Menuju konten utama
Mozaik

Tommy Flowers, Pemecah Kode Rahasia Jerman pada Perang Dunia II

Adu jago para ilmuwan di balik pertempuran Sekutu melawan Jerman pada Perang Dunia II.

Tommy Flowers, Pemecah Kode Rahasia Jerman pada Perang Dunia II
Header Mozaik Tommy Flowers. tirto.id/Tino

tirto.id - Tanggal 6 Juni 1944, pukul 00.15, pasukan Sekutu mulai melintasi Selat Inggris menuju Pantai Normandia di Prancis. Ini adalah D-Day, salah satu operasi militer terbesar dan paling penting dalam sejarah yang melibatkan lebih dari 156.000 tentara Sekutu.

Adolf Hitler sebelumnya menangkap pesan komunikasi Axis--aliansi negara-negara Jerman, Italia, dan Jepang--dari mesin Enigma dan meyakini bahwa Sekutu akan berlabuh di Pays de Calais, sebuah wilayah di Prancis yang terletak di sebelah utara, tak jauh dari Selat Inggris.

Upaya ini memuluskan langkah Sekutu untuk mengelabui Jerman yang dikenal dengan Operasi Fortitude. Operasi ini terdiri dari dua bagian: Fortitude North yang mengecoh Jerman bahwa invasi akan terjadi di Norwegia, dan Fortitude South yang mengecoh Jerman bahwa invasi akan terjadi di wilayah Pas de Calais, bukan di Pantai Normandia.

Pagi hari, Sekutu melancarkan serangan udara terhadap posisi pertahanan Jerman di sepanjang Pantai Normandia. Tujuan untuk melemahkan pertahanan Jerman dan membuka jalan bagi pendaratan pasukan darat menuju wilayah Eropa Barat.

Setelah serangan udara, pasukan Sekutu mendarat di Pantai Normandia. Pendaratan dilakukan oleh tiga divisi utama: Divisi Infanteri Amerika Serikat, Divisi Infanteri Inggris, dan Divisi Infanteri Kanada. Mereka mendarat di lima titik yang diberi kode nama: Omaha, Utah, Gold, Juno, dan Sword.

Pendaratan di Omaha dan Utah dilakukan oleh pasukan Amerika Serikat, sementara pendaratan di Gold dan Sword dilakukan oleh pasukan Inggris. Pendaratan di Juno dilakukan oleh pasukan Kanada. Mereka mendapat perlawanan sengit dari pasukan Jerman yang bertahan di benteng-benteng pantai.

Operasi D-Day menjadi titik balik dalam Perang Dunia II dan membuka jalan bagi kemenangan Sekutu atas Jerman.

Salah satu faktor kunci yang memengaruhi pendaratan pasukan Sekutu di Normandia adalah penggunaan mesin dekripsi Colossus, komputer elektronik yang dikembangkan oleh Tommy Flowers dan sejumlah matematikawan, ilmuwan, dan ahli kriptografi yang bekerja di Bletchley Park, Inggris, untuk memecahkan Mesin Lorenz SZ40/42 yang digunakan Jerman.

Namun kiprah Flowers selama perang baru diakui tahun 1977, namanya terisolasi dalam bayang-bayang Alan Turing, Alastair Denniston, dan Alfred Dilwyn Knox. Begitu juga peran dan kejeniusannya, tak disebut sekali pun dalam film The Imitation Game (2014).

Pusat Pemecah Sandi di Bletchley Park

Bletchley Park terletak di Buckinghamshire, Inggris, sebagai pusat kegiatan intelijen selama Perang Dunia II.

Pada awalnya, Bletchley Park hanya sebuah rumah besar yang dijadikan tempat penginapan untuk para tamu Pemerintah Inggris. Namun, pada tahun 1939, tempat ini diambil alih oleh Government Code and Cypher School (GCCS) dan dijadikan pusat pengembangan teknologi yang dihuni ribuan pekerja untuk memecahkan kode Jerman.

Mereka terdiri dari ahli matematika, ilmuwan, dan teknisi yang bekerja tanpa henti untuk mengembangkan teknologi yang dapat memecahkan kode Enigma Jerman.

Salah satu teknologi yang dikembangkan di Bletchley Park adalah mesin pemecah kode yang dikenal sebagai Bombe. Namun, mesin Bombe tidak cukup untuk memecahkan seluruh kode Enigma Jerman. Dibutuhkan teknologi yang lebih canggih dan lebih cepat untuk memecahkan kode tersebut.

Atas rekomendasi ilmuwan senior, Alan Turing, Tommy Flowers--sarjana teknik listrik alumni Universitas London--kemudian diperbantukan untuk bekerja di Bletchey Park dan mulai menganalisa uraian masalah yang dihadapi mesin pemecah kode.

Februari 1943, ia diperkenalkan dengan Max Newman yang sedang merakit mesin untuk memecahkan mesin Lorenz terbaru Jerman yang lebih rumit dari Enigma. Ini menjadikan tantangan tersendiri bagi Flowers untuk memecahkan kebuntuan.

Ia kemudian mengajukan beberapa proposal yang ditolak oleh tim karena elemen yang ia berikan sangat rumit. Setelah mengambil cetakan biru milik Newman dan mempelajarinya selama 10 bulan, Colossus Mark I kemudian lahir pada 8 Desember 1943 sebagai mesin pemecah kode elektronik pertama di dunia. Namun, mesin ini baru dapat beroperasi secara penuh pada 5 Februari 1944.

Kehadiran Colossus membuat Bletchley Park berhasil mempercepat proses pemecahan kode dan memberikan informasi yang sangat penting bagi Sekutu. Colossus juga menjadi cikal bakal bagi perkembangan teknologi komputer modern.

