Menuju konten utama

Tuduhan Penggembosan Reuni 212: dari Bus hingga Aksi Tandingan

Panitia Reuni Akbar 212 mengatakan ada pihak tertentu yang coba menggembosi acara. Menggagalkan pemesanan bus hingga membikin aksi tandingan contohnya.

Tuduhan Penggembosan Reuni 212: dari Bus hingga Aksi Tandingan
Ribuan umat Islam mengikuti Reuni Alumni 212 di Monumen Nasional, Jakarta, Sabtu (2/12/2017). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Ada pihak-pihak yang sengaja menggembosi Reuni Akbar 212. Tuduhan itu dilontarkan oleh ketua panitianya langsung, Bernard Abdul Jabbar. Reuni Akbar 212—yang oleh Rizieq Shihab diganti namanya jadi Reuni Akbar Mujahid 212—akan diselenggarakan di Monas, Jakarta, 2 Desember nanti.

Upaya penggembosan salah satu satunya terjadi di Malang, Jawa Timur, kata Bernard. Ia bilang ada 26 operator bus (PO, perusahaan otobus) yang tiba-tiba membatalkan pengangkutan meski pembayaran sudah lunas.

“Ada 26 PO bus yang sudah dibayar lunas dibatalkan. Ini [salah satu] penggembosan untuk menggagalkan reuni. Kami sangat prihatin dengan upaya seperti ini,” kata dia Kamis (29/11/2018) kemarin di Dewan Dakwah Islamiah Indonesia (DDII), Jakarta Pusat.

Bernard tak menyebut berapa unit bus yang batal berangkat. Tak juga dijelaskan apakah setelah itu duit pembayaran dikembalikan lagi ke panitia atau tidak.

Bernard tak mau ini terjadi di tempat lain. Dia pun mengatakan akan berkoordinasi dengan polisi serta DPR agar mempersuasi siapa saja yang ingin menggagalkan reuni agar niatnya dibatalkan, tanpa menyebut bagaimana persisnya itu dilakukan.

Selain pembatalan bus secara mendadak, upaya penggembosan lain yang dituduhkan Bernard adalah ada oknum yang mendatangi tokoh-tokoh 212 dan meminta mereka membatalkan acara dengan berbagai alasan, contohnya bilang kalau dalam acara itu “akan terjadi kerusuhan dan provokator.”

“Ada pula oknum yang membuat acara dan menyiapkan dana untuk membuat acara di hari dan jam yang sama,” ujar Ketua Persaudaraan Alumni (PA) 212 Slamet Maarif di tempat yang sama. Acara yang Slamet maksud ialah ‘Aksi Kontemplasi 212’ yang digagas oleh Kapitra Ampera, bekas pengacara Rizieq Shihab yang kini telah menyeberang ke kubu lawan. Ia sekarang terdaftar sebagai caleg PDIP.

Menurut Slamet, apa yang dilakukan Kapitra juga bisa dikategorikan sebagai upaya penggembosan. Dan itu wajar belaka. Slamet mengaku tak terpancing karena itu.

“Kami semua barisan 212 di bawah Habib Rizieq tidak akan terpancing acara itu. Akhirnya orang akan tahu kami siapa dan mereka siapa,” ujar dia.

Reuni 212 Itu Kampanye Prabowo-Sandi

Kapitra tidak secara eksplisit mengatakan apa yang dilakukannya sebagai usaha penggembosan. Namun ia mengatakan bahwa Reuni Akbar Mujahid 212 bukan lagi perkara membela agama, cuma sebatas kampanye terselubung.

“Ini kampanye Prabowo-Sandi. Bukan aksi 212 dalam konteks agama ini,” kata Kapitra kepada reporter Tirto.

Beberapa panitia dan peserta RAA 212 memang terlibat dalam politik praktis. Ketua Presidium Alumni Aksi Bela Islam 212 Slamet Maarif misalnya, adalah Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi. Dewan Penasehat Koperasi Syariah 212 Abdul Rasyid Abdullah Syafi'i menempati posisi Wakil Ketua Dewan Penasihat BPN. Sedangkan Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-Ulama) Yusuf Muhammad Martak adalah anggota Dewan Pengarah BPN.

Tuduhan Kapitra sebetulnya bisa dialamatkan balik ke yang bersangkutan mengingat statusnya sebagai caleg PDIP, partai pengusung Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Namun ia mengelak. Ia bilang, “Enggak ada urusan dengan partai. Saya pribadi saja.”

Apa yang dikatakan Kapitra bisa jadi benar. Namun setidaknya, menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin, Kapitra sedang berusaha mencari perhatian ke PDIP agar partai mengakui kemampuannya.

"Memang ini perlu dibuat tidak membesar lagi. Kapitra memang perlu memecah itu agar massa Prabowo-Sandiaga setidaknya bimbang karena narasi anti Islam pada Jokowi-Ma'ruf tak berhasil," kata Ujang kepada reporter Tirto.

Baca juga artikel terkait REUNI AKBAR 212 atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Politik
Reporter: Felix Nathaniel & Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Rio Apinino