Menuju konten utama

Toko Ritel Berguguran, Pemasok Barang Cari Peluang Pasar Baru

Para pemasok diimbau mulai menyesuaikan diri dengan kondisi perekonomian, serta menggali terus peluang pasar yang ada.

Toko Ritel Berguguran, Pemasok Barang Cari Peluang Pasar Baru
Pusat perbelanjaan ritel Lotus di Jl. Thamrin, Jakarta Pusat. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (AP3MI) mengaku pasrah dengan fenomena tutupnya sejumlah toko ritel modern di Indonesia belakangan ini.

Ketua AP3MI, Susanto menyatakan, para pemasok tidak bisa berbuat banyak mengingat kondisi perekonomian yang memang sedang lesu. Hal ini juga yang membuat Ramayana dan Matahari Departement Store menutup sejumlah gerainya.

Langkah dua pelaku ritel tersebut juga diikuti PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) yang memutuskan akan menutup tiga gerai Lotus Department Store yang berada di Thamrin, Cibubur, dan Bekasi per 31 Oktober 2017.

“Kalau mereka [toko ritel modern] tutup, ya mau bagaimana lagi? Ekonomi kan tengah lesu,” kata Susanto kepada Tirto via telepon, pada Selasa (24/10/2017).

Susanto mengklaim para pemasok telah merasakannya dalam beberapa waktu terakhir. Susanto menilai hal ini sudah dirasakan saat beberapa toko ritel menunda pembayaran karena pendapatan yang kurang bagus. Untuk mengatasi meredupnya popularitas pasar ritel modern, kata Susanto, para pemasok saat ini tengah berupaya mencari solusinya.

Susanto mengimbau agar para pemasok mulai menyesuaikan diri dengan kondisi perekonomian, serta menggali terus peluang pasar yang ada. “Intinya kami harap supplier dapat beradaptasi dengan lingkungan baru, terus berinovasi, serta mencari koneksi. Yang penting terus semangat,” kata Susanto.

Baca juga:

Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menilai gerai ritel yang satu per satu mulai tutup tak lain karena terkena dampak digitalisasi. Sri Mulyani menuturkan, minat belanja masyarakat saat ini condong kepada budaya belanja daring (online), sehingga gerai ritel yang berdagang secara fisik pun lambat laun ditinggalkan.

“Kami akan terus memonitor perubahan dari perekonomian yang diakibatkan suatu era digitalisasi,” kata Sri Mulyani, di kantornya pada Selasa (24/10/2017).

Kendati mengamini adanya perubahan pola belanja masyarakat, namun Sri Mulyani menegaskan bahwa pemerintah bakal memantau dan menganalisis lebih lanjut terkait fenomena tersebut. Sri Mulyani menilai perubahan pola belanja dapat berdampak pada sejumlah sektor lain yang berkontribusi terhadap perekonomian.

“Kami juga melihat kepada sektor lain, apakah mereka menghadapi tekanan atau perubahan, karena adanya konsep digitalisasi ini. Kami akan terus memformulasikan policy untuk menyimaknya,” kata Sri Mulyani seperti dikutip Antara.

Baca juga:

Masih dalam kesempatan yang sama, Menkeu Sri Mulyani turut menyampaikan kalau konsumsi masyarakat sebetulnya masih berkontribusi pada peningkatan PPN (Pajak Pertambahan Nilai).

“Kalau kita lihat dari sisi penerimaan perpajakan sampai September lalu, untuk ritel, PPN kita meningkat. Jadi mungkin ada perubahan dalam hal ini,” kata Menkeu menambahkan.

Sebelumnya, Head of Corporate Communication MAP, Fetty Kwartati telah menyampaikan kepada beberapa media kalau penutupan Lotus disebabkan oleh rencana dilakukannya restukturusiasi divisi department store di bawah MAP.

Perusahaan dengan kode emiten MAPI itu mengklaim butuh restrukturisasi guna meningkatkan kinerja ritel yang selama ini dinilai kurang baik.

Di sepanjang Oktober, MAP sendiri telah berencana menutup 3 gerai yang masing-masingnya berada di Jakarta Pusat, Bekasi, dan Cibubur. Sayangnya, Fetty enggan berkomentar lebih lanjut saat dihubungi Tirto melalui pesan singkat. “Sudah banyak beritanya dari dua hari lalu. Nanti saja ya,” kata Fetty, Selasa pagi.

Baca juga artikel terkait LOTUS atau tulisan lainnya dari Abdul Aziz

tirto.id - Bisnis
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz