Menuju konten utama
Periksa Data

Antusiasme Mudik 2022 Membludak, Akankah Kasus COVID-19 Melonjak?

Jumlah prediksi mudik 2022 naik dibanding jumlah pemudik 2019. Bagaimana potensi lonjakan COVID-19 pascalebaran?

Antusiasme Mudik 2022 Membludak, Akankah Kasus COVID-19 Melonjak?
Periksa Data Antusiasme Mudik 2022 Membludak, Akankah Kasus COVID-19 Melonjak. tirto.id/Quita

tirto.id - Setelah 2 tahun masyarakat dilarang mudik lebaran sebagai pembatasan mobilitas di tengah pandemi COVID-19, pada 23 Maret lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperbolehkan rakyat Indonesia untuk melancarkan tradisi itu. Syaratnya, seperti yang disampaikan Jokowi lewat keterangan pers, pemudik harus sudah mendapatkan vaksinasi lengkap sebanyak 2 kali, vaksin booster atau vaksin dosis ketiga, dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Mengutip pernyataan Jokowi dari keterangan pers yang sama, pelonggaran itu diputuskan pemerintah lantaran perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia yang terus membaik.

Memang, penambahan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 harian terus menunjukkan tren penurunan. Per 28 April, hanya ada 412 tambahan kasus terkonfirmasi COVID-19, menurut data covid19.go.id. Ini turun drastis dibandingkan 16 Februari lalu, ketika tambahan kasus positif COVID-19 mencapai 64.718 kasus.

Sementara itu, dalam hal capaian vaksinasi, data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 28 April menunjukkan ada sekitar 18 persen target populasi vaksin, atau 37,4 juta penduduk, yang telah menerima vaksin dosis ketiga/booster. Sementara itu, ada sekitar 79 persen target populasi vaksin, atau 164,6 juta penduduk, yang telah menerima vaksin dosis kedua.

Tak berselang lama, pemerintah kemudian menetapkan cuti bersama Idul Fitri yang terbilang panjang, yakni 29 April dan 4-6 Mei 2022.

Lantas, bagaimana potensi lonjakan COVID-19 pascalebaran dan bagaimana antusiasme masyarakat dalam menyambut mudik tahun ini dibanding realisasi mudik tahun 2019?

Pemudik 2022, Lebih Banyak atau Sedikit Dibanding 2019?

Melalui sebuah survei, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi sebanyak 85,5 juta orang akan melakukan perjalanan mudik tahun ini. Jumlah prediksi mudik 2022 ini naik 40 persen dibanding jumlah pemudik 2019 lalu.

Berdasarkan survei Kemenhub, calon pemudik 2022 banyak berasal dari Jawa Timur (14,6 juta), Jabodetabek (14 juta), dan Jawa Tengah (12,1 juta) yang mayoritas menuju ke Jawa Tengah.

Kemenhub memperkirakan puncak arus mudik terjadi pada Jumat (29/4/2022) dan Sabtu (30/4/2022) pukul 7-9 pagi. Sebagian besar pemudik diperkirakan akan menggunakan transportasi darat, baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum, disusul oleh kereta api dan angkutan udara.

Menariknya, angka kumulatif pergerakan penumpang selama H-7 sampai H-5 di semua moda transportasi justru turun dari mudik 2019, mengacu pada data Sistem Informasi Angkutan dan Sarana Transportasi Indonesia (SIASATI) Kemenhub. Untuk moda transportasi kereta api misalnya, jumlah pemudik 2022 mencapai 248 ribu, hanya sekitar setengah dari pemudik yang menggunakan kereta api tahun 2019 yang berjumlah 462 ribu penumpang.

Begitu pula dalam kategori transportasi udara yang pada lebaran 3 tahun lalu berjumlah 688 ribu, pemudik dengan transportasi itu kini hanya menyentuh angka 483 ribu. Jumlah penumpang transportasi darat bahkan tercatat memiliki selisih yang signifikan antara lebaran 2022 dan 2019. Menurut pengamat transportasi Djoko Setijowarno, kemerosotan itu wajar terjadi sebab adanya pengurangan jadwal penerbangan dibanding tahun 2019. Pada tahun tersebut juga terdapat program mudik gratis menggunakan kereta api dengan jumlah yang lebih besar.

"Karena dulu ada mudik kereta itu lho, itu kan pengaruh, mudik gratis. Sekarang itu kan kalo mau mudik gratis kan persiapannya 3 bulan, ini kan gak sampai 1 bulan, dan gak dianggarkan juga tahun ini. Sekarang ada tapi tetep lebih banyak 2019 lalu," kata Djoko saat dihubungi Tirto, Kamis (28/4/2022).

