Menuju konten utama

Transformasi Penampilan Nicki Minaj

Nicki Minaj sengaja menciptakan tampilan eksentrik agar diakui di ranah musik rap.

Transformasi Penampilan Nicki Minaj
Nicky Minaj. FOTO/Fanart.tv

tirto.id - Sejauh ini, hanya Marie-Amelie Sauvé yang mampu membuat penyanyi Nicki Minaj tampil bersahaja. Akhir tahun lalu, Minaj tampil dalam sampul T, majalah gaya hidup milik The New York Times. Dalam potret tersebut, Minaj tampil sebagai wanita yang serius, terkesan maskulin, dan dominan. Ia mengenakan kemeja putih longgar yang terkancing hingga bagian atas dan oversized blazer berwarna hitam.

Rambut hitamnya disisir ke belakang dan tampak klimis. Riasan wajahnya cukup natural. Tidak ada eyeliner runcing atau eyeshadow warna warni yang biasanya jadi gaya andalan Minaj. Hal yang nampak mencolok dari foto Minaj di T hanya gincu merah, warna lipstik yang lazim dikenakan para wanita tetapi jarang dikenakan Minaj karena sesungguhnya warna itu terlalu ‘normal’ baginya.

Bila dilihat sepintas, wajar saja bila orang tak segera mengenali sosok itu adalah Minaj. Sauvé, salah satu konsultan fesyen dan stylist paling dihormati, memberi kesempatan bagi publik untuk melihat sisi lain penyanyi kelahiran tahun 1982 ini. Tampilan tersebut senada dengan kisah yang dituturkan dalam cerita sampul. Artikel yang ditulis oleh Roxane Gay itu meyiratkan bahwa Minaj membawa satu misi utama: membawa keragaman dalam industri musik. Minaj yakin bahwa dirinya membawa suara kaum minoritas.

Minaj lahir di Trinidad dan Tobago dengan nama Onika Tanya Maraj. Pada usia lima tahun, Minaj pindah ke Queens, New York. Minaj bukan tipe orang yang bisa betah menekuni satu pekerjaan. Ia sempat bekerja serabutan. Pada satu masa, ia sempat bekerja di kedai kopi. Di sana, dia bekerja sambil menciptakan lagu, sambil sesekali mendendangkan lirik dengan irama rap. Pengalaman pribadinya berinteraksi dengan pengunjung kedai jadi inspirasinya. Sejak remaja, Minaj memang gemar bikin lirik.

Dalam "Nicki Minaj, Always in Control" yang dimuat di T, penulis Roxane menyebut bahwa Minaj tidak datang dengan ransel kosong. Minaj merasa dia harus selalu bekerja keras untuk membuktikan bahwa dirinya punya bakat dan kemampuan di industri musik rap dan hip-hop. Menurut Minaj, posisinya sebagai wanita non kulit putih dan rapper perempuan membuatnya tak mudah untuk jadi sosok yang dipandang.

Untuk mencapai jalan ketenaran, Minaj berpikir bahwa kemampuan menulis lagu tidaklah cukup. Minaj kemudian mengemas diri lewat penampilan yang "mengganggu". Ia harus tampil mencolok, pula sering gonta-ganti gaya. Penyanyi yang gemar berganti gaya bukan hanya Minaj. Tapi bisa dibilang Minaj adalah satu dari sedikit sekali penyanyi perempuan yang berani mengeksplorasi gaya kontroversial, membuat orang sulit menahan diri untuk menggelengkan kepala.

Tak hanya itu, Minaj juga mencuri perhatian dengan menciptakan berbagai alter ego. Kadang ia jadi Roman Zolanski yang dikisahkan sebagai tokoh gay. Ada pula Martha Zolanski, ibu Roman yang berpenampilan seperti wanita Inggris di tahun 1800-an. Sekali waktu ia muncul sebagai gadis remaja dengan mata serupa mata boneka. Paper menulis bahwa sosok tersebut mungkin bernama Loriee Zolanski.

Infografik Nicki Minaj

Pada awal karier, Minaj mengemas penampilan serupa Barbie. Pada Capitalfm ia bilang bahwa kesukaannya pada Barbie dikarenakan produk mainan itu tidak hanya fokus pada satu profesi. "Barbie itu keren karena tidak hanya fokus pada kecantikan dan keindahan saja," ujarnya.

Pada dua album pertamanya, Pink Friday (2010) dan Pink Friday: Roman Reloaded (2012), Minaj tampil dengan wig lurus dan warna-warni. Matanya sengaja dibuat besar seperti mata boneka. Tak lupa ia menyematkan warna merah muda dalam penampilannya. Gaya ini sering dia pakai di era 2007-2012. Pada acara-acara off air, Minaj juga sering berpenampilan dengan gaya Harajuku. Gaya ini identik dengan busana dengan warna dan motif yang tak senada, wig warna warni dengan bentuk tak lazim, serta rias wajah dengan warna pastel yang mencolok.

Ia nampak percaya diri dengan inspirasi gaya Harajuku saat menghadiri New York Fashion Week 2011. Waktu itu Minaj mengenakan gaun polkadot tiga dimensi dan wig blonde. Ia duduk di sebelah Anna Wintour, ikon fesyen dan pemimpin redaksi Vogue. Beberapa tahun kemudian, Minaj menciptakan lirik lagu tentang Wintour. Potret kebersamaan mereka kembali nampak saat acara peragaan busana desainer Oscar de La Renta. Perlahan, Minaj yang selama ini dikenal sebagai musisi berpenampilan eksentrik mulai mendapat perhatian dari pelaku industri mode premium.

Tahun lalu ia dipotret oleh Karl Lagerfeld untuk sampul majalah Elle. Waktu itu ia tampil dengan rambut hitam lurus yang panjangnya menyentuh lantai. Ia mengenakan setelan suit hitam rancangan Lagerfeld untuk Chanel. Gaya Minaj sudah berganti. Entah alter ego mana yang sedang ia mainkan. Kepada Elle, Minaj membahas tentang album barunya, Queen. Di sampul depan album, tampak Minaj dengan penampilan yang berbeda dibandingkan dua album pertama.

Pada Queen, dia tampil seperti sosok ratu Mesir dengan hiasan kepala yang terbuat dari manik-manik. Satu yang tak berubah: Minaj tak segan tampil beda. Di sampul album itu, Minaj bisa dibilang tampil setengah telanjang, dengan bagian puting dada yang ditempel manik warna-warni.

Dalam video klip "Ganja Burn" yang dirilis pada 13 Agustus 2018, Minaj tampil dalam bikini yang berlapis emas 14 karat. Ia tetap mengesankan siluat rambut lurus panjang. Hanya saja kali ini rambut tersebut terbuat dari rantai-rantai berwarna emas. The Independent menulis bahwa Queen adalah pembuktian Minaj masih salah satu penyanyi rap terbaik. Pengakuan seperti ini yang dicari Minaj sejak awal berkarier di industri musik.

Dengan pengakuan itu, tak ada yang tahu apakah Minaj masih memerlukan strategi alter ego yang eksentrik seperti dulu. Satu yang pasti: penampilannya sudah berubah. Dia tak lagi berkubang dalam gaya eksentrik dan terkesan aneh, dan mulai mengesankan bahwa dia bisa berpenampilan elegan.

Baca juga artikel terkait BINTANG HOLLYWOOD atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Musik
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Nuran Wibisono