Menuju konten utama

Tren Pemakaian Berlian: Ditindik ke Jari Manis Hingga Lensa Kontak

Mulai dari ditindik ke jari manis, dipasang di gigi, hingga dipasang di lensa kontak.

Tren Pemakaian Berlian: Ditindik ke Jari Manis Hingga Lensa Kontak
Seorang asisten memegang berlian putih sebesar 102,34 karat di balai lelang Sotheby di London, Inggris, Kamis (8/2/2018). ANTARA FOTO/REUTERS/Hannah McKay

tirto.id - “Diamonds are forever.”

Ungkapan populer tersebut menggambarkan berlian sebagai perhiasan yang tak lekang zaman. Dari pertama kali ditemukan hingga sekarang, batu mulia ini masih memiliki daya tarik yang tak bisa sembarang orang miliki. Kepemilikan berlian jadi pengukur strata sosial para kaum bangsawan.

Berlian berasal dari bahasa Yunani “adamas”, yang diartikan sebagai mineral abadi yang dianggap paling tak bisa dihancurkan. Gaius Plinius Secundus, filsuf dan penulis dari masa awal kekaisaran Romawi menyebut mineral ini sebagai “yang paling berharga”, bukan hanya dari golongan batu mulia, tetapi dari semua benda di dunia.

Dari berbagai literatur, berlian diyakini pertama kali ditemukan di India. Negara ini bahkan menjadi pionir perdagangan berlian di abad 4 Sebelum Masehi. Jalur perdagangan berlian India mulai bergerak ke Eropa Barat pada abad pertengahan. Sebab, di negara asalnya, berlian India sulit menemukan konsumen yang benar-benar mampu membelinya.

Di Eropa pada tahun 1400-an, berlian menjadi aksesori modis bagi elite di sana. Ketika pasokan berlian India mulai menipis, pada tahun 1700-an mineral ini ditemukan di panci penambang emas Brazil. Mereka ada di antara kerikil dan emas sungai setempat. Negara ini kemudian mengambil alih dominasi pasar berlian hingga 150 tahun lamanya.

Pada akhir tahun 1800 tambang berlian terbesar ditemukan di Afrika selatan. Kepemilikan berlian jadi sedikit “turun derajat”, jika semula hanya dimiliki oleh kelompok konglomerat tertentu, sejak saat itu ia bebas dibeli kelompok dengan kekayaan level lebih rendah.

Meski disebut sebagai mineral abadi yang tak bisa dihancurkan, model berlian tidaklah demikian. Ia mengalami revolusi dari pertama kali ditemukan hingga sekarang. Mulanya, berlian bahkan tidak dijadikan sebagai perhiasan, melainkan bahan perkakas dan alat tukar. Sama seperti tren dalam mode, tren berlian selalu berubah seiring zaman.

Nilai berlian kini tak hanya bergantung pada berat, tetapi juga kerumitan pemotongan. Mineral ini dipotong dengan pedoman dan parameter ketat agar kualitas serta desainnya terjaga. Ditelisik dari gaya pemotongan, ada tiga tren berlian yang tak lekang zaman. Pertama adalah Vintage Diamond Cut, pemotongan gaya jenis antik dan kuno. Termasuk bentuk segi empat, mawar (kerucut), dan potongan gaya Prancis.

Lalu di urutan kedua, ada juga berlian berwarna, seperti berlian “Heart of the Ocean” yang dimiliki oleh Rose dalam film Titanic. Terakhir adalah Cushion Cut Diamonds, gaya pemotongan berlian berbentul persegi dengan sudut membulat.

Gaya Nyentrik Menikmati Berlian

Masyarakat Romawi adalah pihak yang berjasa memperkenalkan berlian sebagai aksesori pemanis diri. Mereka membuat berlian sebagai cincin pertunangan yang dikenakan di jari manis sebelah kiri. Simbol ikatan pada pembuluh darah yang langsung terhubung ke jantung.

Selama berabad-abad, batu mulia ini dinikmati sebagai perhiasan secara konvensional. Bentuknya tak jauh-jauh dari cincin, kalung, gelang, atau tiara. Pemakaian dalam bentuk sama selama bertahun-tahun, pembeli berlian mulai bosan dan mencari modifikasi pemakaian yang sedikit nyentrik dan tak lazim. Salah satunya ditanam di gigi.