Begitu pula, menurut data SIASATI, untuk pergerakan mobil yang melewati Gerbang Tol (GT) Ciawi (Kota Bogor), Cikampek Utama, GT Cikupa, dan GT Kalihurip Utama, secara akumulatif dari H-7 hingga H-5 hari Idul Fitri pada tahun 2022 turun tipis sebesar 5 persen, sebanyak sekitar 514 ribu mobil, dibanding angka tahun 2019.

Namun demikian, secara umum, jumlah pemudik harian pada rentang H-7 sampai H-5 lebaran 2022 masih lebih tinggi dari angka 2020 dan 2019 pada berbagai moda.

Pemerintah Sediakan Posko Vaksinasi

Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (Satgas COVID-19) menetapkan Surat Edaran (SE) Nomor 16 Tahun 2022 pada awal April. Isinya, Pelaku Perjalanan dalam Negeri (PPDN) termasuk pemudik yang belum mendapatkan booster dan masih disuntik 1 dosis vaksin harus menunjukkan hasil tes Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) negatif yang dilakukan dalam kurun waktu maksimal 3 x 24 jam.

Sementara bagi PPDN yang telah mendapatkan 2 dosis vaksin bisa memilih menggunakan hasil negatif tes cepat antigen yang dilakukan dalam kurun waktu 1 x 24 jam sebelum keberangkatan. Jika menggunakan tes PT-PCR, maka waktu berlakunya bisa mencapai 3 x 24 jam.

Namun demikian, pemerintah juga menyediakan posko vaksinasi di beberapa tempat perjalanan mudik untuk memudahkan pemudik melengkapi dosis vaksinnya.

“Jika ditemukan ada pemudik yang belum vaksin, pemudik tidak akan diputarbalikkan ke rumah namun disiapkan pos-pos vaksinasi di beberapa titik jalur mudik untuk menyediakan vaksinasi di tempat bagi pemudik tersebut sebelum melakukan perjalanan,” kata Suharyanto, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang juga Ketua Satgas COVID-19, menukil dari laman BNPB.

Ia mengimbau kepada pemudik untuk mengunduh aplikasi PeduliLindungi dan mengisi Electronic Health Alert Card (EHAC) sebab akan ada pengecekan acak terkait status vaksinasi pemudik. Jika calon pemudik berada di kategori merah dalam aplikasi PeduliLindungi, maka ia harus memiliki hasil negatif tes PT-PCR atau antigen.

Merujuk keterangan Wakapolri Komisaris Jenderal Polisi Gatot E. Pramono melalui laman Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Tentara Negara Indonesia (TNI) bersama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Satgas COVID-19 menargetkan vaksinasi dosis 3 mencapai 50 persen pada seminggu sebelum lebaran. Sayangnya, per 28 April capaian vaksin booster masih di level 17,99 persen.

Lonjakan Kasus COVID-19 Tidak Berkaitan dengan Mobilitas

Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menyampaikan, peningkatan atau penurunan jumlah kasus COVID-19 tidak ada kaitannya dengan kenaikan mobilitas. Berdasarkan hasil analisis korelasi, penyebab peningkatan atau penurunan kasus paling relevan adalah jumlah testing dan positivity rate atau tingkat kepositifan.

“Jadi kalau di epidemiologi, mobilitas itu dikenal bisa menyebarkan penyakit. […] Mau ada arus mudik atau apa dia bisa menyebarkan kemana-kemana, karena kan setiap orang kan bergerak setiap hari, mobilitas itu selalu ada, jadi gak perlu orang harus berbondong-bondong pergi untuk menyebarkan penyakit. [...] Nggak perlu lebaran, nggak perlu libur panjang, dia akan menyebar sendiri,” terangnya kepada Tirto, Rabu (27/4/2022).

Apabila tingkat konfirmasi positif COVID-19 tinggi dalam suatu populasi, artinya transmisi itu masih tinggi dan kasus bisa jadi akan naik, menurut Masdalina. Our World in Data per 20 Maret 2022 memperlihatkan tingkat konfirmasi positif COVID-19 Indonesia mencapai titik 8,37 persen, melorot jauh dari puncak gelombang ketiga yang menyentuh 18,46 persen pada Februari 2022. Akan tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan tingkat positif COVID-19 lebih baik di bawah 3 persen sebagai tolok ukur umum atas testing yang memadai.

Masdalina memprediksi adanya kenaikan kasus pascalebaran tetapi tidak terlalu ekstrem. Baginya kenaikan itu pun disebabkan oleh naiknya angka testing dan penurunan daya tahan tubuh karena kelelahan.

“Karena itu kita minta pada masyarakat pada saat mudik ini mereka juga harus menjaga daya tahan tubuhnya. Protokol kesehatan tetap dilakukan, daya tahan tubuh bagus,” kata Masdalina.

Baca juga artikel terkait PERIKSA DATA atau tulisan lainnya dari Fina Nailur Rohmah & Farida Susanty

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Fina Nailur Rohmah & Farida Susanty
Editor: Farida Susanty