Menuju konten utama

Tragedi Garuda 152 Jatuh Tahun 1997: Kecelakaan Pesawat Terburuk RI

Kecelakaan pesawat terburuk di Indonesia terjadi pada 1997. Tragedi Garuda 152 ini menewaskan 234 penumpang.

Tragedi Garuda 152 Jatuh Tahun 1997: Kecelakaan Pesawat Terburuk RI
Ilustrasi Pesawat Hilang. foto/IStockphoto

tirto.id - Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 pada Sabtu (9/1/2021) kembali melengkapi catatan buruk maskapai penerbangan Indonesia. Tercatat, sejak 1945 hingga 2021 (Januari), telah terjadi 104 kecelakaan pesawat di Indonesia, demikian data menurut Aviation Safety Network.

Banyaknya jumlah kecelakaan udara ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pasar penerbangan paling mematikan di seluruh dunia, angkanya di depan Rusia, Iran, dan Pakistan. Di antara tragedi itu, kecelakaan pesawat terburuk di Indonesia terjadi pada 26 September 1997 yang dikenal sebagai tragedi Garuda 152 yang menewaskan 234 penumpang.

Pesawat Garuda dengan nomor penerbangan 152 ini bertolak dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Bandara Internasional Polonia Medan (sekarang Pangkalan Udara Soewondo). Dari Jakarta, pesawat Garuda 152 berangkat pukul 11.41 WIB dan diperkirakan sampai pada 13.41 WIB.

Siapa sangka, pada hari yang sama dengan waktu yang berdekatan, terdapat dua pesawat memiliki nomor penerbangan yang sama: Pesawat Merpati 152 dan Garuda 152. Hal ini membikin kru pemandu lalu lintas udara di Medan sempat kebingungan.

Dari laporan kecelakaan National Transportation Safety Committee (2004), dituliskan transkrip mengenai kebingungan kru pemandu lalu lintas udara mengenai nomor penerbangan dari dua pesawat tersebut. Pemandu lalu lintas udara sempat salah memberikan instruksi panggilan, yang seharusnya disampaikan kepada Garuda 152, namun menggunakan panggilan Merpati 152 (Hlm. 37-38).

Pada hari itu juga, 26 September 1997, Kota Medan sedang diselimuti kabut asap akibat pembakaran hutan di Riau. Situasi ini kian menyulitkan pilot dan kru pemandu lalu lintas udara untuk melihat lintasan.

Sesampainya pesawat di Medan, 11 menit sebelum mendarat di Bandara Internasional Polonia, terjadi miskomunikasi antara kru pesawat dengan pemandu lalu lintas udara. Akibat cuaca yang buruk yang disertai awan tebal, pemandu lalu lintas bingung apakah pesawat Garuda 152 berbelok kanan atau ke kiri.

Akhirnya, pada 13.30 lewat 10 detik, pesawat Garuda jenis Airbus A300-B4 jatuh di daerah hutan di desa Buah Nabar, Deli, Serdang, Sumatera Utara akibat instruksi dari pemandu lalu lintas yang kurang jelas sehingga kemungkinan pilot salah memahami perintah tersebut.

Di lokasi kecelakaan, sayap kiri pesawat tampak terbang rendah dan menabrak pohon-pohon di bukit desa Buah Nabar. Hal ini membuktikan bahwa pilot membelokkan pesawat ke kiri, alih-alih ke kanan seperti yang diinstruksikan pemandu lalu lintas udara.

Akibat kecelakaan ini, pesawat Garuda 152 rusak parah, meledak, dan terbakar di ketinggian 1.150 kaki di atas permukaan laut.

Semua penumpang yang berjumlah 234 orang, termasuk 12 awak pesawat tewas. Empat puluh delapan mayat ditemukan hangus sehingga sulit diidentifikasi, sementara sisanya dikembalikan ke keluarga masing-masing.

Dari total seluruh penumpang, selain dari Indonesia, terdapat dua orang Kanada, dua orang Inggris, enam orang Malaysia, empat orang Jerman, dua orang Amerika Serikat, dan satu orang Perancis.

Baca juga artikel terkait KECELAKAAN PESAWAT atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Alexander Haryanto