tirto.id - Presiden AS Donald Trump akan menjadi tuan rumah buka puasa bersama di Gedung Putih. Acara ini akan diselenggarakan pada Rabu, 6 Juni untuk merayakan Ramadan, menurut seorang pejabat Gedung Putih, seperti dilansir Politico.
Keputusan ini berbeda dengan sikap Trump tahun. Ia menolak mengadakan perayaan buka puasa Ramadan di Gedung Putih. Padahal, tradisi ini sudah dijalankan selama 20 tahun oleh presiden-presiden AS sebelumnya termasuk Presiden Bill Clinton, George W. Bush, dan Barack Obama.
Pejabat Gedung Putih menolak untuk memberikan daftar hadir peserta acara buka puasa bersama Trump. Namun, mengutip laporan Washington Post, beberapa lusin orang diundang dengan para peserta terutama adalah duta dari negara-negara dengan populasi muslim yang besar dan beberapa pemimpin muslim AS.
Trump telah memiliki hubungan yang tegang dengan komunitas muslim. Selama kampanye kepresidenan, Trump menyerukan larangan "total dan lengkap" terhadap semua muslim yang memasuki AS. Sebagai presiden, ia juga membatasi warga dari beberapa negara mayoritas penduduk muslim untuk memasuki AS.
Namun pada bulan lalu saat menandai dimulainya puasa Ramadan, Trump mengeluarkan pernyataan dengan nada berbeda.
Dikatakan bahwa Ramadan "mengingatkan kita pada kekayaan muslim yang menambah hamparan keagamaan dalam kehidupan Amerika,” dan menyebutnya sebagai “bulan yang diberkati.”
“Di Amerika Serikat, kita semua diberkati untuk hidup di bawah Konstitusi yang memupuk kebebasan beragama dan menghormati praktik keagamaan. Konstitusi kami memastikan umat Muslim dapat merayakan Ramadan sesuai dengan perintah hati nurani dan tanpa hambatan oleh pemerintah,” kata Trump menambahkan, dalam pernyataan Gedung Putih, seperti dilansir The Hill.
Trump juga menyampaikan bahwa nilai-nilai yang direfleksikan oleh mereka yang merayakan puasa Ramadan dapat “memperkuat komunitas kita, membantu yang membutuhkan, dan menjadi contoh yang baik untuk menjalani kehidupan suci.”
Editor: Yuliana Ratnasari