Pada akhir Perang Dunia II, Bletchley Park ditutup dan seluruh aktivitasnya dirahasiakan oleh Pemerintah Inggris. Saat ini, Bletchley Park telah menjadi museum dan menjadi tempat wisata yang populer bagi para pengunjung yang ingin mengetahui lebih banyak tentang sejarah pemecahan kode era Perang Dunia II.

Memecahkan Sandi Lorenz

Mesin Lorenz jauh lebih kompleks daripada mesin Enigma dan membutuhkan pendekatan yang berbeda dalam proses dekripsinya. Enigma sendiri memastikan bahwa tidak ada huruf yang dikodekan sebagai huruf itu sendiri, sehingga memungkinkan potensi penghapusan posisi rotor.

“Enigma mengubah pesan radio Jerman menjadi sandi yang terdiri atas huruf-huruf tidak beraturan. Di bagian penerima, Enigma mengubah huruf-huruf itu menjadi teks yang bermakna,” ujar Darma Aji dalam bukunya Operasi Fortitude: Mengecoh Jerman di Normandia (2011:6).

Sementara untuk memecahkan sandi Mesin Lorenz, Tommy Flowers menggunakan metode yang dikenal sebagai "analisis trafik". Ia menerapkannya pada Colossus dengan menganalisis pola dan struktur dari aliran kode yang dihasilkan oleh Mesin Lorenz. Tujuannya untuk mencari kelemahan dan pola pengulangan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pengaturan kunci yang digunakan dalam enkripsi.

Colossus juga digunakan untuk memecahkan kode-kode komunikasi Jerman yang dikirim melalui radio. Mesin dekripsi ini memberikan keunggulan taktis yang signifikan bagi pasukan Sekutu dan membantu mereka mencapai kemenangan dalam pertempuran sengit di Normandia.

Pada awal Perang Dunia II, Flowers diperbantukan di Bletchley Park dengan tim yang dipimpin oleh Alan Turing. Flowers menyadari bahwa mesin Lorenz sangat sulit untuk dipecahkan secara manual.

Ia mulai mencari cara untuk mengembangkan mesin pemecah kode yang lebih cepat dan efektif. Setelah berhasil mengembangkan Colossus, ia menerima dukungan dari Direktur Kantor Pos di Dollis Hill untuk membuat lebih banyak mesin.

Flowers lalu memimpin tim yang terdiri dari 20 cryptanalyst, enam insinyur, dan 273 Women Royal Naval Service (WRNS) untuk membangun dan mengoperasikan sepuluh mesin Colossus lainnya.

Mesin Colossus mampu memproses data dengan kecepatan yang jauh lebih unggul dibandingkan mesin-mesin sebelumnya. Colossus juga mampu memecahkan kode Enigma dan Lorenz Jerman dengan lebih akurat dan lebih cepat daripada Bombe. Mesin ini mampu membaca sekitar 5000 karakter per menit dengan keandalan yang sangat baik.

Colossus berhasil membantu Sekutu dalam memecahkan kode-kode penting yang digunakan oleh Jerman selama perang. Juga dapat digunakan untuk mengenkripsi pesan-pesan rahasia yang dikirimkan antar markas besar pasukan Sekutu. Dengan demikian, mesin Colossus tidak hanya berperan dalam memecahkan kode-kode Jerman, tetapi juga melindungi informasi rahasia pasukan Sekutu dari serangan pihak lawan.

Selain itu, inovasinya dalam penggunaan tabung vakum untuk mempercepat pemrosesan data memengaruhi perkembangan teknologi komputer modern. Colossus Mark I memiliki sekitar 1600 tabung vakum atau katup dan dirakit dengan bantuan timnya.

Mereka kemudian membangun Colossus Mark II pada Juni 1944 beberapa hari jelang D-Day. Mesin kedua ini memiliki peningkatan kinerja yang lebih akurat karena dipersenjatai 2400 katup dan mampu membuka enskiripsi sandi Lorenz yang akhirnya mengurai komunikasi antara petinggi militer Jerman, termasuk Adolf Hitler.

Infografik Mozaik Tommy Flowers

Infografik Mozaik Tommy Flowers. tirto.id/Tino

Lambatnya Pengakuan

Setelah Perang Dunia II berakhir, Flowers kembali bekerja di British Post Office. Sementara mesin Colossus dihancurkan dan rahasia tentang mesin ini tetap dirahasiakan selama beberapa dekade.

Ia juga terus mengerjakan sistem telekomunikasi elektronik seperti terlibat dalam pengembangan kompuer MOSAIC pada 1947 dan ERNIE pada 1957. ERNIE menghasilkan generator nomor acak yang digunakan untuk lotere Obligasi Premium yang didukung Pemerintah Inggris.

Selama itu, ia tidak pernah menceritakan tentang peran pentingnya dalam pengembangan Colossus selama bertahun-tahun.

Baru pada tahun 1970-an, rahasia tentang Colossus terungkap, Flowers mulai diakui sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah komputer modern. Warsa 1977 ia dianugerahi gelar kehormatan oleh Newcastle University.

Pada 1983, Flowers diberi gelar kehormatan dari Universitas Surrey atas kontribusinya dalam pengembangan teknologi komputer.

Pada tahun 2013, tugu peringatan Tommy Flowers diresmikan oleh British Telecom yang juga mendirikan Tommy Flowers Institute pada 2016 untuk pelatihan dan penelitian Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Tommy Flowers meninggal di rumahnya di London pada tahun 1998 dalam usia 92 tahun.

Baca juga artikel terkait PERANG DUNIA II atau tulisan lainnya dari Ali Zaenal

tirto.id - Teknologi
Kontributor: Ali Zaenal
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi