Menuju konten utama

Teroris Spanyol Rencanakan Serangan Skala Besar di Barcelona

Dua pria ditahan dalam tahanan, satu terus diinterogasi dan satu dibebaskan setelah pengadilan Madrid diberitahu tentang rencana serangan skala besar.

Teroris Spanyol Rencanakan Serangan Skala Besar di Barcelona
Polisi forensik mencari petunjuk dekat area dimana sebuah mobil van menabrak pejalan kaki di Las Ramblas di Barcelona, Spanyol, Jumat (18/8). ANTARA FOTO/REUTERS/Sergio Perez

tirto.id - Kelompok teroris yang menewaskan 15 orang dan melukai lebih dari 130 orang dalam serangan di Barcelona, merencanakan aksi teror dalam skala yang jauh lebih besar, termasuk pemboman gereja Sagrada Família di Barcelona. Informasi ini diungkapkan seorang tersangka kepada pengadilan.

Mohamed Houli Chemlal membuat pengakuan setelah dibawa ke hadapan hakim di Madrid, demikian dilansir media Spanyol, mengutip pejabat pengadilan.

Dilansir dari The Guardian, Houli (21) mengkonfirmasi apa yang polisi katakan telah mereka simpulkan pekan lalu: bahwa kelompok tersebut telah merencanakan serangan bom berskala besar sebelum sebuah bom meledakkan sebuah rumah di Alcanar dimana beberapa dari mereka telah tinggal, membunuh dua komplotan tersebut.

Salah satu target yang diajukan adalah Sagrada Família, gereja setengah jadi yang dirancang oleh arsitek Catalan Antoni Gaudí yang merupakan salah satu bangunan paling dicintai di Barcelona.

Houli tiba di pengadilan dengan piyama rumah sakit, lengan kanannya dibalut dan wajahnya menampakkan beberapa luka yang diakuinya sebagai akibat dari ledakan pekan lalu.

Dia adalah orang pertama dari empat tersangka yang harus diinterogasi oleh Hakim Fernando Andreu.

Houli ditangkap di rumah sakit setelah polisi menyadari bahwa rumah di Alcanar, di selatan Catalonia, telah berubah menjadi pabrik bom.

Tiga orang lainnya yang hadir di pengadilan ditangkap di Ripoll, 145 mil utara Alcanar. Mereka adalah Mohammed Aallaa (27) yang mobil Audi birunya digunakan lima anggota kelompok tersebut untuk menyerang sejumlah pejalan kaki di Cambrils, sebuah kota pesisir selatan Barcelona; Sahal el Karib, seorang pengusaha kelahiran Maroko berusia 30-an; dan Driss Oukabir (27) yang saudara laki-lakinya Moussa (17) adalah satu dari lima orang yang ditembak mati setelah serangan Cambrils.

Pekan lalu Driss Oukabir mengatakan kepada polisi bahwa saudaranya telah mencuri dokumennya untuk menyewa van yang digunakan dalam serangan tersebut. Namun, menurut laporan pengadilan pada Selasa (22/8/2017), dia mengakui kepada hakim bahwa dia telah menyewa van tersebut namun mengklaim bahwa dia yakin vannya dibutuhkan untuk pindah rumah.

Keempat tersangka tersebut diwakili oleh pengacara yang ditunjuk pengadilan. Hakim kemudian mengembalikan Oukabir dan Houli ke penjara terkait keanggotaan sebuah organisasi teroris dan pembunuhan, serta memerintahkan agar Karib ditahan 72 jam lagi sambil menunggu penyelidikan lebih lanjut, dan membebaskan Aallaa.

Seiring persidangan berlangsung, polisi berusaha merekonstruksi 96 jam terakhir dalam kehidupan kelompok teroris yang membunuh 13 orang dan melukai lebih dari 130 lainnya saat mengendarai mobil van yang disewa di Las Ramblas yang ramai pada Kamis (17/8/2017) lalu.

Gambar-gambar CCTV menunjukkan Younes Abouyaaqoub memanjat keluar dari van putih setelah menabrak kios koran dan berjalan perlahan melewati La Boqueria, pasar makanan tertutup yang terkenal di samping Las Ramblas.

Dia sekarang diketahui telah melarikan diri dari kota dengan mobil yang dia ambil dari seorang pekerja kebun anggur, Pau Peréz. Abouyaaqoub mendekati Peréz di distrik Universitaria di utara kota, membunuhnya dengan menikamnya di dada, memasukkan tubuhnya ke bagian belakang mobil Ford Focus dan melaju pergi.

Tidak ada lagi yang terlihat dari Abouyaaqoub sampai dia terpojok di sebuah jalan di distrik Subirats, 30 mil sebelah barat Barcelona, pada Senin (21/8/2017) siang. Ketika polisi mendekati dia, dia dikatakan telah berteriak, "Tuhan itu hebat" dalam bahasa Arab dan membuka kemejanya untuk menunjukkan apa yang tampaknya merupakan rompi bunuh diri.

Petugas segera menembak dan membunuhnya. Dia adalah anggota keenam sel yang akan ditembak mati.

Polisi menjaga jarak dan menggunakan robot untuk memeriksa perangkat yang dikenakan Abouyaaqoub. Rupanya, perangkat sama yang dipakai oleh kelima pria yang ditembak mati di Cambrils pada hari Jumat (18/8/2017) pagi, itu palsu.

Sementara itu, di Maroko, seorang pria berusia 34 tahun ditangkap karena dicurigai terhubung dengan sel tersebut. Dia dipahami sebagai sepupu saudara Oukabir, dan sebelumnya tinggal di Ripoll.

Baca juga artikel terkait AKSI TEROR BARCELONA atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Hukum
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari