tirto.id - Pada 1994, seorang pemain bola yang tengah naik daun jatuh hati kepada seorang mahasiswi berusia 20 tahun. Pemain bola itu adalah Hakan Şükür dan mahasiswi itu adalah Esra Elbirlik. Saat itu sudah tiga musim Şükür merumput bersama Galatasaray. Elbirlik, sebaliknya, baru menginjak tahun keduanya di Jurusan Farmasi Universitas Istambul.
Cinta Şükür rupanya tak berbalas. Esra dan keluarga menolak lamaran Şükür. Tapi Perdana Menteri Turki saat itu, Tansu Ciller, turun tangan. Pada 1995 keduanya melangsungkan pernikahan yang disiarkan secara langsung di televisi. Seperti dilansir Hurriyet Daily News, selain perdana menteri, yang hadir di pernikahan adalah walikota Istanbul saat itu Recep Tayyip Erdoğan dan Fethulah Gülen pemimpin gerakan Gülen sekaligus saksi nikah Şükür.
Bertahun-tahun mendatang, Recep Tayyip Erdoğan akan menjadi orang nomor satu di Turki, Hakan Şükür akan menjadi legenda sepakbola di negerinya, dan Fethulah Gülen akan dituduh mendalangi percobaan kup yang menewaskan 300-an lebih jiwa. Dari sanalah plot ketiga orang itu berubah.
Sang Raja dan Banteng dari Bosporus
Şükür lahir di kota Adapazari, Provinsi Sakarya. Ia memulai kariernya di sebuah tim lokal Sakaryaspor yang baru saja promosi ke Liga Super Turki. Tiga tahun kemudian Şükür pindah ke klub Bursaspor yang membuatnya mendapat tempat di skuat timnas senior Turki.
Şükür memulai debutnya di timnas pada Maret 1992 dan melesakkan enam gol dalam enam pertandingan pertamanya. Musim panas tahun itu, ia pindah ke klub besar Turki, Galatasaray. Di klub inilah Şükür akan menorehkan namanya sebagai seorang legenda.
Di musim pertamanya Şükür membawa Galatasaray meraih gelar dobel. Ia mencetak 19 gol di Liga Super dan 5 gol di Piala Turki. Şükür memulai musim kedua dengan memenangkan Piala Super Turki. Lewat bantuan 16 gol yang ia cetak, gelar juara Liga Super pun berhasil dipertahankan. Nama Hakan Şükür pun mulai menjadi buah bibir.
Di musim ketiganya Şükür gagal mempersembahkan gelar buat Galatasaray. Meski demikian torehan 25 golnya di berbagai ajang kompetisi membuatnya dilirik liga Eropa terbaik saat itu—Liga Italia Seri A.
Pinangan itu datang dari Torino. Meski merupakan salah satu klub Italia yang memiliki sejarah panjang, klub asal kota Turin ini belum pernah lagi menjadi kekuatan utama di Seri A. Terakhir kali mereka juara adalah di musim 1975/1976.
Şükür yang datang sebagai penyerang dari klub besar di negerinya rupanya tak bisa menyesuaikan diri. Ia hanya bertahan selama setengah musim, dengan torehan satu gol dari lima kali penampilannya bersama Torino. Şükür pun kembali ke klub lamanya, mencetak 16 gol, dan meraih Piala Turki di akhir musim. Torino sebaliknya, harus terdegradasi ke Seri B.
Di periode kedua bersama Galatasaray, Şükür, selama empat tahun berikutnya, membawa persepakbolaan Turki ke level baru. Musim 1996/1997 ia mencetak 38 gol di liga yang membuatnya berada di urutan ketiga dalam perebutan Sepatu Emas Eropa di bawah Mario Jardel dan Ronaldo.
Musim 1996/1997 pun menandai awal kejayaan Galatasaray. Dimotori Şükür dan Gheorghe Hagi, klub berjuluk “Penakluk Eropa” (Avrupa Fatihi) ini menjuarai Liga Super selama empat tahun berturut-turut dan mengawinkannya dengan Piala Turki pada 1999 dan 2000. Şükür menjadi pencetak gol terbanyak pada 1997, 1998, 1999.
Puncaknya terjadi pada 2000 sewaktu Galatasaray menjadi klub Turki pertama yang meraih trofi Eropa setelah menaklukkan Arsenal lewat drama adu penalti di ajang Piala UEFA. Şükür menorehkan total 6 gol selama kompetisi berlangsung.
Kesuksesan ini kembali membuat Şükür dilirik klub Seri A. Kali ini tak tanggung-tanggung yang menginginkannya adalah salah satu klub raksasa—Inter Milan. Untuk menambal kekosongan yang ditinggalkan Ronaldo yang menderita cedera parah, Şükür diset untuk diduetkan dengan Christian Vieri.
Namun, lagi-lagi Şükür tak menemukan tajinya di Seri A. Layaknya di Torino, penampilan Şükür sungguh mengecewakan. Dari 24 kali penampilannya bersama Inter, Şükür hanya mampu menceploskan 5 gol. Pada 2002, Şükür menguji peruntungannya di Parma. Hasilnya tak jauh beda. Hanya 3 gol yang berhasil disarangkannya dari 16 kali penampilan.
