tirto.id - Beredar kabar terkait siapa kelompok yang mendalangi pembunuhan di Nduga, Papua. Kelompok tersebut ialah Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).
Kabar tersebut disebarkan Sebby Sambom, yang mengklaim sebagai juru bicara komando nasional TPNPB-OPM.
Berdasarkan catatan Papuans Behind Bars, Sebby adalah penduduk asli Wamena, Papua. Sejak 2008 hingga 2011, dia berulang kali ditahan dan dipenjara. Sebby juga dikenal sebagai aktivis yang vokal mengkampanyekan kemerdekaan Papua. Pada 2009, dia mendukung peluncuran Parlemen Internasional untuk Papua Barat (IPWP) di London.
Sebby mengaku sudah berkoordinasi dengan Panglima Daerah Militer Makodap III TPNPB-OPM Ndugama Egianus Kogeya dan komandan operasinya yang bernama Pemne Kogeya. Kedua nama belakang mereka kerap disebut Kogoya.
"Panglima Daerah Tentara Pembebasan Nasional Papaua Barat (TPNPB) Makodap III Ndugama Tuan Egianus Kogeya menyatakan bertanggung jawab terhadap penyerangan Zipur [Zeni Tempur atau istilah mereka TNI] pekerja Jembatan Kali Aurak, Kali Yigi dan, Pos TNI [Yonif 755/Yalet] Distrik Mbua," bunyi rilis Sebby.
TPNPB-OPM mengaku sudah lebih dari tiga bulan berpatroli dan memantau pekerja Jembatan Kali Aurak, Kali Yigi, dan Pos TNI Distrik Mbua. Menurut mereka semua itu bukan sipil, melainkan anggota TNI.
"Karena kami tahu bahwa yang bekerja selama ini untuk jalan Trans [Papua] dan jembatan-jembatan yang ada sepanjang Jalan Habema, Juguru, Kenyam, Batas Batu adalah murni anggota TNI, Zipur," lanjut rilis itu.
Pernyataan yang sama terkait para pekerja itu merupakan anggota TNI juga diungkapkan Sebby saat reporter Tirto hubungi lewat sambungan telepon, Rabu (5/12/2018).
Kata Sebby, proyek Trans Papua dikerjakan TNI yang tinggal di Waena, Jayapura. "Kami [TPNPB-OPM] tidak akan berperang melawan warga sipil yang tidak seimbang dan sepadan."
Reporter Tirto menanyakan, bagaimana Sebby yang saat ini berada di luar negeri, bisa menghubungi para pembunuh yang kini berada di hutan itu?
"Ini zaman teknologi, kami organisasi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, Organisasi Papua Merdeka dan berjuang untuk Papua merdeka. Oleh karena itu kami punya network, jaringan, kami punya link. Sekali pun di hutan, kami akan terima laporan pada hari ini juga," ujar Sebby ketika dihubungi reporter Tirto melalui sambungan telepon.
Sebby menuturkan tujuan pembunuhan di Nduga untuk meluapkan protes kepada pemerintah Indonesia. Menurutnya TPNPB-OPM menolak semua pembangunan yang dijalankan pemerintah Indonesia di seluruh Papua.
"Targetnya kami akan perang terus, halangi terus, harus memperoleh kemerdekaan penuh dari pembajakan oleh pemerintah kolonial Republik Indonesia. Itu prinsip,” tuturnya.
Kata Sebby, ultimatum perang sudah dikeluarkan sejak Januari 2018. Ultimatum tersebut adalah salah satu tahapan revolusi. Maka setelah ultimatum keluar, Sebby menyebut tindakan kekerasan yang mereka lakukan sudah terjadi di Puncak Jaya, Lanny Jaya, Ndugama, hingga Tembagapura.
"Kami tidak akan mundur sedikit pun karena kami yang punya alam, hutan. TNI-Polri tahu hutan dari mana mereka masuk sarang kami?" ujarnya.
Sebby juga mengatakan, mereka ogah disebut sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB). Dia menegaskan, harusnya kelompoknya disebut sebagai TPNPB-OPM.
"Kami yang punya tanah, kami yang punya alam. TNI-Polri kan sebagai pencuri datang, mana bisa punya kuasa dari alam, moyang, dan Tuhan. Kami akan kasih habis," imbuhnya.
Secara terpisah, Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut 20 orang menjadi korban dalam pembunuhan di Nduga, Papua. 19 orang adalah pekerja PT Istaka Karya dan seorang lagi personel TNI.
"Informasi sementara adalah 20 [korban]," kata Tito saat memberikan keterangan pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (5/12/2018).
Terkait insiden pembunuhan para pekerja Trans Papua dan anggota TNI di Kabupaten Nduga itu, berbagai aktivis HAM dan pemerintah Indonesia mengutuknya.
Penulis: Dieqy Hasbi Widhana
Editor: Mufti Sholih