Menuju konten utama

TKN Tepis BTP Belum Ikut Kampanye Sebab Bisa Gerus Suara Jokowi

Alasan TKN belum memasukkan BTP sebagai bagian dari tim kampanye dinilai sebagai sesuatu yang dibuat-buat.

TKN Tepis BTP Belum Ikut Kampanye Sebab Bisa Gerus Suara Jokowi
Mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias BTP menunjukkan kartu keanggotaan PDIP seusai berkunjung ke kantor DPD PDIP Provinsi Bali, Denpasar, Bali, Jumat (8/2/2019). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/ama.

tirto.id - Wakil Ketua TKN Abdul Kadir Karding menegaskan belum ada wacana untuk meminta BTP berkampanye. Dia menyatakan tidak ada sebab lain di balik belum adanya wacana TKN tidak mendesak BTP melakukan kampanye selain alasan kehidupan pribadi BTP.

"Jadi saya kira biar Pak Ahok berbulan madu dulu, menikmati hidup. Karena beliau kan baru saja cukup lama di dalam penjara. Biarkan beliau menikmati kebebasannya bersama keluarga-keluarga baru. Saya kira itu lebih baik," ucap Karding kepada Tirto, Selasa (12/2/2019).

Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf Amin, Johnny G Plate, mengatakan bahwa fokus TKN saat ini adalah memenangkan Jokowi-Maruf dalam Pilpres 2019. Oleh karena itu, ia mengimbau kepada publik untuk tidak berspekulasi mengenai wacana Basuki Tjahja Purnama (BTP) masuk ke dalam TKN.

"Jangan mengira-ngira. Sekarang ini tidak ada dalam struktur organisasi. Yang saya jawab saat ini Pak Ahok tak masuk TKN. Tapi pasti memberi dukungan ke Jokowi sesuai dengan lingkungan dia. Isu kami sekarang isu menang Pilpres, bukan isu Pak Ahok," katanya saat ditemui di DPR RI, Rabu (13/2/2019) pagi.

Johnny juga merespons ucapan Jusuf Kalla yang tak memperbolehkan BTP untuk masuk ke TKN karena ada beberapa faktor. Salah satunya bisa menggerus elektabilitas Jokowi-Maruf.

"Kalau saya ditanya sebagai Ketua Dewan Pengarah, jangan. Alasannya bahwa bisa berakibat lagi orang mengingat ini Pak Jokowi didukung orang yang penista agama. Kan bahaya itu, bisa mengurangi suara lagi," kata JK kepada wartawan di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa.

Johnny mengatakan bahwa sebelum JK meminta tidak untuk memasukkan Ahok, Ketua TKN Erick Thohir pun sudah mengkofirmasi itu.

"Sebelum Pak JK ngomong gitu, Pak Erick udah menyampaikan bahwa Ahok enggak ada struktur organisasi TKN. Tapi tentu Ahok sebagai sahabatnya Joko Widodo ya, Ahok yang dulu pernah kerja sama dengan Jokowi tau visi dan misi kompetensi serta rekam jejak Pak Jokowi, pasti ingin memberikan dukungan," kata Johnny.

Alasan TKN yang Dibuat-Buat

Sedangkan Direktur Indonesia Political Review Ujang Komarudin mengatakan, alasan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma’ruf Amin yang mengatakan tak mengambil BTP sebagai bagian dari tim kampanye adalah sesuatu yang dibuat-buat.

Menurut Ujang, alasan TKN yang terkesan menghargai kehidupan pribadi BTP hanya untuk menutupi fakta bahwa mantan Gubernur DKI Jakarta itu akan merugikan paslon nomor urut 01 mereka.

Meski Jokowi dikenal dekat dengan BTP, tetapi cawapres Ma’ruf adalah sosok yang pernah berperan menjebloskan BTP ke dalam penjara. Ujang menilai, TKN khawatir akan terjadi bentrok yang tidak diinginkan.

“Jika Pak Ahok sampai dimasukkan tim kampanye dan berkeliling, itu menjadi cikal bakal kekalahan Pak Jokowi,” tegas Ujang kepada reporter Tirto, Rabu (13/2/2019).

“Sesungguhnya alasan mereka itu bukan karena liburan, tapi BTP masuk bisa membuat kekalahan bagi mereka.”

Alasan kedua adalah kasus penistaan agama yang masih melekat pada identitas BTP. Jika BTP berkampanye untuk Jokowi-Ma’ruf, Ujang menilai kubu Prabowo-Sandiaga akan memanfaatkan momen itu untuk menyerang lagi dengan isu anti Islam. Dikhawatirkan pemilih berayun yang fanatik terhadap Islam tak mau mencoblos paslon 01.

“Kubu 02 akan besar kembali dan swing voter bisa ke Pak Prabowo, pemilih di Jokowi bisa ke Prabowo,” ucap Ujang lagi.

Padahal, pemilih Jokowi sebetulnya sudah beririsan dengan BTP. Oleh sebab itu, Ujang mengatakan bahwa dukungan BTP tak berpengaruh banyak.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Politik
Reporter: Felix Nathaniel & Maya Saputri
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Maya Saputri