Menuju konten utama

Teror Hari Raya untuk Polisi

Idul Fitri tahun ini diwarnai teror hingga memakan korban jiwa aparat kepolisian. Tahun lalu, sehari jelang lebaran juga pernah terjadi aksi teror serupa di Polres Solo pada 5 Juli 2016.

Teror Hari Raya untuk Polisi
Personel Brimob berjaga di dekat pos polisi Mapolda Sumut pasca peristiwa penyerangan, di Medan, Sumatera Utara, Minggu (25/6). ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi.

tirto.id - Aksi teror kembali terulang. Kali ini dilakukan oleh dua orang yang diduga berafiliasi dengan ISIS, di Medan, Sumatera Utara (Sumut). Kedua orang itu menyerang salah seorang polisi yang tengah berjaga di Polda Sumut, Minggu pagi (25/6) sebelum kegiatan Salat Id berlangsung.

Kedua pelaku masuk ke Markas Polda dengan melompat pagar lalu menghampiri korban dan rekannya di pos jaga. Seorang pelaku langsung menyerang Aiptu M Sigalingging dengan tikaman pisau pada bagian pipi kanan, dagu dan dada kiri. Akibatnya korban meninggal seketika. Sementara itu, dua pelaku kemudian dilumpuhkan oleh polisi dengan tembakan. Seorang pelaku tewas di tempat, seorang lainnya dalam kondisi kritis.

Kapolri Tito Karnavian mengatakan pelaku teror ini merupakan jaringan Jamaah Asharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS. "Ini disinyalir masih ada sel dari kelompok JAD yang punya intens, yang niat melakukan serangan di sana," kata Tito seperti dikutip Antara.

Aksi penikaman polisi dengan niat menebar teror juga pernah terjadi di Cikokol, Tangerang pada Agustus 2016. Pelaku menyerang tiga orang polisi dengan pisau secara brutal. Pelaku pun meninggal ditembak polisi.

Aksi teror pada lebaran kali ini juga bukan terjadi di Medan saja. Sehari setelah lebaran, ditemukan selebaran berisi ancaman teror yang ditinggalkan oleh seseorang tak dikenal pada wiper mobil polisi yang diparkir di jalan Veteran, Banten. Pada selebaran ada gambar bendera ISIS yang dibuat dengan pensil. Selain itu juga ada pesan ancaman kepada polisi yang berbunyi "siapkan dirimu polisi thogut, kami akan datang. Setelah Marawi, Filipina, selanjutnya adalah Indonesia."

Selain itu, ada juga dituliskan daftar sasaran teror yang akan mereka rencanakan, yakni di Kantor Pos, gereja HKBP, Ramayana, Gedung lama, KP3B, Polsek, BNI, BRI dan Royal.

Di Indonesia, aksi teror saat menjelang dan saat Hari Raya Idul Fitri dan sasarannya aparat polisi bukan kali ini saja. Sehari jelang lebaran tahun lalu, aksi teror bom bunuh diri terjadi di Polres Solo, Selasa 5 Juli 2016. Dalam teror itu tidak ada korban aparat, pelaku, Nur Rohman (31) meninggal. Nur Rohman disebut-sebut merupakan anggota kelompok Arif Hidayatullah yang masih satu jaringan dengan Bahrun Naim.

Aksi bom bunuh diri juga terjadi sehari sebelum masuk bulan Ramadan di Halte Bus Transjakarta, Kampung Melayu, Jakarta. Pelaku yang diketahui 2 orang, juga kelompok sel JAD yang berafiliasi dengan dengan ISIS. Pelaku yakni Ahmad Sukri, warga Cisarua, Bandung dan Ichwan Nurul Salam, warga Cicendo, Bandung.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan serangan di Mapolda Sumatera Utara (Sumut) pada Minggu (25/6/2017) dini hari menjadi catatan buruk bagi Polri menjelang Hari Bhayangkara 2017. Kejadian ini juga bisa berpotensi menginspirasi pelaku lainnya.

"Kasus serangan teroris di Mapolda Sumut menjadi sebuah keprihatinan atas profesionalisme Polri dan sekaligus menunjukkan para teroris makin super nekat. Dengan senjata seadanya, mereka nekat menyerang polisi bersenjata lengkap," kata Neta, seperti diwartakan Antara.

Dari data yang ada, sejak 2010, aparat polisi sudah menjadi sasaran teror. Selain itu, adanya beberapa waktu kejadian penyerangan aparat pada hari raya, sudah seharusnya polisi makin sangat waspada.

Baca juga artikel terkait PENYERANGAN POLISI SUMUT atau tulisan lainnya dari Mawa Kresna

tirto.id - Hukum
Reporter: Mawa Kresna
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Suhendra