tirto.id - Wakil Ketua Dewan Kampanye Nasional (DKN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Priyo Budi Santoso tetap optimisi pasangan yang didukungnya dapat mengalahkan Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019 meskipun memiliki jumlah timses lebih sedikit .
"Jadi jumlah timses itu tidak mempengaruhi kemenangan. Daud bisa mengalahkan Jalud, Daud bisa mengalahkan Goliat. Daud yang kecil, kemudian pasukannya kecil, Goliat pasukannya berdada berapa barikade tapi terkalahkan juga," kata Priyo saat dihubungi, Jumat (28/9/2018).
Daftar tim sukses Prabowo-Sandiaga yang dirilis Komisi Pemilihan Umum (KPU) kemarin, (27/9/2018) berjumlah 94 orang. Namun, Priyo menyatakan, jumlah itu tak utuh.
"94 itu pimpinan inti. Pimpinan inti itu misalnya, ketua dewan pembinanya Pak Prabowo, ada Pak Sandi Uno, ada Pak Hutomo Mandala Putra, ada Pak Amien Rais, ada AHY ada Ustad Salim Segaf," kata Priyo saat dihubungi, Jumat (28/9/2018).
Menurut Priyo, masing-masing pengurus inti tersebut memiliki anggota yang atas permintaan pihaknya tidak dirilis KPU. Menurutnya, jika dirilis semua, jumlahnya mencapai 1800 orang dengan rincian 800 tim sukses dan 1000 juru kampanye.
"Tapi jurkam kan rata-rata semua anggota DPR RI dari partai koalisi. Semua, hampir semua caleg dari partai koalisi kan jumlahnya kan besar. Jadi kepemimpinan inti betul cuma 94 orang," kata Priyo.
Dari daftar yang diterima Tirto, tercatat di situ ketua timses Prabowo-Sandiaga dijabat Djoko Santoso, sekretaris dijabat Hanafi Rais, bendahara dijabat Thomas A Muliatna Djiwandono.
Sementara, Tim Kampanye Nasional (TKN) memiliki alasan dibalik banyaknya jumlah pelaksana kampanye tingkat nasional pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Sekretaris TKN Hasto Kristiyanto berkata, rabun pelaksana kampanye didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI karena timnya merasa butuh banyak orang untuk mengkampanyekan pasangan Jokowi-Ma'ruf sepanjang masa kampanye.
"Gabungan 9 parpol dalam Koalisi Indonesia Kerja, semua caleg, itu berkomitmen untuk menjadi pelaksana kampanye atau jurkam. Karena Indonesia begitu besar kalau dibagi satu-satu kan gak cukup itu," kata Hasto.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Yantina Debora