tirto.id - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta masyarakat untuk tidak membangun spekulasi terkait rangkaian aksi teror di Indonesia. Moeldoko menegaskan, aksi di Katedral Makassar dan Mabes Polri membuktikan aksi teror nyata, sehingga tidak perlu ada opini liar tentang teror tersebut.
"Ancaman terorisme adalah nyata, dekat dan berbahaya, sehingga diimbau untuk menghentikan opini-opini konspirasi yang tidak berdasar, tidak bertanggung jawab dan justru memperkeruh situasi," kata Kepala KSP Moeldoko, Kamis (1/4/2021).
Berbagai tanggapan warganet atas teroris tersebut di antaranya terkait keputusan polisi untuk menembak mati pelaku; bobolnya pertahanan polisi; hingga soal senjata yang digunakan apakah airsoft gun (senjata replika) atau senjata api.
Moeldoko mengingatkan, terorisme adalah musuh bersama masyarakat. Ia mengajak masyarakat waspada dan kooperatif dengan penegak hukum dalam pengungkapan terorisme di Indonesia.
"Diimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk saling menjaga satu sama lain, tetap waspada dan tenang serta membantu aparat penegak hukum bila memiliki informasi maupun keterangan terkait aksi terorisme belakangan ini," kata Moeldoko.
Zakiah Aini (25) menjadi pelaku tunggal serangan ke Mabes Polri di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, DKI Jakatar, Rabu (30/3/2021). Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memastikan Aini seorang diri alias lone wolf yang bersimpati terhadap ISIS.
"(Terduga pelaku) melakukan enam kali tembakan. Dua tembakan ke anggota di dalam pos, dua kali yang ada di luar, dan menembak lagi kepada anggota yang ada di belakangnya,” jelas Sigit, kemarin.
Pengamanan di kantor-kantor polisi seluruh Indonesia ditingkatkan setelah serangan yang menewaskan pelaku dan melukai sejumla polisi. Serangan ke polisi itu jadi yang pertama pada tahun ini setelah serangan bom bunuh diri yang mematikan pelaku di Makassar tiga hari sebelumnya.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Zakki Amali