Pemasangan berlian di gigi lazim dilakukan pada gigi seri atau gigi taring rahang atas. Berlian akan terlihat estetik ketika pemilik memamerkan dengan senyuman lebar. Beberapa selebritas seperti Hailey Baldwin, Katy Perry dan Pink ikut memopulerkan tren ini.

Mekanisme pemasangan berlian dimulai dengan memberi asam di gigi. Tujuannya untuk melepas pori-pori gigi agar berlian melekat kuat. Gigi yang dipasang berlian harus dalam kondisi sehat, bebas lubang, dan tidak goyang. Bahkan jika diperlukan dokter akan melakukan perawatan syaraf terlebih dulu pada pasien. Itulah sebabnya proses ini harus dilakukan oleh seorang dokter profesional.

“Asam pelarutnya bersifat keras dan mengganggu gigi, harus pas takarannya. Jika terlalu banyak bisa merusak,” ujar drg. Widya Apsari, Sp. PM, spesialis penyakit mulut kepada Tirto.

Infografik Tren Berlian 2018

Penanaman berlian di gigi yang dilakukan bukan oleh profesional dapat menimbulkan efek samping seperti gangguan remineralisasi gigi. Prosedur pemberian asam di awal membuat mineral gigi hilang, untuk mengembalikannya dokter lazim memberi topikal fluor untuk memfasilitasi remineralisasi pada email. Proses ini kerapkali dilompati ketika dilakukan oleh selain dokter gigi.

“Dokter akan meminimalisir efek samping remineralisasi. Tahapan ini jelas memerlukan dasar keilmuan yang tidak dimiliki salon atau tukang gigi yang menyediakan jasa serupa.”

Setelah tren berlian di gigi sedikit memudar, orang-orang lalu mencari cara lain agar bisa tampil unik dengan berlian. dr. Chandrashekhar Chawan dari Pusat Penelitian Mata Shekhar di India mencetuskan lensa kontak bertahtakan berlian. Penemuannya itu masih terinspirasi dari berlian gigi yang dipakai istrinya.

Lensa kontak ini membikin bola mata bersinar terang, seperti mata vampir di film-film Hollywood yang tersorot lampu. Ada empat desain yang dijual Chawan: lensa kontak dengan 18 berlian dan emas putih, 18 berlian dengan emas kuning, hanya emas putih, dan hanya emas kuning. Total berat lensa ini mencapai 5 gram dan dihargai sebesar $15 ribu per pasang.

Meski sempat mendapat kritik atas produknya karena dianggap berisiko, Chawan bergeming. Ia mengklaim penempatan lensa kontak sejauh 6-9 mm dari kornea cukup membuat sirkulasi oksigen ke mata berjalan lancar. Produk yang memakai rangkaian perhiasan dari La SER ini hanya diproduksi sebanyak 3.996 pasang.

Model yang sedang hype dilakukan para perempuan untuk mempercantik diri adalah tindik berlian di jari manis kiri. Beberapa melakukannya sebagai pengganti cincin pertunangan konvensional. Namun yang lainnya murni menindik dengan alasan seni. Untuk model ini, sebuah “jangkar” akan ditempatkan di bawah kulit untuk menahan berlian tetap mencuat di permukaan. Hasil akhir tindikan akan terlihat berlian yang mengambang di atas kulit. Terlihat menyakitkan, namun sangat estetik.

“Jangkar titanium mikrodermal yang digunakan terhitung aman digunakan bertahun-tahun, asal tindikan dilakukan pada posisi tepat,” jelas Billy DeBerry, penindik profesional dari Fallen Sparrow Tattoo, Florida kepada PeopleStyle.

Bagi Anda yang ingin mencoba salah satu dari tiga tren nyeleneh tersebut, pastikan untuk berkonsultasi terlebih dahulu kepada tenaga profesional. Sebab sangat mungkin ada efek samping yang ditimbulkan. Penggunaan tindik, penempelan berlian di gigi, atau memakai lensa kontak yang berat sangat mungkin meningkatkan risiko kesehatan karena intervensi benda asing pada tubuh.

Baca juga artikel terkait PERHIASAN atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Nuran Wibisono