Menuju konten utama

Tren Mudik Bareng Disebut Punya Efek Samping ke Bisnis Bus Reguler

MTI menilai, tren mudik bareng memiliki efek samping pada bisnis bus reguler. Mudik biasanya menggunakan bus berjenis pariwisata yang disewa perusahaan atau lembaga.

Tren Mudik Bareng Disebut Punya Efek Samping ke Bisnis Bus Reguler
Peserta mudik bareng bersiap naik ke bus pariwisata. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi.

tirto.id - Jelang lebaran, berbagai entitas lembaga pemerintahan, swasta hingga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menawarkan kesempatan mudik bareng yang ditanggung biaya sepenuhnya oleh penyelenggara.

Masyarakat yang menjumpai penawaran itu dapat cukup mendaftarkan dirinya dan datang tepat waktu di titik kumpul untuk diberangkatkan langsung ke kampung halaman.

Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengatakan, tren mudik bareng ini memiliki efek samping pada bisnis bus reguler.

Pasalnya, dalam fasilitas yang diberikan cuma-cuma itu, pilihan transportasi massal jatuh kepada bus berjenis pariwisata yang disewa perusahaan atau lembaga.

Alhasil Djoko mendapati dampak program itu akhirnya terasa bagi bisnis bus reguler. Ia pun menyebutkan beberapa tahun ke belakang bus reguler cukup terpuruk di saat mereka sebenarnya dapat mengambil peluang dari penggunaan di hari besar keagamaan.

"Mudik gratis menggunakan bus setiap tahun kian bertambah kapasitasnya. Namun disayangkan mengutamakan menggunakan bus pariwisata," ucap Djoko saat dihubungi reporter Tirto pada Senin (13/5/2019).

"Bisnis bus reguler terpuruk beberapa tahun ini," tambah Djoko.

Djoko mengatakan, cara yang bisa ditempuh lembaga dan perusahaan itu adalah dengan menjalin kerja sama dengan penyedia bus reguler. Seperti Organisasi Angkutan Darat (Organda).

Menurut Djoko, paling tidak ada sejumlah armada dari bus reguler yang tetap dapat dimanfaatkan. Dengan demikian, baik bus reguler maupun pariwisata tetap dapat memperoleh bagian dari program seperti mudik bareng.

"Sebaiknya memanfaatkan bus reguler bekerja sama dengan organda. Sisanya, baru menggunakan bus wisata," ucap Djoko.

Di samping penggunaan bus, Djoko juga memberi catatan perihal titik kumpul. Ia menyarankan agar titik kumpul menggunakan area yang representatif bagi orang dalam jumlah banyak.

Menurutnya, titik kumpul seperti Lapangan Monas atau Parkir Timur Senayan kurang disarankan. Sebaliknya Djoko menilai, tempat seperti Terminal Pulo Gebang lebih baik untuk digunakan sebagai titik kumpul.

"Kita perlu membiasakan publik bila berangkat menggunakan bus umum dari terminal penumpang. Bukan dari tempat yang bukan terminal," ucap Djoko.

Lalu mengenai keandalan bus, Djoko juga mengingatkan bahwa seluruh armada yang digunakan untuk tetap melalui ramp check. Hal ini, katanya, cukup standar untuk dilalukan oleh petugas terminal yang sudah terlatih untuk memastikan keamanan bus selama digunakan untuk mudik.

Baca juga artikel terkait LEBARAN 2019 atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno