tirto.id - Bagi penggemar mobil-mobil berperforma tinggi, nama Supra bukanlah sesuatu yang asing di telinga. Sejak akhir 1970-an hingga awal 2000-an, kiprahnya di dunia motorsport begitu harum. Sampai-sampai ketika penjualannya dihentikan tahun 2002, tak sedikit yang merasa kehilangan.
Beragam spekulasi bermunculan, apakah Toyota menyuntik mati legendanya?
Ternyata setelah 17 tahun vakum, Toyota resmi menghadirkan kembali salah satu sport car paling terkenal ini. Dalam laman Toyota Global diumumkan bila generasi ke-6 Supra akan mulai dijual pada pertengahan tahun 2019, dan dibuat di Magna Steyr, Graz Plant di Austria.
Supra kini menjadi proyek kolaborasi yang diproduksi di fasilitas bersama milik Toyota dan BMW. Di pabrik yang sama akan dibangun juga BMW Z4 dari platform sejenis. Chief Engineer Toyota Supra, Tetsuya Tada mengatakan jika kemitraan dengan BMW menjadi pengalaman baru bagi kedua perusahaan.
"Kami menghargai antusiasme dan aspirasi semua orang yang telah membantu Supra menjadi salah satu mobil yang paling dinanti-nantikan dan menarik tahun ini. Saya dengan bangga mengatakan bahwa Supra telah berubah menjadi mobil yang sangat menarik," ujarnya seperti dikutip dari Motor1.
Perihal kemunculan kembali Supra tak hanya memberi angin segar bagi fans Toyota di dunia. Konsumen Indonesia juga dipastikan dapat memesan mobil tersebut pada ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2019 mendatang. Hal ini diamini langsung oleh Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor (TAM), Anton Jimmy.
Ia mengatakan, pihaknya akan menampilkan coupe terbaru itu di booth Toyota. Pengunjung dan calon konsumen pun bisa menikmati Supra dari dekat untuk menjawab rasa penasaran. "Legendary Supra akan kami launching di GIIAS, jadi bisa sekalian order dan SPK," kata Anton saat ditemui Tirto (9/7).
Kejayaan Supra
Toyota pertama kali mengungkap nama Supra sekitar 41 tahun lalu, sebagai penunjuk bagi mobil sport yang lebih besar dan lebih bertenaga dari Celica. Ia diidentifikasi dengan kode bodi A40 serta dirancang dan dikembangkan untuk bersaing di pasar grand tourer yang populer di Jepang maupun Amerika Utara.
Melansir dari situs Toyota Inggris, Supra sengaja dibuat berbeda dibanding pendahulunya. Jika Celica menawarkan ciri khas halus dengan mesin empat silinder, Supra dengan mesin enam silinder memiliki karakter lebih galak namun juga lebih mewah.
Seketika Supra diterima dan terus berkembang ke generasi-generasi berikutnya. Namun, model Supra yang paling menghebohkan yaitu model generasi ke-4 (A80) yang pertama kali hadir lewat ajang Chicago Motor Show 1993. Tipe ini meluncur setelah empat tahun di bawah pengembangan Chief Engineer Isao Tsuzuki, yang juga merancang generasi pertama Celica.
Tak seperti apa yang diproduksi Toyota sebelumnya, desain Supra A80 lebih banyak meniru model 2000GT yang hadir tahun 1960-an. Dengan desain kap mesin panjang, bodi rendah, dan spoiler belakang tinggi, membuat aerodinamika mobil menjadi lebih baik. Jelas rancang bangun ini sengaja diciptakan agar mendapat kecepatan maksimal yang lebih tinggi.
Terlebih, di balik kap mesinnya terdapat mesin berkode 2JZ-GTE twin-turbocharged 3.000 cc dengan gear box 6-percepatan yang sanggup menghasilkan tenaga hingga lebih dari 300 dk. Akselerasi dari 0-100 km/jam di bawah 5 detik dan top speed lebih dari 240 km/jam, membuat mobil sport Toyota menawarkan kinerja serupa supercar di masa itu.
The Drive melaporkan, generasi ke-4 Supra ini seperti mencapai kejayaan. Semua ruang pamer di AS penuh dengan pengunjung bila Supra dipajang. Banyak juga majalah mobil yang memuji soal akselerasi hingga kinerja pengereman yang sangat efektif.
Dengan format mesin depan dan penggerak roda belakang, sejauh ini Supra A80 jadi yang paling sukses di dunia balap. Tak kurang puluhan kejuaraan dimenangkannya. Beberapa yang paling ikonik, tentu saja, balap Le Mans 24 jam, kejuaraan All-Japan (JGTC), hingga balap Pikes Peak.
Meskipun berhasil, bagaimanapun dengan berjalannya waktu tren mobil di dunia mengalami perubahan. Konsumen di dunia secara perlahan mulai menjauh dari mobil sport seperti Supra yang harganya semakin mahal mencapai 50.000 dolar AS atau setara Rp703 juta (asumsi kurs 1 dollar = Rp 14.000) pada tahun 1996.
Menariknya, meski dianggap berhasil, Supra generasi ke-4 itu hanya mampu mencatat penjualan sebanyak 12.000-an unit di Amerika Serikat. Laman Car Sales Base mencatat, permintaan Supra A80 paling banyak terjadi pada 1994 dengan angka 3.405 unit dan paling sedikit tahun 1999, ketika terakhir diproduksi yakni hanya 24 unit.
Sementara itu, Supra generasi sebelumnya, terutama dari A40 sampai A70 malah lebih banyak terjual di pasar AS. Totalnya mencapai 287.459 unit. Tren penjualan Supra sejak generasi awal terus meningkat dari 26.207 unit pada 1979, menjadi 33.823 di tahun 1986. Namun setelahnya, permintaan mobil sport Toyota ini cenderung terus menurun.
Walau demikian, kantung-kantung kecil komunitas dan penggila balap di seluruh dunia masih belum bisa move on dari mesin 2JZ-GTE, milik Supra generasi keempat yang terkenal punya akselerasi baik serta tenaga besar. Maka tak heran, mobil ini tetap dicari. Banyak yang ingin mencangkok mesin mobil itu ke mobil lainnya. Bahkan, Supra bekas dengan kondisi baik harganya bisa lebih mahal dari barunya.
Kenapa Masih Membuat Mobil Sport?
Keputusan Toyota yang menggandeng BMW untuk proyek Supra awalnya diragukan sejumlah kalangan. Salah satu faktor yang membuat timbulnya keraguan itu adalah keinginan untuk mempertahankan mesin enam silinder yang sudah dipakai Supra sejak generasi awal.
Tetsuya Tada kepada Automotive News Europe mengatakan cara termudah memperoleh mesin itu adalah dengan menandatangani kesepakatan bersama BMW. Seperti diketahui, pabrikan Jerman ini punya beberana line-up sedan yang menggunakan mesin 3.000 cc enam silinder. Mulai dari M3, M4, hingga roadster Z4 yang jadi saudara satu platform Supra.
Langkah Toyota memang membuat marah kaum puritan. Namun, Chief Engineer Supra tersebut berpendapat bahwa ini adalah langkah bisnis yang masuk akal mengingat Supra bukan mobil dengan volume penjualan besar. Berkolaborasi dengan pabrikan lain, oleh karenanya, jadi pilihan yang efisien, seperti halnya ketika bekerja sama dengan Subaru dalam membangun Toyota 86.
Dengan mesin berkode B58 twin-turbo enam silinder segaris yang menghasilkan tenaga 335 dk dan torsi 500 Nm, dikombinasikan dengan sasis dan transmisi 8-percepatan milik BMW, membuat Supra berpotensi besar memiliki performa yang sama dengan Z4.
Akan tetapi, Tetsuya meyakini dengan setelan khusus para insinyur Toyota dan Gazoo Racing di beberapa bagian, membuat Supra A90 memiliki identitas yang berbeda dari mobil Jerman. Apalagi, setelah melihat desain bodi dan eksterior. Keduanya seperti tak memiliki kesamaan.
Lantas apa yang membuat Toyota tetap membuat Supra? Toyota sebetulnya telah mengirimkan sinyal isyarat akan mengembalikan mobil sport itu ke jalur produksi lewat kendaraan konsep FT-1 yang dipamerkan dalam Detroit Motor Show 2014.
Namun, menurut Jessica Caldwell, Head of Analysis Edmunds, konsultan otomotif ternama di AS, langkah itu dilakukan bersamaan dengan turunnya permintaan mobil sport ke level terendah dalam beberapa dekade. Tren penurunan ini berbarengan dengan meningkatnya permintaan SUV di seluruh dunia, demikian dilansir Autonews.
Makanya, Toyota menunda ide tersebut sampai pembeli baru akan muncul. Caldwell percaya pasar mobil tradisional AS yang menggemari sedan bakal berevolusi menjadi ceruk khusus, seperti mobil convertible, station wagon, dan model sport seperti Supra.
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara