut juga diperbolehkan mengunjungi seluruh tempat di Arab Saudi.
“Saya pakai visa transit [waktu itu]. Visa transit durasi tinggal maksimal empat hari biaya Rp400 ribu beli di web Saudi Airlines, sepaket dengan tiket pesawat yang dibeli,” ujar dia.
Besaran biaya umrah mandiri, kata Ella, bersifat relatif tergantung dari orangnya masing-masing. Pergi bersama agen travel, kata dia, bisa saja lebih murah, terutama untuk penginapan. Ini karena mereka sudah kerja sama dengan pihak hotel di Arab Saudi.
Agen travel pun pasti sudah menyiapkan bus untuk memudahkan mobilitas jemaah. Ini juga kemungkinan lebih murah dibandingkan umrah sendiri yang harus memesan taksi.
Namun, umrah mandiri, klaim dia, juga bisa diatur agar lebih murah dibanding pergi bersama agen travel. Untuk menekan biaya penginapan, misalnya, Ella menyarankan agar memilih apartemen sesuai budget jemaah.
Di Makkah atau Madinah, ada banyak warga negara Indonesia (WNI) yang memiliki kamar-kamar apartemen untuk disewakan. Harga sewa per malamnya sekitar SR8 atau setara Rp35.000 per malam.
“Ada opsi penginapan murah yang biasa disebut Dar, tapi booking-nya harus punya kenalan orang sana yang bisa ngehubungin ke pemilik Dar,” kata Ella.
Untuk moda transportasi di Arab Saudi, jemaah bisa naik bus yang lebih murah daripada taksi. Ada pula kereta cepat Haramain Railway yang menghubungkan Jeddah dan Makkah. Tiketnya dapat dibeli melalui mesin di stasiun dan menggunakan kartu untuk pembayarannya. Biayanya berkisar SR74,75 atau setara Rp319.396 dengan durasi perjalan satu jam.
“Kalau enggak cocok sama makanan yang ada di sana, bisa belanja dan masak sendiri. Bisa lebih murah juga,” ujar dia.
Intinya, baik umrah mandiri maupun bersama agen travel sama-sama punya kekurangan dan kelebihan. Maka jemaah sendirilah yang memutuskan pilihannya sesuai kenyamanan masing-masing.
Rp15 Juta Sudah Bisa Umrah
Belakangan, umrah mandiri banyak diminati karena jemaah jadi punya fleksibilitas. Selain mengunjungi Haramain, jemaah dapat menjelajahi banyak destinasi sejarah dan budaya di Arab Saudi.
Lagi pula, biayanya bisa diatur lebih hemat dan perjalanan semakin mudah karena Pemerintah Arab Saudi telah mempermudah pengurusan visa umrah.
Pegiat umrah mandiri, Annisa Sulvia, menilai bahwa tren umrah mandiri saat ini memang begitu masif. Pasalnya, mereka yang memiliki pengalaman dan tahu akan informasi pasti akan memilih untuk melakukan perjalanan secara mandiri ketimbang menggunakan jasa travel atau agen.
“Mandiri itu fleksibel. Kita atur waktu bebas dan biaya pasti murah,” kata Annisa saat dihubungi Tirto, Rabu (19/2/2025).
Anisa menyebut bahwa biaya perjalanan umrah mandiri bisa ditekan hingga berkisar di bawah Rp18 juta.
Angka itu jauh lebih murah dibandingkan menggunakan jasa agen perjalanan yang biayanya bisa mencapai kisaran Rp20-30 juta atau bahkan lebih.
“Setiap tahun itu ada promo. Kami berangkat Rp17 juta itu pun sudah dapat diskon 30 persen. Kalau dapat 50 persen bisa di bawah Rp15 juta,” imbuh Annisa.
Untuk mendapatkan biaya murah tersebut, jemaah mesti bersiasat memilih waktu keberangkatan yang tepat. Annisa mencontohkan, diskon penerbangan, khususnya maskapai Saudi Airlines, biasanya tersedia untuk penerbangan pada Agustus, September, Oktober, November, dan Desember. Di periode tersebut, maskapai kerap memberikan diskon antara 40 hingga 50 persen.
Annisa yang komunitas umrah mandirinya memiliki seribuan anggota itu memang lebih aktif mengedukasi mengenai umrah mandiri. Lewat grup yang dibuat pada 22 Desember 2023, dia aktif membagikan tip untuk membantu jemaah melakukan perjalanan umrah mandiri. Mulai dari mengajarkan bagaimana menguasai aplikasi, memilih tiket pesawat dan hotel murah, hingga hal-hal teknis lainnya.
“Saya awalnya buka grup itu mengajarkan mereka bisa berangkat mandiri. Jadi, proses dari paspor, transportasi, dan hotel semuanya. Karena, aku ada materinya di grup dan di-share, selebihnya teknis lapangan diskusi,” jelas dia.
Edukasi tersebut menurutnya penting supaya masyarakat tidak tertipu. Pasalnya, banyak orang kini membuat pemasaran dengan embel-embel “umrah mandiri”, tapi pada kenyataannya seluruh keperluannya diurusi oleh orang lain. Secara legalitas pun, itu bisa dipertanyakan.
“Jadi, mereka itu seolah marketing. Kalau saya, tidak begitu. Saya jujur, kalau saya mau mendidik orang biar bisa kuasai semua,” imbuh dia.
Keinginan Annisa untuk terus mengedukasi umrah mandiri muncul karena kekhawatiran dan beberapa hal yang selama ini telah mengganjal di hatinya.
Baginya, umrah menggunakan jasa agen travel itu adalah upaya untuk membodohi masyarakat. Selama ini, para pebisnis agen travel umrah, menurutnya, berupaya agar jemaah bergantung terus pada jasanya.
“Jadi, saya cari letak pembodohannya, akhirnya terjawab. Saya buka grup, membuka pola pikir masyarakat bahwa salah satu dikatakan ‘umrah serem’ itu tidak sesuai. Karena, kalau setelah saya pelajari, namanya trik marketing sengaja ditakuti agar mereka [masyarakat] bergantung terus,” jelas dia.
“Tapi, alhamdulillah grup saya sudah lama kebal [karena] sudah tahu tujuan arahnya ke mana,” sambung dia.
Selama ini, Annisa sendiri tidak pernah berpikir untuk memungut atau melakukan kolektif kepada anggota kominitasnya untuk perjalanan umrah secara bersama-sama. Dia lebih baik mengajak umrah bareng dalam satu waktu yang sama, tapi urusan mengenai transportasi, hotel, visa, dan lainnya diurus secara pribadi.
“Makanya saya tidak mau buat [semacam kolektif]. Kalau umrah bareng, ketemu banyak, tapi urus sendiri agar mereka tahu prosesnya,” jelas dia.
Namun, Annisa memiliki gagasan mulia ke depannya. Akhir-akhir ini, dia mengajak pengikutnya untuk kolektif atau saling berbagi Rp50.000. Anggaplah dari seribu lebih anggota, ada 300 orang yang melakukan kolektif dengan nilai Rp50.000, maka setidaknya bisa memberangkatkan satu orang untuk umrah mandiri.
Namun, untuk mengimplementasikan gagasan ini perlu diskusi lebih lanjut dan kesanggupan dari seluruh anggotanya. Pasalnya, kolektif ini tidak bisa berjalan sendiri dan harus ada beberapa orang lainnya yang berfungsi sebagai tim untuk memutuskan siapa yang berhak mendapatkan hadiah berupa umrah mandiri tersebut.
Asosiasi Minta DPR Tak Legalkan Umrah Mandiri
Di tengah tren perkembangan umrah mandiri, Sekretaris Jenderal Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI), Zaky Zakaria Anshary, justru meminta Komisi VIII DPR RI tidak melegalkan umrah mandiri.
Zaky meminta agar larangan umrah mandiri tersebut dimuat di dalam draf Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Haji dan Umrah. Amphuri berdalih hal itu dilakukan demi menjaga ekosistem haji dan umrah.
"Bagaimana kalau misal umrah mandiri dilegalkan di Indonesia ini efek sistemiknya begitu besar. Pemerintah tidak apa-apa karena mereka mendaftar ke platform luar negeri," kata Zaky dalam Rapat Dengar Pendapat Umum bersama Komisi VIII DPR RI, Senin (17/2/2025).
Menurut Zaky, salah satu dampak dari diperbolehkannya umrah mandiri adalah negara kehilangan pajak dan pengusaha travel umrah dan haji perlahan akan gulung tikar.
Dia mengingatkan bahwa pemerintah bersama asosiasi haji dan umrah sempat kecolongan dengan kasus penipuan berbasis travel umrah yang dilakukan oleh First Travel. Menurutnya, kejadian serupa dapat terulang lagi jika aturan umrah dibebaskan.
"Apa yang terjadi pada sejarah 2016, ada tiga travel besar gagal memberangkatkan begitu banyak jemaah. F dari Jakarta gagal memberangkatkan 55 ribu jemaah dengan nilai hampir Rp1 triliun, A dari Makassar gagal memberangkatkan 60 ribu jamaah dengan nilai Rp1,2 triliun," kata dia.
Zaky menegaskan bahwa pembebasan umrah secara mandiri tidak hanya mengancam biro perjalanan dan pemerintah, tapi juga masyarakat umum apabila mengacu pada kasus tersebut.
"Dengan regulasi ketat seperti sekarang ini, kecolongan, penipuan sering terjadi. Bagaimana kalau sudah dibebaskan?" kata dia.
Zaky juga mengibaratkan pentingnya larangan umrah mandiri dengan pencatatan pernikahan di Kantor Urusan Agama (KUA). Menurut Zaky, pencatatan tersebut tak wajib secara syariat, tapi diwajibkan oleh pemerintah demi melindungi masyarakat dari kekerasan dan pernikahan yang tak bertanggung jawab.
"Jangan sampai ada umrah mandiri. Ini hajat hidup manusia banyak di Indonesia," katanya.
Permintaan AMPHURI untuk tidak melegalkan umrah mandiri direspons santai oleh pegiat umrah mandiri. Annisa justru melihat itu merupakan bentuk ketakutan dari mereka sendiri. Padahal, meskipun banyak masyarakat melakukan perjalanan umrah mandiri, toh sebagian masyarakat yang lain juga tetap memakai jasa mereka.
“Jadi, tidak perlu diributkan. Kita kembali ke undang-undang saja. Orang bebas memilih beragama dan ibadahnya,” pungkas dia.
Apabila mengutip informasi dari laman Haji Kementerian Agama, keberangkatan umrah backpacker ini idealnya dilarang oleh pemerintah. Namun, upaya tersebut seharusnya diperkuat di dalam regulasi terlebih dahulu.
Dalam UU Nomor 8 Tahun 2019, ada larangan bagi pihak yang tidak berizin PPIU untuk mengumpulkan dan/atau memberangkatkan jemaah umrah dan pihak yang tidak berizin PPIU menerima setoran biaya umrah.
Oleh karena itu, bila memang hendak dilarangan, larangan itu juga perlu diatur dalam regulasi. Hal tersebut nanti yang harus dibahas oleh pemerintah dan DPR untuk perubahan UU Nomor 8 Tahun 2019.
Sampai saat ini Kementerian Agama baru bisa melakukan imbauan bagi masyarakat yang akan berumrah agar sesuai ketentuan regulasi melalui PPIU. Namun, Kemenag tidak dapat memberikan sanksi bagi masyarakat yang melanggar karena tidak ada regulasi yang mengatur hal itu.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Fadrik Aziz Firdausi