tirto.id - Pembunuhan terhadap sejumlah pekerja PT Istaka Karya yang menggarap proyek pembangunan jalan Trans Papua, pada 2018 lalu, meningkatkan ketegangan di Kabupaten Nduga, Papua. Hingga kini, konflik antara pasukan TNI-Polri dan kelompok bersenjata di Nduga masih terus terjadi.
Anggota Tim Kemanusiaan Kabupaten Nduga, Pendeta Esmon Walilo mengungkapkan pemicu serangan terhadap para pekerja proyek Trans Papua itu.
Koordinator Gereja Kingmi di Tanah Papua Kabupaten Jaya Wijaya tersebut mengatakan serangan itu dipicu pelanggaran perjanjian antara kontraktor proyek dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
"Ada kesepakatan dari pihak OPM dengan siapa pun orang non-papua yang ada di dalam [Nduga], termasuk orang papua," kata Esmon di kantor Amnesty International Indonesia, Jakarta Pusat pada Rabu (13/8/2019).
Menurut Esmon, kesepakatan itu mengharuskan seluruh orang non-papua, termasuk para pekerja proyek Trans Papua, keluar dari sejumlah distrik sebelum tanggal 24 November 2018. Sebab, saat itu telah memasuki masa menjelang perayaan natal dan peringatan hari kemerdekaan Papua Barat pada 1 Desember.
Pada saat itu, kata Esmon, tentara OPM turun gunung untuk merayakan dua hari besar itu. Di saat seperti itu, orang asli papua yang menempati distrik tertentu pun dilarang mengambil gambar.
Dia menambahkan, sebenarnya para pekerja proyek Trans Papua menuruti permintaan itu. Akan tetapi, kata Esmon, mandor PT Istaka Karya, Jonny Arung masih tinggal di salah satu distrik dan sempat mengambil gambar saat perayaan makan bersama atau bakar batu.
"Mereka [warga] sudah sampaikan, 'bapak [Jonny Arung] tidak boleh ambil gambar nanti diketahui Egianus [Egianus Kogoya, pimpinan TPNPB-OPM] dan anggotanya. Kalau mereka tahu, akan ada masalah besar'," kata Esmon menirukan ucapan warga di Nduga.
Setelah hal itu diketahui oleh anak buah Egianus, menurut Esmon, Jonny sempat akan dibunuh. Namun, nyawa Jonny terselamatkan karena sejumlah pendeta melindunginya.
"Pada waktu mereka mau lepas tembakan ke situ, tapi karena banyak pendeta yang rangkul dia [Jonny Arung], dia sebagai umat tidak berani tembak, dia melewati pendeta-pendeta itu," ujar Esmon.
Setelah insiden itu, kata Esmon, Jonny Arung disuruh kembali ke kamp pekerja proyek jalan Trans Papua.
Esmon meminta penegak hukum dan pemerintah RI mendalami pemicu insiden pembunuhan para pekerja Istaka Karya tersebut, termasuk meminta keterangan Jonny Arung.
Dengan begitu, Esmon berharap latar belakang konflik bersenjata di Nduga, yang menyebabkan sekitar 37 ribu warga di daerah itu mengungsi, bisa menjadi lebih terang.
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Addi M Idhom