tirto.id - Sidang perdana perkara penyebaran hoaks dengan terdakwa Ratna Sarumpaet akan digelar pada Kamis (28/2/2019). Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin berharap, dalam persidangan itu, Ratna mau membuka semua fakta mengenai penyebaran hoaks penganiayaannya.
Direktur Hukum dan Advokasi TKN Ade Irfan Pulungan menyampaikan selama ini fakta mengenai penyebaran hoaks penganiayaan Ratna masih simpang siur.
Sebab, kata dia, meski Ratna mengaku penyebaran hoaks itu atas inisiatif pribadinya, muncul dugaan ada keterlibatan pihak lain.
Oleh sebab itu, Irfan mendesak Ratna dapat berkata sebenarnya, termasuk membongkar nama dalang penyebaran hoaks dalam persidangan. Irfan berharap Ratna berani berterus terang.
"Semuanya kita minta untuk ibu Ratna ini mengungkap dengan sejujur-jujurnya, seterang-terangnya, agar masalah ini bisa clear, bisa jelas," kata Irfan kepada reporter tirto, pada Rabu (27/2/2019).
Irfan berharap Ratna mempunyai sikap untuk tidak mau menjadi korban pertempuran pilpres 2019. Pada saat hoaks menyebar pada 2018, Ratna tercatat sebagai bagian tim sukses Prabowo-Sandiaga. Hoaks yang ia buat sempat memicu isu bahwa pendukung Jokowi-Ma'ruf melakukan kekerasan kepada Ratna.
"Dia jangan mau dijadikan korban oleh orang lain. Dia kan sudah tua. Sudah 70 tahun [...] Sekarang ini dia seolah-olah dikorbankan karena tidak diperhatikan lagi," ujar Irfan.
Ratna ditangkap dan menjadi tersangka setelah diduga menyebar hoaks mengenai penganiayaan dirinya. Kabar itu, berdasar bukti yang ditemukan polisi, memuat kebohongan karena luka pada wajah Ratna sebenarnya akibat operasi plastik.
Sebelum kebohongan Ratna terungkap, beberapa orang pendukung Prabowo-Sandiaga sebenarnya sudah menemui Ratna untuk mengecek kondisinya. Beberapa di antaranya adalah Prabowo, Fadli Zon, dan Hanum Salsabiella Rais.
Namun ketiga orang itu mengaku ditipu oleh Ratna. Prabowo pun mengklaim tidak ikut campur tangan dalam kebohongan Ratna.
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Addi M Idhom