Menuju konten utama

Tersangka Upaya Pembunuhan Trump Pernah Berkasus dan Pro-Ukraina

Tersangka upaya pembunuhan mantan Presiden Donald Trump, Ryan Wesley Routh, diketahui ingin ikut perang Ukraina dan pernah mendukung Trump.

Tersangka Upaya Pembunuhan Trump Pernah Berkasus dan Pro-Ukraina
Mantan Presiden Donald Trump melambai saat menaiki pesawatnya sebelum berangkat dari Bandara Internasional Hartsfield-Jackson Atlanta, Kamis, 24 Agustus 2023, di Atlanta. (Foto AP/Alex Brandon)

tirto.id - Tersangka upaya pembunuhan Calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, pada Minggu (15/9/2024), Ryan Wesley Routh (58), resmi didakwa sebagai penjahat dengan bersenjata api dan kepemilikan senjata api dengan nomor seri yang dihapus.

Dalam sidang perdana upaya pembunuhan Trump yang digelar di West Palm Beach, Florida, Senin (16/9/2024), Routh disebut menghabiskan masa dewasa tinggal di North Carolina, negara bagian pesisir Atlantik tengah. Akan tetapi, Routh saat ini tinggal di tepi laut Kaawa.

Routh disebut beberapa kali berurusan dengan penegak hukum saat tinggal di daerah Greensboro, North Carolina. Ia dihukum pada tahun 2002 karena memiliki senjata pemusnah massal. Kepemilikan tersebut terungkap saat Routh dihentikan kepolisian di tengah jalan.

Selain itu, Routh juga tercatat sebagai pendukung vokal Ukraina. Ia pergi ke Ukraina pada saat invasi Rusia di tahun 2022. Routh pun sempat berbicara kepada wartawan bahwa dirinya berharap Ukraina merekrurt pejuang asing untuk mendukung Kyiv. Akan tetapi, Routh ditolak karena terlalu tua untuk menjadi sukarelawan dan bertempur dengan pasukan Ukraina.

"Banyak konflik lainnya yang masih belum jelas, tetapi konflik ini sudah jelas. Ini tentang kebaikan melawan kejahatan," kata Routh dalam wawancara video yang diunggah oleh Newsweek Romania pada bulan Juni 2022 dengan mengenakan kemeja dengan simbol bendera Amerika sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (17/9/2024).

"Jika pemerintah tidak akan mengirim militer resminya, maka kami, warga sipil, harus meneruskan perjuangan," kata Routh. Dia sempat tinggal di Kyiv di sebuah tenda yang dihiasi bendera negara-negara yang warganya tewas dalam perang.

Seorang pejabat legiun mengatakan pada CNN bahwa Routh memang menawarkan diri untuk menjadi relawan. Akan tetapi, militer Ukraina menduga Routh sebagai orang gila.

"Kami bahkan tidak menjawab, tidak ada yang perlu dijawab. Dia tidak pernah menjadi bagian dari Legiun dan tidak bekerja sama dengan kami dengan cara apa pun," kata seorang perwira Departemen Koordinasi Orang Asing dari Komando Angkatan Darat, Oleksandr Shaguri, kepada CNN.

Routh sempat membuat unggahan lewat X (dulu Twitter) pada Juni 2020 yang mengarah pada Trump bahwa dia akan memenangkan pemilihan ulang jika Trump mengeluarkan perintah eksekutif bagi Departemen Kehakiman untuk mengadili pelanggaran polisi.

Akan tetapi, Routh menunjukkan ketidaksukaan pada Trump lewat unggahan beberapa tahun terakhir. Routh pun mendeklarasikan dukungan kepada Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris.

Dalam sebuah buku yang diterbitkan sendiri pada tahun 2023, Routh mendorong Iran untuk membunuh Trump.

“Anda bebas membunuh Trump,” tulisnya dalam Ukraine's Unwinnable War. Dia menggambarkan mantan presiden dan Calon Presiden dari Partai Republik saat ini sebagai “orang bodoh” dan “badut.”

Saat ini, penyidik AS terus menyelidiki akun media sosial dan unggahan lain dari Routh setelah ditangkap di jalan raya utama setelah melarikan diri dari lapangan golf mantan Presiden Trump. Routh pun enggan berbicara kepada penyidik sampai didampingi pengacara.

Kini, penyidik AS tengah berfokus untuk memperoleh surat perintah penggeledahan untuk perangkat elektronik yang diduga milik Routh di tempat kejadian perkara, termasuk kendaraan dan kamera GoPro miliknya.

“Tersangka memiliki kehadiran daring yang aktif, dan kami sedang memeriksa apa yang ia unggah dan pencarian apa pun yang ia lakukan secara daring,” kata Agen Khusus FBI, Jeffrey Veltri, yang bertanggung jawab atas penyelidikan yang sedang berlangsung.

“FBI telah mengirimkan beberapa permintaan kepada perusahaan untuk mengembalikan data telepon dan akun media sosial tersangka,” tambah Veltri, yang berbicara kepada wartawan dalam konferensi pers Senin (16/9/2024) malam. “Kami menerima beberapa laporan dan sedang menunggu tanggapan tambahan.”

Veltri menambahkan, sejumlah agen FBI pun sudah diterjunkan ke Honolulu, Hawaii, dan Charlotte, Carolina Utara, untuk mewawancarai anggota keluarga, teman, dan mantan rekan kerja Routh.

Selain itu, Veltri belum mau menjawab soal kabar Routh berkonspirasi dalam upaya pembunuhan Trump.

“Kami tidak memiliki informasi bahwa ia telah berkonspirasi dengan orang lain saat ini,” kata Veltri dari FBI kepada wartawan.

Penyidik juga menjawab bagaimana tersangka bisa bersembunyi dan menunggu di areal tertutup semak-semak di sekeliling lapangan golf Trump.

Meski pendalaman masih berjalan, Direktur pelaksana Secret Service (Dinas Rahasia) AS, Ronald Rowe, mengeklaim bahwa tindakan perlindungan Secret Service berhasil. Ia mengatakan, kegiatan Trump bermain golf kala itu tidak terjadwal, tetapi mereka mampu menjaga keselamatan Trump, yang juga notabene mantan Presiden AS.

“Ada banyak orang berseragam di luar sana, dan sekali lagi, yang saya ingat kemarin adalah gerakan yang tidak tercatat, tidak tercatat. Dan presiden bahkan tidak seharusnya pergi ke sana. Itu tidak ada dalam jadwal resminya. Jadi kami menyusun rencana keamanan, dan rencana keamanan itu berhasil,” tutur Rowe di West Palm Beach, Senin (16/9/2024).

Meski demikian, Rowe mengatakan ia akan berdiskusi dengan anggota Kongres untuk memastikan Secret Service memiliki semua yang dibutuhkan agar berhasil dalam menjalankan tugasnya.

“Dan saya yakin kami akan mencapainya, karena kami tidak punya alternatif lain. Keberhasilan harus diraih setiap hari. Kami tidak boleh mengalami kegagalan,” kata Rowe.

Sumber: VOA Indonesia

#voaindonesia

Baca juga artikel terkait DONALD TRUMP atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Hukum
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz