Menuju konten utama

Sengitnya Pertandingan Gulen versus Erdogan di Lapangan Hijau

Sebagai unsur penggerak kerumunan massa, sepakbola pada kenyataanya adalah perpanjangan dari politik. Kondisi politik yang ruwet penuh intrik dan perseteruan ujungnya akan merembet ke sepakbola juga.

Sengitnya Pertandingan Gulen versus Erdogan di Lapangan Hijau
Pendukung Timnas Turki saat pertandingan sepak bola pada 6 September 2011 di Wina, Austria. Permainan ini seri. [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Di Turki, kisah itu benar-benar terjadi saat ini, lewat sebuah laga sengit yang mempertemukan dua kubu bernama Tim Recep Tayyip Erdogan melawan tim Fethullah Gulen. Konflik ini betul-betul terjadi di lapangan hijau.

Awal bulan ini kabar mengejutkan datang dari Turki saat federasi sepakbola Turki (TFF) memecat 105 orang pegawai mereka termasuk wasit dan perangkat pertandingan. Wasit Piala Dunia, Ceuneyt Cakir, adalah nama besar yang dicopot dari jabatannya. Pemecatan ini didasari tudingan keterlibatan mereka dalam organisasi pendukung Fethullah Gulen – yang diduga jadi dalang dibalik kup gagal, 15 Juli lalu.

Kabar baru datang saat pemerintah Turki menetapkan Hakan Sukur, legenda sepakbola Turki sebagai buronan paling dicari di negara itu. Sukur yang membawa Turki jadi peringkat tiga Piala Dunia 2002 ini diduga terlibat dalam kudeta gagal. Sukur memang dikenal sebagai Gulenist, dan kini ditengarai sudah kabur ke Amerika Serikat.

Pada Juli lalu, Sukur sempat diadili akibat menghina Erdogan di sosial media Twitter. Dia memang dikenal keras terhadap Erdogan, terlebih setelah upaya pemerintah yang memberangus aktivitas Gulenist di bidang pendidikan. Sama seperti Gulen yang dulunya berkarib dengan Erdogan, Sukur pun demikian. Dia sempat terpilih jadi anggota parlemen dari Partai Keadilan dan Persatuan (AKP) milik Erdogan. Namun, setelah hubungan Gulen dan Erdogan memanas, Sukur pun mundur ikut pada induknya.

Duel Erdogan versus Gulen di Fenerbahce

Perseteruan Gulen versus Erdogan di ranah sepakbola bukan terjadi kali ini saja. Kick off laga ini dimulai pada 2011 silam, saat keduanya memutuskan bercerai dan berseberangan. Pada 2011, terkuak skandal yang cukup besar mengenai pengaturan skor di sepakbola Turki.

Dua klub besar terlibat yakni Besiktas dan Fenerbahce. Tercatat lebih dari 90 orang ditangkap termasuk Wakil Presiden Besiktas, Serden Adali dan Presiden Fenerbahce, Aziz Yildirim.

Terbongkarnya kasus ini tak lepas dari perang kepolisian dan pengadilan yang mengawal hingga tersangka divonis masuk bui. Sudah jadi rahasia umum bahwa pada dua instansi ini dihuni banyak pengikut Gulen. Dua lembaga ini pula yang menguak kasus korupsi Erdogan dua tahun berikutnya yang berimbas perombakan dan pembersihan habis-habisan oleh Erdogan.

Salah satu tim yang paling merugi dari terbongkarnya kasus pengaturan skor ini adalah Fenerbahce. Sang pemimpin, Aziz Yildirim divonis enam tahun penjara oleh pengadilan. Yildirim dianggap sebagai orang yang paling kuat dan karismatik di Turki, seorang pengusaha sukses yang memiliki sembilan perusahaan yang tersebar di berbagai sektor, termasuk konstruksi, pertahanan, bisnis maritim, pariwisata, semen dan peternakan. Banyak yang berpendapat bahwa penyelidikan ini sebenarnya operasi politik untuk membuang dia. Yildirim memang dikenal dekat dengan Erdogan.

Ada tiga klub terbesar di Turki: Besiktas, Galatasaray, dan Fenerbahce. Ketiganya berasal dari Istanbul namun mewakili entitas berbeda. Besiktas dipandang mewakili bangsawan, Galatasaray dipandang sebagai tim aristokrasi, dan Fenerbahce dianggap sebagai representasi kelas masyarakat yang lebih luas. Hampir 37 persen penduduk Turki adalah fans.

Dengan dukungan yang lebih luas, Fenerbahce menjalin hubungan intim dengan siapapun yang ada di pucuk kekuasaan, mulai dari bapak pendiri republik Mustafa Kemal Attaturk hingga Erdogan mendeklarasikan diri sebagai penggemar Fenerbahce. Sejak berkuasa tahun 2002, AKP memiliki hubungan erat dengan Fenerbahce.

Vonis enam tahun penjara terhadap Yildirim membuat fans Fenerbahce geram. Mereka menduga ini adalah pelemahan yang dilakukan oleh kelompok Gulen hingga akhirnya mengambil alih Fenerbahce. Kejanggalan-kejanggalan pun terungkap lewat bukti-bukti yang bias, sama seperti kasus Ergenekon dan Sledgehammer yang menangkap puluhan Jenderal militer dengan tuduhan kudeta.

Corong pemberitaan terungkapnya kasus ini adalah Today Zaman. Harian ini berafiliasi penuh dengan Gulen. Banyak hasil investigasi polisi lewat rekaman, dokumen dan lain-lain dilempar Zaman ke publik yang tentunya memojokan Fenerbahce.