Begitu pun ketika ia bergabung dengan Blackburn Rovers di Liga Premier Inggris. Hanya 2 gol yang berhasil dicetaknya dari 9 penampilan.
Kenyataan tersebut sepertinya menegaskan Şükür kurang bisa bersaing di kompetisi level tertinggi. Kariernya di timnas pun menunjukkan pakem itu. Meski menjadi pemegang rekor pencetak gol terbanyak di timnas dengan 51 gol, akan tetapi gol-gol tersebut lebih banyak ia lesakkan di partai kualifikasi.
Di putaran final Piala Eropa 1996 Şükür tak mencetak gol sebiji pun, padahal di partai kualifikasi ia menorehkan 7 gol. Pada gelaran Piala Dunia 1998, meski mencetak 8 gol di partai kualifikasi, Şükür tak mampu membawa Turki melaju ke putaran final. Di Piala Eropa 2000 ia hanya mencetak dua gol.
Begitu pun di Piala Dunia 2002 yang menjadi puncak prestasi Turki di sepakbola. Meski ia mencatatkan namanya sebagai pemegang rekor gol tercepat saat Turki menaklukkan Korea Selatan di perebutan tempat ketiga, hanya itulah gol satu-satunya yang ia cetak selama kompetisi berlangsung.
Dari 2003-2008 Şükür kembali bermain untuk Galatasaray. Ia ikut mempersembahkan gelar Liga Super pada 2006 dan 2008. Setelah itu Şükür memutuskan gantung sepatu.
Dari Politik sampai Pengasingan
Pada 2011 Şükür mencoba peruntungannya di dunia politik dengan menjadi anggota Parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), kendaraan politik Erdoğan yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri. Masuknya Şükür di AKP, sebagaimana ditulis Hurriyet Daily News, diundang langsung oleh Erdoğan.
Namun, sejak awal keterlibatannya di politik, beberapa kali Şükür tersandung kontroversi. Pada Januari 2012 ia banyak dikritik karena menerima tawaran sebagai pandit di Lig TV. Sebelum menjadi anggota parlemen Şükür memang pernah menjadi pandit di stasiun televisi negara TRT. Banyak yang menilai pekerjaan sampingannya itu akan melahirkan konflik kepentingan. Tiga bulan berselang, Şükür kembali menjadi headline ketika meninju Haydar Akar, anggota parlemen dari partai oposisi CHP, dalam sidang yang membahas anggaran pendidikan.
Memasuki 2013 hubungan antara Şükür dan Erdoğan mulai memburuk. Menjadi bagian dari pertarungan politik antara Erdoğan dan Gülen yang saat itu sudah pecah kongsi, pada tahun itu Şükür mengundurkan diri dari AKP setelah pemerintah menelurkan rencana untuk menutup sekolah-sekolah “bimbel” yang kebanyakan dimiliki oleh orang-orang yang memiliki keterkaitan dengan Gülen.
“Selama dua puluh tahun, saya mengenal dan mencintai gerakan Hizmet. Memperlakukan mereka yang sudah secara setia mendukung pemerintah di semua isu ... sebagai musuh adalah tindakan yang tidak berterima-kasih,” ujar Şükür waktu itu seperti dilansir Reuters.
Tak berhenti sampai di situ pada Februari 2016 Şükür didakwa oleh peradilan Turki karena kicauannya di Twitter yang dianggap menghina Presiden Erdoğan dan anaknya. Şükür diancam empat tahun penjara. Namun, karena saat itu ia sudah tidak berada di Turki, ia diadili in absentia.
Puncaknya terjadi lima bulan kemudian ketika gerakan Gülen dituduh sebagai dalang dari percobaan kup gagal pada 15 Juli 2016. Sebagai akibatnya Erdoğan melakukan upaya-upaya pembersihan menyingkirkan orang-orang yang dianggap sebagai simpatisan gerakan Gülen di semua institusi Turki. Sebanyak 15,846 ditahan (10,012 prajurit, 1,481 anggota peradilan) dan 48,222 pejabat pemerintah dan pekerja dipecat.
Termasuk yang kena getahnya adalah Hakan Şükür. Secara terang-terangan mendukung gerakan Gülen, sebulan setelah percobaan kup, keluar surat penahanan terhadap Şükür yang membuatnya tak bisa menginjakkan kakinya lagi di tanah kelahirannya. Tak hanya itu, pada 2017 pemerintah Turki pun menyita semua kekayaan Şükür dan ayahnya yang mencapai 200 juta lira Turki dan mencopot keanggotaan dirinya di klub Galatasaray bersama Arif Ardem, rekan setimnya saat keduanya memenangkan gelar Piala UEFA 2000 silam.
Kini seperti diberitakan Daily Sabah, Şükür kabarnya menjalankan usaha restoran-kafe di Palo Alto, Caifornia, Amerika Serikat - bukan lagi sebagai warga Turki, melainkan orang yang terasing dari tanah airnya sendiri. Persisnya: diasingkan!
Penulis: Bulky Rangga Permana
Editor: Zen RS