Menuju konten utama

Tiket Gratis untuk Rekanan Bikin Inasgoc Ditegur OCA

OCA kecewa melihat banyaknya bangku kosong pada beberapa pertandingan, padahal di saat bersamaan banyak penonton kesulitan mendapatkan tiket.

Tiket Gratis untuk Rekanan Bikin Inasgoc Ditegur OCA
Pengunjung melintas di depan Asian Games Official Merchandise di kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa (21/8/2018). tirto.id/Arimacs Wilander

tirto.id - Surat teguran dari Komite Olimpik Asia atau Olympic Council of Asia (OCA) kepada Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc) beredar. Surat resmi ini ditandatangani Direktur Umum OCA Husain Al Musallam dan ditujukan kepada Presiden Inasgoc Eric Thohir.

Surat berisi kekecewaan OCA yang melihat banyaknya bangku kosong pada beberapa pertandingan Asian Games 2018, padahal saat bersamaan banyak penonton yang kesulitan mendapatkan tiket.

Keberadaan surat tersebut dibenarkan Direktur Internasional OCA Vinod Tiwari dan Kepala Deputi Inasgoc Francis Wanandi dalam jumpa pers di Media Center, Stadion Gelora Bung Karno, Jumat malam (24/8/2018).

OCA menegur keras kebijakan Inasgoc yang terlalu banyak memberikan jatah tiket penonton kepada rekanan. Soal jatah ini, Francis menyebut alokasi tiket untuk rekanan Inasgoc, seperti media, broadcaster, atlet, federasi olahraga, partner sponsor, dan tamu VVIP berkisar 30-40 persen per pertandingan.

Alokasi jatah ini jadi masalah karena banyak tiket reserve tidak terpakai. Berdasarkan pantauan Tirto pada beberapa venue seperti akuatik, badminton, dan basket, hampir separuh alokasi kursi kosong melompong, sedangkan di luar venue banyak penonton kesulitan mendapat tiket.

Teguran OCA ini memaksa Inasgoc memangkas jatah tiket reserve itu menjadi 10 persen. Aturan ini pun mulai berlaku mulai Jumat malam. “Sudah berlaku, semoga saja keluhan kekurangan tiket jadi teratasi,” kata Francis kepada wartawan.

Selain alokasi jatah tiket reserve, masalah lain muncul dari peralihan vendor pengelolaan tiket. Awalnya, tiket dijual Kiostix lalu dialihkan ke Blibli.com, tiket.com, dan loket.com. Proses peralihan ini banyak terkendala hal teknis. “Kami sedang memperbarui sistem. Dan ganti sistem ini tidak mudah,” tambahnya.

Saat dikelola Kiostix, pengunjung wajib menukar bukti pembayaran dengan voucher di loket sekitar Gelora Bung Karno seusai membayar via online. Oleh vendor baru, sistem itu dihapus. Pengunjung hanya perlu menunjukkan tiket dalam bentuk pdf di gawai untuk bisa masuk ke venue.

“Saya tak pungkiri itu rekonsiliasi ini belum sepenuhnya selesai. Ada masalah pendataan tiket dengan yang lama (Kiostix). Sedangkan vendor yang baru enggan sepenuhnya dilimpahkan begitu saja karena tak mau ada duplikasi tiket. Semoga saja masalah ini cepat selesai,” bebernya.

Ditemui di tempat terpisah, Menpora Imam Nahrawi membela Inasgoc yang katanya sudah bekerja maksimal. “Saya belum tahu persis yang dimaksud kosong itu di mana. Karena semua ini saya lihat semua pihak telah bergerak, semua hadir, tidak hanya masyarakat luas, pelajar, kemudian keluarga besar TNI-Polri, semua berpartisipasi,” ucapnya di Jakabaring Sport City, Palembang.

Selain dua masalah di atas, masalah tiket ini juga dipicu keberadaan calo. Pada Kamis (23/8) lalu, seorang calo yang mengaku bernama Slamet berhasil menjual 30 tiket final bulu tangkis beregu putra yang digelar sehari sebelumnya dengan harga satuan Rp 500 ribu, padahal harga tiket kategori B (paling murah) resmi cuma Rp 200 ribu.

Ketika mengatakan itu, Slamet baru saja melayani seorang penonton yang ingin membeli tiket final basket (5x5) putra dan penutupan Asian Games 2018. Kepada calon pembelinya, Slamet mengatakan bahwa harga tiket bisa lebih mahal.

Pembeli tak keberatan, asalkan Slamet memang bisa mendapatkan tiket yang dijanjikan. Slamet pun berjanji mengusahakannya. Slamet kemudian memberikan nomor teleponnya kepada calon pembelinya itu.

Slamet tidak selalu membawa tiket dalam jumlah besar ketika berseliweran mencari calon pembeli. Ketika mengobrol dengan kami, misalnya, ia hanya membawa enam tiket dengan harga Rp 250 ribu—harga sebenarnya cuma Rp100 ribu.

Terkait keluhan ini, Francis mengakui pihaknya sulit menindak keberadaan calo. “Belum ada payung hukum untuk menindak mereka. Soal calo ini kan ada di mana-mana, yang bisa kami lakukan hanya mengurangi intensitas aktifitas mereka di sekitaran venue. Caranya dengan penjualan online sedangkan tiket yang dijual on the spot, penjualannya maksimal hanya dua tiket saja," katanya.

======

Klarifikasi dari Inasgoc terkait artikel ini bisa dibaca dalam tautan berikut. INASGOC Bantah Ditegur OCA.

Baca juga artikel terkait ASIAN GAMES 2018 atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Olahraga
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan & Felix Nathaniel
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Mufti Sholih