Secara eksplisit pada 22 Mei 2012, sepekan setelah Yildirim divonis dan penggemar Fenerbahce mengamuk di pengadilan, dalam tulisannya di Zaman Gulen seolah membenarkan pihaknyalah yang jadi dalam pengungkapan kasus ini. Hal ini disikapi oleh wartawan Today Zaman, Ergun Babahan yang langsung mencuit di Twitter "Semoga gelar juara ini pergi ke Amerika!" Tak lama Babahan pun dipecat dari Today Zaman.

Di saat Gulen mulai menggerus Fenerbahce. Erdogan semakin memperkuat pengaruhnya di sana lewat Ahmet Ketenci, İsfendiyar Zülfikari, Talat Yilmaz, dan Hüseyin Avni Topbaş yang terpilih jadi anggota dewan klub pada 20 Mei 2012. Pada periode 2011-2012, perseteruan Gulen dan Erdogan masih dalam tahap wajar. Itu yang membuat Erdogan tak bisa sepenuhnya membebaskan Yilidirim.

Ketika konflik memanas akhir 2013, momen dimana terjadi pengusutan kasus korupsi pada beberapa orang terdekat Erdogan, Yilidirim pun mulai dibela, terutama setelah Erdogan membersihkan pengadilan dan kejaksaan dari orang-orang Gulen.

Pada awal 2014, penangguhan tahanan dilakukan akibat banding ulangnya diterima Mahkamah Agung, terlebih jaksa yang memimpin persidangan kasus ini, Zekeriya OZ ditangkap karena terlibat jejaring Gulen. Terkuak bahwa ada plot yang sengaja dibuat menjatuhkan Yilidirm. Alhasil selang beberapa lama kemudian dia dibebaskan dan dinyatakan tidak bersalah.

Rumitnya Hubungan Erdogan, Gulen, Fenerbahce dan Galatasaray

Sebuah fakta terungkap bahwa Zekeriya OZ seorang fans Galatasaray. Konspirasi pun muncul bahwa Galatasaray terlibat dalam upaya penjatuhan citra Fenerbahce ini. Dalam sepakbola Turki tak ada yang lebih menarik disimak selain persaingan antara Fenerbahce dan Galatasaray. Keduanya bak air dan minyak, dua musuh abadi yang sulit dipersatukan.

Sebagai tim yang idektik kalangan aristokrat Galatasaray memang deikanl sebagai tim yang dekat dengan gerakan Gulenist. Gulen pun mengaku sebagai fans Galatasaray.

Pekan lalu muncul sebuah video dari tahun 1996 yang menggambarkan kedekatan pemain Galatasaray, Hakan Unsal, Mert Korkmaz, Okan Burak, jelas,Arif Erdem, Uğur Tütüneker, Ismail Demiriz dengan Gulen. Terkuak juga pada saat Turki berprestasi di Piala Dunia 2002, Gulen memberikan hadiah $500 ribu kepada pemain Galatasaray yang ada di timnas.

Bos Fenerbahce, Yildirim tahun lalu sempat memaparkan bukti-bukti keterlibatan Gulen yang membantu Galatasaray menjuarai EUFA Cup di tahun 2002.

Dalam konteks kasus pengaturan skor terkuak 2011 lalu, hanya Galatasaray satu-satunya klub yang tak disentuh Semua rekaman video, rekaman dan transkrip percakapan telepon yang disadap polisi berbulan-bulan tak menyebut nama Galatasaray sekalipun.

Dugaan kuat muncul ini memang sudah diatur. Galatasaray memang punya hubungan akrab dengan kelompok Gulen,mayoritas perusahaan yang mendukung mereka berafiliasi dengan Gulen, diantaranya adalah perusahaan kontraktor Dumankaya. Namun, dalam dunia politik, timing perpindahan posisi itu jadi hal penting. Galatasaray jago dalam hal ini. Di saat pamor Gulen mulai turun terutama setelah pembersihan 2013 silam, mereka mulai beralih haluan menjadi pro-Erdogan. Dan peralihan arah itu dilakukan oleh sang presiden, Duygun Yarsuvat.

Sosok pengacara ini terpilih jadi presiden Galatasaray 25 Oktober 2014. Saat terpilih dia membikin pernyataan kontroversial. Dia mengatakan Gulen lah yang ada dibalik penangkapan Yildirim. Kasus itu jadi ramai karena Yilidirm enggan memberi uang palak kepada Gulen senilai $50 juta. Pernyataan Yarsuvat ini disesalkan pengurus dan pendukung Galatasaray itu sendiri.

Di tahun yang sama, Yarsuvat juga tertangkap basah menemui Erdogan di istananya untuk berbicara terkait utang klub. Hubungan inilah yang membuat Galatasaray memutuskan kontrak dengan sponsor yang berafiliasi dengan Gulen pada 2015 lalu.

Di lapangan hijau, kini Erdogan telah unggul 2-0 melawan Gulen. Keberpihakan Galatarasay dan Fenerbahce kepadanya membuat dia menang sementara. Manipulasi Erdogan di sepakbola dengan mengintegrasikan jaringan bisnis dan politiknya telah membuat banyak klub bergantung secara finansial pada dirinya. Mesti licik, tetapi inilah politik. Sepakbola dan politik memang tak ada bedanya, karena siasat adalah kunci memenangkan pertandingan.

Baca juga artikel terkait RECEP TAYYIP ERDOGAN atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Olahraga
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti